BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK AKAD SYIFA SEPANJANG SIDOARJO. A. Analisis Terhadap Praktek Akad Mura>bah}ah Untuk Pembiayaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

Musha>rakah di BMT MUDA Kedinding Surabaya

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURA>BAH}AH PROGRAM PEMBIAYAAN USAHA SYARIAH (PUSYAR) (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM)

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN LETTER OF CREDIT PADA BANK MANDIRI SYARI AH

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB II PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB IV. oleh Baitul mal wat Tamwil kepada para anggota, yang bertujuan agar anggota

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN WARU SIDOARJO

BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI KTP SEBAGAI JAMINAN HUTANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENERAPAN SYARAT HASIL INVESTASI MINIMUM PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK SEKTOR PERTANIAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

secara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah

BAB IV. Sejalan dengan tujuan dari berdirinya Pegadaian Syariah yang berkomitmen

Pembiayaan Multi Jasa

BAB IV ANALISIS PENERAPAN BIAYA IJARAH DI PEGADAIAN SYARIAH SIDOKARE SIDOARJO MENURUT PRINSIP NILAI EKONOMI ISLAM

PEMBIAYAAN MULTI JASA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO

dasarnya berlandaskan konsep yang sesuai dengan Syariat agama Islam. perubahan nama di tahun 2014 Jamsostek menjadi BPJS (Badan

A. Analisis Mekanisme Angsuran Usaha Kecil dengan Infaq Sukarela pada Bantuan Kelompok Usaha Mandiri di Yayasan Dana Sosial Al Falah Surabaya

s}ahibul ma>l. Yang digunakan untuk simpanan dengan jangka waktu 12 (dua belas)

BAB I PENDAHULUAN. berpedoman penuh pada Al-Qur an dan As-Sunnah. Hukum-hukum yang melandasi

DANA TALANGAN H A J I. خفظ اهلل Oleh: Ustadz Dr. Erwandi Tirmidzi, MA. Publication: 1433 H_2012 M DANA TALANGAN HAJI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang

perbankan di Indonesia menganut dual banking system yaitu perbankan konvensional dan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB VI ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI GADAI SAWAH DI DESA MORBATOH KECAMATAN BANYUATES KABUPATEN SAMPANG

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN UANG MUKA. Secara bahasa, murābahah berasal dari kata ar-ribhu ( الر بح ) yang

BAB II LANDASAN TEORI. yang disepakati. Dalam Murabahah, penjual harus memberi tahu harga pokok

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

Pada hakikatnya pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Bank. pemenuhan kebutuhan akan rumah yang disediakan oleh Bank Muamalat

Prosiding Keuangan dan Perbankan Syariah ISSN:

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

Contoh Penghitungan Murabahah (Hipotesis)

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK SIMPANAN WADI AH BERJANGKA DI BMT TEGAL IJO DESA GANDUL KECAMATAN PILANGKENCENG KABUPATEN MADIUN

MURA>BAH}AH DALAM HUKUM ISLAM

maka dalam bab ini penulis akan menganalisis praktek denda pada pembiayaan

BAB II LANDASAN TEORI

Hawalah, Dhaman dan Kafalah

HILMAN FAJRI ( )

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR DAN APLIKASI PERFORMANCE BOND DI BANK BUKOPIN SYARIAH CABANG SURABAYA

BAB II LANDASAN TEORI. A. Konsep Akad Bai Bitsaman Ajil dalam Fiqh Muamalah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERALIHAN AKAD SIMPANAN QURBAN MENJADI PEMBIAYAAN QURBAN DI KJKS DAARUL QUR AN WISATAHATI SURABAYA

4. Firman Allah SWT tentang perintah untuk saling tolong menolong dalam perbuatan positif, antara lain QS. al- Ma idah [5]: 2:./0*+(,-./ #%/.12,- 34 D

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan, baik konvensional maupun syariah, berperan dalam segi. ekonomi dan keuangan. Sesuai dengan Undang-Undang Republik

