BAB I PENDAHULUAN. oleh data-data seperti: (1) sejak ditemukannya kasus DBD pada tahun 1968 di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

HUBUNGAN KEBERADAAN JENTIK

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB 1 PENDAHULUAN. Acuan Pembangunan kesehatan pada saat ini adalah konsep Paradigma

Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Aedes,misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional karena upaya memajukan bangsa tidak akan efektif apabila tidak memiliki

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB I LATAR BELAKANG

Lampiran 1 REALISASI DANA ALOKASI UMUM (DAU) KABUPATEN / KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (Tabulasi Normal dalam Rupiah) TAHUN

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara.

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

BERITA RESMI STATISTIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dan dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit jenis ini masih

Lampiran 1. Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

Lampiran 1. Tabel Daftar Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

RINCIAN LABUHANBATU UTARA TEBING TINGGI BATUBARA ASAHAN TANJUNG BALAI NAMA DAN TANDA TANGAN KPU PROVINSI

Lampiran 1. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan

KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis di

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCENGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH KECAMATAN MEDAN HELVETIA TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang penularannya melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

I. PENDAHULUAN. dibandingkan jumlah kebutuhan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya

BERITA RESMI STATISTIK

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

I. PENDAHULUAN. Salah satu penyakit yang ditularkan oleh nyamuk sebagai vektornya adalah Demam

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi tertular Demam Dengue (DD). Setiap tahunnya

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

I. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

Lampiran 1 Daftar Kabupaten/ Kota, Sampel

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. (DBD) merupakan jenis penyakit menular yang telah menjadi masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena pupuk kimia lebih mudah diperoleh dan aplikasinya bagi tanaman

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Keadaan rumah yang bersih dapat mencegah penyebaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. penghujan disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan ke manusia melalui vektor nyamuk

Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

pemerintahan lokal yang bersifat otonomi (local outonomous government) sebagai

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota sebesar 88%. Angka kesakitan

PENDAHULUAN. banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada pada sektor

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue, ditularkan

BAB 1 PENDAHULUAN. anak-anak.penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih

diakses pada tanggal 12 Maret 2011 pukul WIB 1di Medan

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk yang menguntungkan kan adalah jamur konsumsi. konsumsi atau sering dikenal dengan istilah mushroom merupakan bahan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang optimal dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu : faktor

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Soegijanto (2006), sampai saat ini penyakit demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Hal ini didukung oleh data-data seperti: (1) sejak ditemukannya kasus DBD pada tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta, angka kejadian penyakit DBD terus meningkat dan menyebar ke seluruh daerah kabupaten di wilayah Republik Indonesia, (2) pada pengamatan selama kurun waktu 20-25 tahun sejak awal ditemukan kasus DBD, angka kejadian luar biasa (KLB) penyakit DBD diestimasikan terjadi setiap 5 tahun dengan angka kematian tertinggi pada tahun 1968 saat awal ditemukan kasus DBD dan angka kejadian penyakit DBD tertinggi pada tahun 1988, (3) angka kematian kasus DBD masih tinggi, terutama penderita DBD yang datang terlambat dengan derajat IV, (4) vektor penyakit DBD yaitu nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus masih banyak dijumpai di wilayah Indonesia, dan (5) kemajuan teknologi dalam bidang transportasi disertai mobilitas penduduk yang tinggi memudahkan penyebaran sumber penularannya dari satu kota ke kota lainnya (Soegijanto, 2006). Menurut Llyod yang dikutip oleh Supartha (2008), serangan penyakit DBD berimplikasi luas terhadap kerugian moral dan material berupa biaya rumah sakit dan pengobatan pasien, kehilangan produktivitas kerja bagi penderita, kehilangan wisatawan akibat pemberitaan buruk terhadap daerah kejadian dan yang paling fatal adalah kehilangan nyawa (Supartha, 2008).

Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara 2010 yang diambil dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (2011), penyakit DBD telah menyebar luas ke seluruh wilayah Provinsi Sumatera Utara sebagai angka kesakitan dan kematian yang relatif tinggi. Berdasarkan KLB, wilayah Provinsi Sumatera Utara dapat diklasifikasikan sebagai berikut, yaitu: (1) Daerah Endemis DBD: Kota Medan, Deli Serdang, Binjai, Langkat, Asahan, Tebing Tinggi, Pematang Siantar dan Kabupaten Karo, (2) Daerah Sporadis DBD: Kota Sibolga, Tanjung Balai, Simalungun, Tapanuli Utara, Toba Samosir, Dairi, Tapanuli Tengah, Mandailing Natal, Padang Sidempuan, Tapanuli Selatan, Labuhan Batu, Humbang Hasundutan, Pak-Pak Barat, Serdang Bedagai, dan Kabupaten Samosir, dan (3) Daerah Potensial/Bebas DBD: Kabupaten Nias dan Nias Selatan (Dinkes Provinsi Sumatera Utara, 2011). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Medan (2009), kota Medan merupakan daerah endemis DBD. Dari 21 kecamatan di kota Medan, tercatat enam kecamatan yang merupakan daerah endemis DBD, yaitu Kecamatan Medan Denai, Medan Helvetia, Medan Perjuangan, Medan Amplas, Medan Baru dan Medan Selayang (Dinkes Kota Medan, 2009). Menurut Dinkes Kota Medan (2012), dari 21 kecamatan di kota Medan, telah tercatat 1.578 kasus dan 21 orang meninggal dunia yang terjadi sejak Januari hingga Agustus 2011. Kecamatan yang paling endemis di kota Medan adalah Medan Denai, yang terdiri dari 6 kelurahan yaitu Kelurahan Binjai, Tegal Sari Mandala I, Tegal Sari Mandala II, Tegal Sari Mandala III, Denai, dan Medan Tenggara, yang pada Januari hingga Maret 2011 terjadi 87 kasus DBD (Dinkes Kota Medan, 2012).

Menurut data dari Puskesmas Desa Binjai Kota Medan (2012), tidak terdapat penderita DBD yang meninggal dunia, akan tetapi tercatat 111 kasus yang terjadi sepanjang tahun 2011 di Kelurahan Binjai tersebut. Pada bulan Januari hingga Maret 2011, telah terjadi 34 kasus DBD. Dengan perkataan lain, kasus DBD di Kelurahan Binjai mencakup lebih dari sepertiga kasus DBD di Kecamatan Medan Denai pada bulan Januari hingga Maret 2011. Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara 2010 yang diambil dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (2011), upaya pemberantasan DBD dititikberatkan pada penggerakan potensi masyarakat untuk dapat berperan serta dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui 3M Plus (menguras, menutup, mengubur) plus menabur larvasida, penyebaran ikan pada tempat penampungan air, penggerakan juru pemantau jentik (jumantik) serta pengenalan gejala DBD dan penanganannya di rumah tangga. Angka Bebas Jentik (ABJ) digunakan sebagai tolak ukur upaya pemberantasan vektor melalui PSN-3M dan menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat dalam mencegah DBD (Dinkes Provinsi Sumatera Utara, 2011). Oleh karena PSN dianggap sebagai cara paling efektif menangani DBD, dapat disimpulkan bahwa keberadaan tempat-tempat perindukan nyamuk dapat dijadikan indikator kejadian DBD. Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan keberadaan jentik Aedes aegypti dan pelaksanaan 3M Plus dengan kejadian penyakit DBD di Lingkungan XVIII Kelurahan Binjai Kota Medan tahun 2012.

1.2. Perumusan Masalah Pada 21 kecamatan yang terdapat di kota Medan, terdapat enam kecamatan yang merupakan daerah endemis DBD, dan di antara keenam kecamatan tersebut Kecamatan Medan Denai adalah daerah yang paling endemis DBD. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah apakah ada hubungan keberadaan jentik Aedes aegypti dan pelaksanaan 3M Plus dengan kejadian penyakit DBD di Lingkungan XVIII Kelurahan Binjai Kota Medan tahun 2012. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan keberadaan jentik Aedes aegypti dan pelaksanaan 3M Plus dengan kejadian penyakit DBD di Lingkungan XVIII Kelurahan Binjai Kota Medan tahun 2012. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui jenis-jenis tempat perindukan dan kepadatan populasi jentik nyamuk Aedes aegypti berdasarkan pengukuran House Index (HI) dan Container Index (CI) di Lingkungan XVIII Kelurahan Binjai Kota Medan tahun 2012. 2. Untuk mengetahui nilai dan kategori dari tindakan pelaksanaan 3M Plus dan distribusi kejadian penyakit DBD di Lingkungan XVIII Kelurahan Binjai Kota Medan tahun 2012. 3. Untuk mengetahui hubungan keberadaan jentik Aedes aegypti dengan kejadian penyakit DBD di Lingkungan XVIII Kelurahan Binjai Kota Medan tahun 2012. 4. Untuk mengetahui hubungan pelaksanaan 3M Plus dengan kejadian penyakit DBD di Lingkungan XVIII Kelurahan Binjai Kota Medan tahun 2012.

1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini antara lain: 1. Sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan untuk menentukan kebijakan serta perencanaan kesehatan pada masyarakat untuk penanggulangan penyakit DBD. 2. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat di Kelurahan Binjai Kota Medan tahun 2012, khususnya di Lingkungan XVIII untuk dapat berpartisipasi dalam penanggulangan penyakit DBD. 3. Sebagai bahan masukan atau referensi bagi peneliti lain dalam melakukan pengembangan ilmu pengetahuan dan menyelesaikan penelitian selanjutnya.