BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan bentuk pendidikan yang diberikan kepada anak-anak mulai dari usia 0 sampai dengan usia 6 tahun, pendidikan yang kita tamankan sebagai fondasi dalam pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya, baik itu pertumbuhan fisik yang kuat maupun kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki oleh anak. Perkembangan fisik/motorik itu meliputi motorik halus dan motorik kasar. Sedangkan kecerdasan meliputi kecerdasan berbahasa, sosio emosional, kecerdasan daya pikir, dan sebagainya yang tergabung dalam multiple inteligence atau kecerdasan jamak, setiap individu mempunyai perkembangan yang berbeda-beda sesuai dengan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini itu sendiri (Suyanto: 2005). Masa usia dini adalah masa emas (golden age) di dalam rentang perkembangan seorang individu, tumbuh kembang yang luar biasa, baik dari segi fisik motorik, emosi, kognitif maupun psikososial. Pada masa ini, anak mengalami kepekaan terhadap setiap informasi yang didapat dari lingkungan sekitarnya dan anak juga akan rentan sekali terhadap penyakit yang bisa menyerang. Dalam perkembangan manusia, perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. dengan kemampuan motorik anak dapat berlari,
melompat, menulis dan sebagainya. Pada kegiatan pembelajaran sebaiknya dengan permainan yang menyenangkan dan lebih melatih otot-otot tangan, karena ini merupakan modal dasar bagi anak-anak untuk dapat menulis. Perkembangan motorik halus anak taman kanak-kanak ditekankan pada koordinasi mata dan gerakan jari-jarinya, dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu obyek dengan menggunakan jari tangan. Kemampuan motorik halus bisa dikembangkan dengan cara melipat kertas, menjahit, menulis, meronce, meremas, dan sebagainya. Cara belajar anak usia dini adalah dengan cara bermain sambil belajar yang mana dari kegiatan bermain anak bisa mengeksplor segala kemampuan yang dimiliki oleh anak. Bermain dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan demi kesenangan dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Untuk itu tugas dari orang tua dan guru untuk mengoptimalkan segala kemampuan atau aspek perkembangan yang dimiliki oleh anak supaya bisa berkembang secara optimal. Kegiatan mencocok gambar adalah salah satu kegiatan pembelajaran di TK, untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak agar optimal. Kemampuan motorik halus anak Kelompok B RA Diponegoro 135 Karangsalam Kedungbanteng yang berjumlah 26 anak, terdiri dari 16 anak laki-laki dan 10 anak perempuan, usia mereka berkisar antara lima sampai enam tahun, masih kurang berkembang secara optimal disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu; kurangnya kreativitas guru dalam memberikan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan bagi anak sehingga
mengakibatkan anak kurang memperhatikan cara belajar di dalam kelas, mereka cenderung asik bermain sendiri, bercerita dengan teman yang ada di dekatnya., guru juga jarang sekali memberikan kegiatan yang bisa merangsang kemampuan motorik halus anak, diantaranya kegiatan mencocok gambar, melipat, meremas, dan sebagainya. Jumlah guru di RA Diponegoro 135 Karangsalam terdiri dari tiga orang guru yang meliputi satu kepala sekolah, dan dua orang guru yang mengajar di kelas secara bergantian. Kemampuan motorik halus anak RA Diponegoro 135 Karangsalam yang kurang optimal dilihat dari cara anak yang memegang pensilnya masih menggunakan empat jari, masih ada yang menggunakan lima jarinya, masih ada yang memegang pensilnya diselipkan diantara jari tengah dan jari telunjuk, dan masih ada anak yang memegang pensilnya menghadap ke depan. Tugas pendidik di sekolah untuk memberikan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan mengoptimalkan seluruh kemampuan anak dan mengubah persepsi anak bahwa belajar di taman kanak-kanak itu bukan hanya sekedar menulis, akan tetapi belajar juga bisa melalui kegiatan mencocok gambar, melipat, kolase, merobek kertas, meremas, dan sebagainya. Untuk itu peneliti akan memberikan kegiatan belajar yang baru yaitu kegiatan mencocok gambar. Kegiatan ini dinilai oleh peneliti dapat meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak usia dini. Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di Kelompok B RA Diponegoro 135, dari 26 anak hanya empat anak yang sudah optimal perkembangan motorik halusnya, dan menyimpulkan bahwa rendahya
kemampuan motorik halus anak disebabkan oleh kurangnya kegiatan yang bisa merangsang motorik halus anak, kurangnya motivasi dari guru untuk kegiatan mencocok itu sendiri, kegiatan pembelajaran yang monoton sehingga anak kurang berminat di dalam kelas dan anak cenderung bosan. Akibatnya kemampuan motorik halus anak menjadi kurang baik dan kegiatan pembelajaran yang kurang menyenangkan menjadi salah satu penyebab rendahnya kemampuan motorik halus anak Kelompok B RA Diponegoro 135 Karangsalam Kedungbanteng. Dari permasalahan itu, peneliti mengambil tindakan untuk memperbaiki metode pembelajaran untuk membangkitkan semangat belajar anak. Penelitian tindakan kelas perlu dilakukan sebagai upaya perbaikan pelaksanaan pembelajaran. Dalam hal ini peneliti mempergunakan kegiatan mencocok gambar untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak Kelompok B RA Diponegoro 135 Karangsalam Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas. B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya 1. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang menjadi fokus perbaikan dalam penelitian adalah: Apakah dengan kegiatan mencocok gambar dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak Kelompok B RA Diponegoro 135 Karangsalam Kecamatan
Kedungbanteng Banyumas pada Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012?. 2. Pemecahan Masalah Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat dianalisis akar penyebab masalah dan alternatif pemecahannya sebagai berikut: Kemampuan motorik halus anak masih rendah Tabel 1.1 Rumusan Masalah Masalah Akar masalah Alternatif pemecahan a. Kurangnya a. Penggunaan kegiatan yang gambar sebagai bisa merangsang media baru untuk motorik halus mencocok. anak. b. Kegiatan pembelajaran yang monoton sehingga minat anak dalam kegiatan pembelajaran di kelas kurang menyenangkan dan anak cenderung bosan. c. Kurangnya motivasi dari guru dalam kegiatan mencocok gambar. b. Penggunaan metode pembelajaran yang menyenangkan bagi anak. c. Memotivasi dan memberikan semangat kepada anak dalam melakuakan kegiatan mencocok gambar. C. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data tentang kurang berkembangnya kemampuan motorik halus anak pada Kelopok B RA Diponegoro 135 Karangsalam Kedungbanteng Banyumas
pada Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012 untuk diberikan tindakan agar kemampuan motorik halusnya berkembang optimal. D. Manfaat Penelitian 1. Untuk Anak Dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak sejak dini yang bisa menjadi bekal dikemudian hari pada jenjang pendidikan selanjutnya. 2. Untuk Guru a. Dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas pembelajaran yang sesuai dengan tujuan meningkatkan kemampuan motorik halus bagi anak usia dini. b. Sebagai acuan bagi rekan-rekan guru TK meningkatkan kemampuan motorik halus anak dengan metode kegiatan mencocok. 3. Untuk Sekolah Meningkatkan mutu pembelajaran di Kelompok B RA Diponegoro 135 Karangsalam Kecamatan Kedungbanteng kabupaten Banyumas karena adanya peningkatan dalam diri guru. 4. Untuk Orang tua Kegiatan penelitian tindakan kelas ini akan memberikan motivasi bagi para orang tua siswa anak TK untuk ikut aktif dalam merangsang kemampuan motorik halus anak-anak mereka.