BAB II LANDASAN TEORI. tata cara dan proses di dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank Syariah

BAB I PEDAHULUAN. peluang terjadinya jual-beli dengan sistem kredit atau tidak tunai dalam

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat. 1

MUD{A<RABAH PADA NASABAH BERMASALAH DI BMT MUDA

murtahin di Desa Karangankidul Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik. Dari

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang amat damai dan sempurna telah diketahui dan dijamin

BAB IV ANALISIS PERSEPSI NASABAH RENTENIR TENTANG QARD} PADA PRAKTIK RENTENIR DI DESA BANDARAN KECAMATAN BANGKALAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS TRANSAKSI JUAL BELI BBM DENGAN NOTA PRINT BERBEDA SPBU PERTAMINA DI SURABAYA UTARA

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

A. Praktik Akad Murabahah dan Wakalah di KJKS BMT Bahtera

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain agar mereka tolong-menolong dalam semua kepentingan hidup

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TENTANG PERILAKU JUAL BELI MOTOR DI UD. RABBANI MOTOR SURABAYA

BAB IV. suatu transaksi. Pembiayaan yang terjadi yaitu pembiayaan mura>bah}ah bi alwaka>lah.

BAB IV ANALISIS PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI QARD} BERAGUN EMAS DI BANK BRI SYARIAH KANTOR CABANG (KC) SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA

BAB IV STUDI ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG APLIKASI RETENSI CO ASURANSI SYARI AH DI PERUSAHAAN ASURANSI PT. TAKA>FUL INDONESIA DI SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM EKONOMI SYARIAH DALAM PENERAPAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PT BANK SYARIAH MANDIRI AREA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al

BAB IV IMPLEMENTASI FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN PADA PRODUK AR-RAHN. A. Aplikasi Pelaksanaan Pembiayaan Rahn Di Pegadaian Syariah

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DUA AKAD DALAM SATU TRANSAKSI KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA

A. Analisis Praktik Sistem Kwintalan dalam Akad Utang Piutang di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik

BAB I PENDAHULUAN. ingin tahu, Man is corious animal. Dengan keistimewaan ini, manusia dengan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD KAFA<LAH BI AL-UJRAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN KAFA<LAH HAJI DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA

BAB II MEKANISME GADAI SYARIAH (RAHN) harta yang diserahkan sebagai jaminan secara hak, dan dapat diambil kembali

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK AKAD MURA>BAH}AH UNTUK PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DI BMT AS- SYIFA SEPANJANG SIDOARJO A. Analisis Terhadap Praktek Akad Mura>bah}ah Untuk Pembiayaan Pendidikan di BMT As Syifa Sepanjang Sidoarjo Di BMT As Syifa terdapat produk pembiayaan yang diperuntukkan untuk mempermudah anggota atau nasabah dalam memenuhi kebutuhan konsumtif yaitu produk pembiayaan mura>bah}ah. Produk pembiayaan mura>bah}ah adalah pembiayaan yang ditujukan untuk keperluan seperti sepeda motor, alat-alat kerja, laptop, dll. Sasaran mitra dan nasabah produk pembiayaan mura>bah}ah di BMT As Syifa adalah masyarakat menengah yang membutuhkan dana untuk modal usaha atau keperluan lainnya. Melihat dari praktek yang ada, produk pembiayaan mura>bah}ah di BMT As Syifa tidak hanya di tujukan kepada anggota yang membutuhkan dana untuk modal usaha atau kebutuhan konsumtif, akan tetapi produk pembiayaan mura>bah}ah yang dalam prakteknya ditujukan untuk pembiayaan konsumtif berupa barang, disini BMT memberikan produk pembiayaan mura>bah}ah untuk pembiayaan pendidikan. Pembiayaan pendidikan yang dimaksud disini bukanlah barang atau kebutuhan sekolah melainkan pembiayaan pendidikan berupa pinjaman uang, yang mana dalam praktek di lapangan BMT As Syifa menerapkan akad 75

76 mura>bah}ah, jika ditinjau secara terminologi hal ini kurang tepat. Dalam akad pembiayaan mura>bah}ah KSPPS BMT As Syifa pasal 1 di jelaskan bahwa akad mura>bah}ah adalah akad jual beli antara KSPPS BMT As Syifa dan nasabah. KSPPS BMT As Syifa membeli barang yang dibutuhkan nasabah dan menjual kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan keuntungan yang disepakati. Jika melihat praktek di lapangan, BMT As Syifa dengan nasabah tidak ada perjanjian jual beli melainkan perjanjian pinjam meminjam uang sebesar Rp. 6.000.000,- untuk keperluan membayar uang gedung kuliah anaknya. Pengajuan untuk biaya pendidikan menggunakan akad mura>bah}ah, dalam hal ini pendidikan tidak menghasilkan keuntungan materi berupa uang akan tetapi memberikan materi. Selain itu yang disediakan oleh pihak KSPPS BMT adalah berupa uang, yang dalam ketentuan dari akad mura>bah}ah pasal 1 haruslah ada barang yang diperjual belikan. Sehingga dalam praktek pemberian akad mura>bah}ah bentuk pinjaman uang, dalam hal ini tidak tepat. Dalam ketentuan umum akad mura>bah}ah KSPPS BMT As Syifa antara pihak pertama (BMT As Syifa ) dan pihak kedua (Nasabah) dijelaskan pada point 1 ; Bahwa, nasabah telah mengajukan permohonan kepada KSPPS BMT As Syifa untuk membeli barang sebagaimana didefinisikan dalam akad ini, dan berdasarkan permohonan nasabah tersebut KSPPS BMT As Syifa menyetujui, dan dengan Akad ini mengikatkan diri untuk membeli, menyediakan, dan selanjutnya menjual barang tersebut kepada nasabah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dan diatur dalam akad ini. Dalam prakteknya nasabah datang kepada KSPPS BMT As Syifa untuk mengajukan pembiayaan pendidikan untuk anaknya, sehingga akad dalam

77 kontrak perjanjian tersebut tidak sesuai dengan prakteknya yang dalam hal ini adalah berupa pinjaman uang. Pada KSPPS BMT As Syifa dalam prakteknya, ada dua pihak yang terlibat dalam proses pembiayaan pendidikan dengan akad mura>bah}ah, yaitu pihak KSPPS BMT As Syifa dan nasabah. 1 Pada praktek pembiayaan pendidikan dengan akad mura>bah}ah di BMT As Syifa telah tertuang dalam perjanjian dan ada beberapa pasal yang menerangkan bentuk praktek pembiayaan tersebut. Adapun pasalnya adalah sebagai berikut : 2 1. Pasal (1) yang menyangkut pembiayaan dan penggunaanya; dalam hal ini pembiayaan tersebut anggota dengan ini menyatakan secara sah berhutang kepada KSPPS BMT As Syifa sejumlah (nominal) ditambah dengan margin yang telah disepakati dan dituangkan dalam akad ini. 2. Pasal (2) yang menyangkut pokok-pokok akad, diantaranya ; a. Jenis akad dalam pembiayaan pendidikan adalah akad mura>bah}ah b. Pembiayaan ini diberikan untuk (jangka waktu) bulan terhitung semenjak tanggal (tanggal akad) hingga tanggal (jatuh tempo). Yakni 12 (Dua Belas) bulan c. KSPPS BMT As Syifa dan nasabah setuju untuk pembiayaan pendidikan dengan besar pembiayaan (harga pokok) sebesar Rp. 6.000.000,- 1 Octavia Dewi. Wawancara. Sidoarjo, 22 Desember 2016 2 Surat perjanjian akad murabahah di KSPPS BMT As Syifa

78 d. Dengan dikenakan margin sebagai kewajiban yang harus dibayar oleh nasabah kepada KSPPS BMT As Syifa sebesar Rp. 1.656.000,- e. Nasabah wajib melakukan pembayaran kembali kepada KSPPS BMT As Syifa secara angsuran setiap bulannya sebesar Rp. 648.000,- terhitung mulai angsuran pertama tanggal mulai sampai tanggal selesai. 3. Pasal (3) yang menyangkut biaya-biaya dalam perjanjian Anggota setuju untuk membayar dimuka kepada KSPPS BMT As Syifa seluruh biaya-biaya yang timbul karena perjanjian ini. Adapun biaya tersebut meliputi : a. Biaya administrasi b. Biaya materai 4. Pasal (4) mengenai syarat realisasi akad KSPPS BMT As Syifa dan nasabah mengikatkan diri untuk melaksanakan akad ini sesuai dengan persyaratan yang di tetapkan, diantaranya : a. Nasabah telah menyerahkan surat atau formulir permohonan pesanan barang yang berisi rincian barang yang akan dibeli beserta jumlah dan harganya berdasarkan akad ini; dalam prakteknya nasabah menyatakan dalam formulir bahwasanya nasabah tidak melakukan perjanjian jual beli melainkan pinjaman uang sebesar (nominal) untuk membayar uang gedung kuliah anaknya.

79 b. Telah menyerahkan kepada KSPPS BMT As Syifa semua dokumen termasuk tetapi tidak terbatas pada dokumen jaminan yang berkaitan dengan Akad ini; c. Telah menandatangani Akad d. Dan telah melunasi biaya biaya yang disyaratkan oleh KSPPS BMT As Syifa yang berkaitan dengan terjadinya Akad ini 5. Pasal (5) penyerahan Barang pada pasal (5) yang menyatakan bahwa KSPPS BMT As Syifa akan membelikan barang kepada supplier dan supplier akan memberikan langsung kepada nasabah atas nama KSPPS BMT As Syifa, dalam hal ini tidaklah tepat sebab dalam prakteknya di lapangan antara pihak KSPPS BMT As Syifa dengan nasabah pembiayaan tidak ada akad jual beli melainkan akad perjanjian pembiayaan pendidikan yang mana pihak KSPPS BMT As Syifa memberikan sejumlah uang kepada nasabah untuk membayar uang gedung kuliah. 3 6. Pasal (6) jangka waktu Nasabah berjanji dan dengan ini mengikatkan diri kepada KSPPS BMT As Syifa untuk membayar harga jual sebagaimana tersebut pada pasal (2) akad ini dalam jangka waktu 12 (Dua Belas) bulan terhitung dari pencairan akad ini ditandatangani, yang kemudian akan diangsur pada tiap tiap bulan sesuai jadwal angsuran yang ditetapkan dan lunas pada saat jatuh tempo. 3 Formulir Pembiayaan KSPPS BMT As Syifa Sepanjang Sidoarjo

80 7. Pasal (7) yang menyangkut tentang jaminan Untuk menjamin pembayaran kembali hutang nasabah kepada KSPPS BMT As Syifa, dengan ini menyatakan bahwa : a. Nasabah/anggota menyerahkan jaminan berupa 1 buah BPKB sepeda motor dengan nama dan plat yang tertuang dalam akad ini. 4 Setelah perjanjian di setujui oleh kedua belah pihak yakni pihak KSPPS BMT As Syifa dengan nasabah, maka pihak KSPPS BMT As Syifa akan menyerahkan formulir pembiayaan kepada nasabah. Adapun formulir pembiayaan tersebut berisi nominal, jangka waktu dan data pribadi pemohon. Melihat praktek pembiayaan pendidikan dengan akad mura>bah}ah diatas, sangat berbeda dengan akad pembiayaan mura>bah}ah di KSPPS BMT As Syifa. Jika dalam akad mura>bah}ah diterangkan bahwa akad mura>bah}ah merupakan akad jual beli antara KSPPS BMT As Syifa dan nasabah, sedangkan di KSPPS BMT As Syifa tidak ada unsur jual beli barang kepada nasabah melainkan pinjaman uang sebesar nominal yang diminta oleh nasabah tersebut. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa pihak KSPPS BMT As Syifa belum sesuai dengan peraturan yang ada atau tidak sesuai dengan ketentuan fiqh ekonomi syari ah. Dalam prakteknya, pembiayaan pendidikan dengan akad mura>bah}ah pihak KSPPS BMT As Syifa tidak memberlakukan ujrah/fee melainkan 4 Surat perjanjian akad murabahah di KSPPS BMT As Syifa Sepanjang Sidoarjo

81 margin atau keuntungan yang disepakati kedua belah pihak. Karena pada dasarnya semua produk pembiayaan yang ada di KSPPS BMT As Syifa, menggunakan sistem margin atau keuntungan kecuali satu produk yang tidak memperbolehkan adanya margin yaitu Qardul Hasan yang ada dalam produk pembiayaan BMT As Syifa. Alasan mengapa pihak KSPPS BMT As Syifa melakukan praktek tersebut pada produk pembiayaan mura>bah}ah sebagai biaya pendidikan, karena KSPPS BMT As Syifa tidak memiliki akad khusus untuk membiayai anggota yang membutuhkan dana talangan pendidikan. Sehingga pihak KSPPS BMT As Syifa menyamakan pembiayaan tersebut dengan akad mura>bah}ah. B. Analisis Hukum Islam Terhadap Praktek Penggunaan Akad Mura>bah}ah Untuk Pembiayaan Pendidikan di BMT As Syifa Sepanjang Sidoarjo Mura>bah}ah, sebagaimana telah dibahas pada bab sebelumnya, pada dasarnya merupakan salah satu bentuk dari akad tijarah yaitu suatu jenis akad dalam transaksi perjanjian antara dua orang atau lebih yang dilakukan dengan tujuan mencari keuntungan, sebab akad mura>bah}ah merupakan akad yangbersifat komersil. Dalam skim pembiayaan dana pendidikan di BMT As Syifa yang menggunakan akad mura>bah}ah, yaitu jika dilihat dari segi pengertian akad mura>bah}ah adalah akad jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati.

82 Namun dalam prakteknya, pembiayaan mura>bah}ah di BMT As Syifa digunakan dalam pembiayaan selain jual beli barang melainkan pinjaman uang kepada nasabah untuk biaya pendidikan, hal ini tidak sesuai dengan fatwa DSN MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang mura>bah}ah. Dalam fatwa ini dijelaskan bahwasanya mura>bah}ah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba. 5 Dan dalam prakteknya pihak BMT memberikan pembiayaan kepada nasabah dengan akad mura>bah}ah, yang mana di dalam praktek tersebut pihak BMT memberikan sebuah pinjaman uang kepada nasabah sebesar nominal yang diajukan oleh nasabah untuk membayar uang gedung kuliah anaknya. Setelah itu nasabah membayar kepada BMT dengan cara mengangsur selama 12 bulan dengan tambahan keuntungan (margin) yang disepakati dalam perjanjian atau akad. Menurut pendapat para ulama mengenai akad mura>bah}ah, di jelaskan : a. Menurut ulama Syafi iyyah dan Hanabilah, mura>bah}ah adalah jual beli dengan harga pokok atau harga perolehan penjual di tambah keuntungan satu dirham pada setiap sepuluh dinar. Atau semisal, dengan syarat kedua belah pihak yang bertransaksi mengetahui harga pokok. b. Menurut ulama Hanafiyah mendefinisikannya dengan mengatakan, pemindahan sesuatu yang dimilki dengan akad awal dan harga awal disertai tambahan keuntungan. 5 Himpunan Fatwa Dewan Syariah No. 04/DSN-MUI/IV/2000.

83 c. Menurut ulama Malikiyah, adalah jual beli di mana pemilik barang menyebutkan harga beli barang tersebut, kemudian ia mengambil keuntungan sebagai tambahannya. Adapun ketentuan umum akad mura>bah}ah dalam fatwa DSN MUI No 04/DSN-MUI/IV/2000 adalah sebagai berikut : 1. Bank dan nasabah harus melakukan akad mura>bah}ah yang bebas riba. 2. Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh syariat Islam 3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya 4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembeli ini harus sah dan bebas riba. Dari pendapat para Ulama dan ketentuan umum akad mura>bah}ah dalam fatwa DSN MUI diatas sudah jelas bahwa praktek pembiayaan mura>bah}ah diperuntukkan untuk jual beli suatu barang, sehingga praktek yang di terapkan oleh KSPPS BMT As Syifa yang menggunakan akad mura>bah}ah untuk biaya pendidikan dalam hal ini tidak tepat atau dianggap akad yang fasid. Sebab dalam perjanjian akad mura>bah}ah tersebut pihak BMT dan nasabah tidak ada perjanjian jual beli melainkan pinjaman uang untuk biaya kuliah. Menurut hukum Islam akad yang diterapkan oleh KSPPS BMT As Syifa dalam pembiayaan pendidikan tersebut menjadi fasid atau tidak sah. Selain karena tidak adanya unsur transaksi jual beli suatu barang, rukun dan syarat

84 yang ada dalam akad mura>bah}ah tidak terlaksana. Yang menyebabkan rukun dan syarat tidak terpenuhi adalah mengenai rukun dalam pembiayaan mura>bah}ah pendidikan, adalah : 1. Shighat akad yakni pernyataan ijab qabul. Para Ulama fiqih sepakat mengenai syarat dalam pelaksanaan ijab qabul, yaitu : Tujuan yang terkandung dalam pernyataan itu harus jelas, sehingga dapat dipahami jenis akad yang dikehendaki, karena ada berbagai macam jenis akad menurut tujuan dan hukumnya. Dalam pembiayaan pendidikan ini, tujuan yang dinyatakan oleh nasabah adalah untuk biaya kuliah akan tetapi dari pihak BMT memberikan akad perjanjian mura>bah}ah, sehingga dalam hal ini adanya perbedaan ijab qabul antara dua belah pihak yaitu pihak nasabah menyatakan pinjam untuk biaya pendidikan sedangkan pihak BMT menyatakan memenuhi kebutuhan nasabah akan jual beli barang. Sehingga tujuan akad mura>bah}ah yang diberikan BMT kepada nasabah yaitu untuk memindahkan hak penjual kepada pembeli akan suatu barang dengan imbalan menjadi tidak sah karena tujuan atau akibat hukum yang terjadi tidak sejalan dengan kehendak syara. 2. Objek akad. Dalam pembiayaan mura>bah}ah objek akadnya adalah berupa barang yang dapat diperjual belikan. Dalam pembiayaan mura>bah}ah pendidikan, objek yang diserah terimakan adalah berupa uang. Yang dalam hal ini, uang bukanlah sebuah komoditi barang yang dapat diperjual belikan melainkan uang sebagai alat pembayaran. Oleh karena itu, objek

85 dalam rukun mura>bah}ah tidak sah karena tidak terlaksana sebagaimana dalam akad. Sedangkan syarat dalam transaksi mura>bah}ah, yaitu : 1. Kontrak perjanjian yang dilakukan kedua belah pihak tidak sah karena tidak memenuhi rukun yang ditetapkan dalam kontrak akad mura>bah}ah yakni, dalam kontrak pembiayaan mura>bah}ah pihak BMT mengikatkan diri untuk membeli, menyediakan dan menjual barang kepada nasabah sesuai ketentuan serta syarat yang ditetapkan dan diatur dalam akad mura>bah}ah. Akan tetapi pihak BMT tidak melakukan perdagangan barang kepada pembeli melainkan memberikan sejumlah uang kepada nasabah sebagai pinjaman. 2. Dalam kontrak perjanjian mura>bah}ah pendidikan, pihak BMT secara transparan telah menjelaskan biaya-biaya pokok yang wajib di bayar oleh nasabah dalam kontrak perjanjian tersebut. Akan tetapi marjin yang ditetapkan oleh pihak BMT terlalu besar yang dalam hal ini terdapat unsur riba yakni 27,6 % dari 6.000.000 atau sebesar 1.656.000.- selama satu tahun. Melihat mekanisme pemberian pembiayaan pendidikan di KSPPS BMT As Syifa menjadikan kontrak perjanjian kedua belah pihak menjadi fasid atau rusak, pihak KSPPS BMT As Syifa menyalurkan dana talangan berupa uang kepada nasabah yang memerlukan untuk biaya pendidikan. Dengan melihat mekanisme tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembiayaan mura>bah}ah yang

86 dipraktekkan di BMT As Syifa ternyata tidak memenuhi ketentuan syara. Yaitu antara lain : a. Pembiayaan yang dipraktekkan oleh BMT As Syifa menggunakan akad mura>bah}ah, dimana dalam akad ini tidak ada unsur jual beli melainkan pinjam uang. b. Dalam pemberian pembiayaan, nasabah yang mengajukan pembiayaan pendidikan hanya diberi pinjaman uang oleh pihak BMT. c. Pencairan pembiayaan berupa uang, ini menjadi polemik dalam penerapannya, dikhawatirkan uang dijadikan sebagai store of value demand, termasuk juga adanya motif demand for speculation. Sebab uang hanya sebagai medium dari obyek transaksi. Dalam hal ini pihak BMT As Syifa menerapkan pembiayaan mura>bah}ah dengan pencairan dana berupa uang dalam pemenuhan biaya sekolah dan mewakilkan kepada nasabah untuk pembayaran kepada pihak ketiga sebagai penyedia jasa. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : a. Kurangnya jaringan kerjasama dengan pihak penyelenggara jasa terkait b. Belum meluasnya jaringan cabang BMT As Syifa Sehingga pembiayaan mura>bah}ah yang digunakan untuk biaya pendidikan, dana yang diberikan oleh BMT As Syifa diserahkan kepada nasabah dengan harapan benar-benar digunakan dalam pendidikan, bukan untuk hal lainnya. Walaupun belum sepenuhnya sesuai dengan fiqih, fatwa DSN, dan SOP BMT As Syifa yang menyatakan bahwa obyek mura>bah}ah

87 adalah barang bukan jasa dari hak kepemilikan atau hak pengelolaan, praktiknya pencairan dana berupa uang. Namun secara garis besar, hal ini sah karena demi kemaslahatan bersama dan kesejahteraan lahir dan bathin. Dalam hadits Abdullah bin Amru radhiyallahu anhu: Dari Abdullah bin Amru ia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda : Tidak halal menjual sesuatu dengan syarat memberikan hutangan, dua syarat dalam satu transaksi, keuntungan menjual sesuatu yang belum Engkau jamin, serta menjual sesuatu yang bukan milikmu (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi). Hadits ini Hasan Shahih.Dalam hadits tersebut dijelaskan bahwa, tidak halal pinjaman yang disyaratkan dengan jual beli. Dalam kaidah fiqih yang disarikan dari hadits : ك ل ق ر ض ج ر م ن ف ع ة ف ه و ر ب.)رواه احلارث من أيب أ سامة ) Setiap pinjaman yang membawa manfaat atau keuntungan (bagi pemberi pinjaman) adalah riba. 6 Dalam pembiayaan pendidikan di BMT As Syifa, pihak BMT memberi pinjaman kepada nasabah, dan mensyaratkan untuk memberi tambahan sejumlah yang telah ditentukan di dalam akad. Dari sini, pihak BMT mendapatkan manfaat dari pinjaman yang diberikan kepada nasabah, sehingga hal ini dikategorikan sebagai riba (uang tambahan atas suatu pinjaman). Pinjaman adalah kegiatan sosial yang bertujuan membantu sesama dan mencari pahala dari Allah SWT, sehingga tidak boleh dimanfaatkan untuk mengambil keuntungan sepihak. 6 Tim Laskar Pelangi, Metodologi Fiqih Muamalah,(Kediri:Lirboyo Press,2013), 105

88 Tambahan atas pinjaman yang dalam kasus diatas tidak tepat atau tidak sah karena itu termasuk harta riba. Dalam pembiayaan pendidikan tersebut BMT dapat memberikan akad Qardh bi Rahn, yaitu akad pemberian pinjaman dari BMT kepada nasabah yang disertai dengan penyerahan barang sebagai jaminan atas hutang. Qardh disini merupakan pinjaman kebajikan yang diperuntukkan kepada nasabah yang membutuhkan, disamping itu akad Qardh yang diberikan kepada BMT tidak dapat menjamin nasabah tersebut dapat mengembalikkan sesuai waktunya sehingga di dalam akad tersebut terdapat akad tambahan yaitu Rahn. Al-Qardh bukan merupakan transaksi komersial (mencari keuntungan) melainkan merupakan transaksi yang bersifat ta awun (tolong menolong). Dalam hal ini terdapat dalam firman Allah SWT, yang berbunyi : و ت ع او ن وا ع ل ى ٱل ب و ٱلت ق و ى, و ل ت ع او ن وا ع ل ى ٱ ل ث و ٱل ع د و ن, و ٱت ق وا ٱ لل, إ ن ٱ لل ش د يد ٱل ع ق ا ب Artinya : Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-nya. (Q.S. Al-Maidah:2) Pada dasarnya hukum pinjam meminjam (qardh) adalah sunnah (mandub) bagi orang yang meminjamkan dan mubah bagi orang yang meminjam. Namun jika kita melihat dari kasus diatas pinjam meminjam dengan syarat memberikan sesuatu barang berharga sebagai jaminan maka dalam hukum Islam akad tersebut diperbolehkan. Pinjam meminjam dengan mensyaratkan sebuah jaminan dalam hukum Islam disebut sebagai akad Rahn. Akad Rahn dapat dipakai oleh BMT

89 dalam pembiayaan adalah sebagai produk pelengkap, artinya sebagai akad tambahan (jaminan) terhadap produk lain yaitu qardh (hutang). Dalam hal ini BMT dapat menahan barang milik nasabah sebagai konsekuensi akad tersebut. Mekanismenya yaitu nasabah mengajukan permohonan pembiayaan dengan sistem akad qardh dengan memberikan sebuah jaminan. BMT memberikan pembiayaan yaitu pemberian pinjaman atas dasar hukum gadai syariah (rahn) yang berarti mensyaratkan pemberian pinjaman atas dasar penyerahan barang bergerak oleh rahin. Konsekuensinya bahwa jumlah pinjaman yang diberikan kepada peminjam sangat dipengaruhi oleh nilai barang bergerak dan tidak bergerak yang akan digadaikan. Dalam hukum Islam kategori marhun yang dapat digadaikan tidak hanya berlaku bagi barang bergerak saja, melainkan barang yang tidak bergerak pun dapat dijadikan jaminan dengan syarat barang tersebut dapat dijual, seperti surat utang, sertifikat, BPKB, dan surat-surat berharga lainnya. Dalam pembiayaan pendidikan diatas BMT dapat memberikan pembiayaan berupa pinjaman uang dan diperbolekan meminta jaminan barang dari nasabah tersebut, BMT dibolehkan pula meminta biaya jasa (ujrah ), biaya jasa (ujrah) ini dimaksudkan sebagai penerimaan dan labanya BMT yang dengan pengenaan biaya jasa ini paling tidak dapat menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan dalam operasionalnya.