ANALISA KEKUATAN SAMBUNGAN LAS ARGON PADA STAINLESS STEEL 304 MENGGUNAKAN VARIASI KUAT ARUS

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH ARUS PENGELASAN LAS TIG TERHADAP KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS STAINLESS STEEL TYPE 304 ABSTRAK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

Kata Kunci: Pengelasan Berbeda, GMAW, Variasi Arus, Struktur Mikro

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN:

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK- MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

BAB IV DATA DAN ANALISA

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

Dimas Hardjo Subowo NRP

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ir. Hari Subiyanto, MSc

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

PENGARUH PREHEAT TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIK LAS LOGAM TAK SEJENIS BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK AISI 304 DAN BAJA KARBON A36

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN

Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ARI BUDIANTO N I M : D

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

STUDI METALOGRAFI HASIL PENGELASAN SPOT WELDING TIPE KONVENSIONAL DAN PENAMBAHAN GAS ARGON

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

TUGAS AKHIR PENELITIAN STAINLESS STEEL

BAB II KERANGKA TEORI

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP HASIL PENGELASAN TIG PADA BAJA KARBON RENDAH

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

ARI BUDIANTO NIM : D TUGAS AKHIR. Disusun :

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

VARIASI ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT MEKANIK MIKRO SAMBUNGAN LAS BAJA TAHAN KARAT AISI 304

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

JURNAL PENGARUH PEMBERIAN PANAS AWAL PADA HASIL PENGELASAN TIG TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA TAHAN KARAT 316L

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

PENGARUH HEAT TREATMENT

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI PENGARUH TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA LAS SMAW (SHIELDED METAL ARC WELDING) DENGAN METODE EKSPERIMEN

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

BAB I PENDAHULUAN. proses pengelasan. Pada proses pengelasan terdapat berbagai jenis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

KATA PENGANTAR. Sidoarjo, Desember Fakultas. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 1

Jurnal Teknik Mesin UNISKA Vol. 02 No.02 Mei 2017 ISSN

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

Analisa Kekuatan Material Carbon Steel ST41 Pengaruh Preheat dan PWHT Dengan Uji Tarik Dan Micro Etsa

STUDI PENGARUH NORMALISING TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS SMAW PADA PLAT JIS SM 41B MENGGUNAKAN ELEKTRODA E 7016 DAN E 6013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur mikro adalah gambaran dari kumpulan fasa-fasa yang dapat diamati

KAJIAN METALOGRAFI HASIL PENGELASAN TITIK (SPOT WELDING) ALUMINIUM PADUAN DENGAN PENAMBAHAN GAS ARGON

NASKAH PUBLIKASI STUDI METALOGRAFI PENGARUH ARUS DAN HOLDING TIME PADA PENGELASAN SPOT WELDING MATERIAL STAINLESS STEEL

TUGAS AKHIR ANALISIS KEKUATAN TARIK SAMBUNGAN LAS SMAW PADA BAJA SS400 DENGAN VARIASI ARUS

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

Gambar 4.1. Hasil pengamatan struktur mikro.

PENGARUH SUHU PREHEAT DAN VARIASI ARUS PADA HASIL LAS TIG ALUMINIUM PADUAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN

DAFTAR ISI Error! Bookmark not defined.

Peningkatan Kualitas Sambungan Las Baja Karbon Rendah Dengan Metode Taguchi

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan efisiensi penggunaan BBM. Penggantian bahan pada. sehingga dapat menurunkan konsumsi penggunaan BBM.

BAB I PENDAHULUAN. atau non ferrous dengan memanaskan sampai suhu pengalasan, dengan atau tanpa menggunakan logam pengisi ( filler metal ).

PENGARUH VARIASI SUHU PREHEAT TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL SA 516 GRADE 70 YANG DISAMBUNG DENGAN METODE PENGELASAN SMAW

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG

ANALISIS PENGARUH TEMPERING

PENGARUH HASIL PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA ST 42

PENGARUH KECEPATAN PUTAR TOOL TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN ALUMINIUM 1XXX DENGAN METODE FRICTION STIR WELDING. Tri Angga Prasetyo ( )

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia konstruksi, pengelasan sering digunakan untuk perbaikan dan

PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PROSES PENGELASAN ALUMINIUM DENGAN METODE MIG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

Pengaruh Parameter Post Weld Heat Treatment terhadap Sifat Mekanik Lasan Dissimilar Metal AISI 1045 dan AISI 304

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISA KUAT LENTUR DAN PENGELASAN PADA PEMEGANG KURSI MOBIL

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP DAERAH HAZ LAS PADA BAJA KARBON

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian struktur mikro dilakukan untuk mengetahui isi unsur kandungan

Gambar 4.1. Hasil pengelasan gesek.

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

Available online at Website

Studi Eksperimen Pengaruh Durasi Gesek, Tekanan Gesek Dan Tekanan Tempa Pengelasan Gesek (FW) Terhadap Kekuatan Tarik dan Impact Pada Baja Aisi 1045

I. PENDAHULUAN. terjadinya oksidasi lebih lanjut (Amanto & Daryanto, 2006). Selain sifatnya

Oleh Wahyu Ade Saputra ( ) Dosen Pembimbing 1. Ir. Achmad Zubaydi, M.Eng., Ph.D 2. Ir. Soeweify, M.Eng

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut: 1. Proses pembuatan kampuh las, proses pengelasan dan pembuatan

PENGARUH JENIS ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK HASIL PENGELASAN SMAW BAJA ASTM A36

BAB 3 METODE PENELITIAN

Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERAAN DAN STRUKTUR MIKRO

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PROSES PENGELASAN ALUMUNIUM DENGAN METODE SMAW

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

PENGARUH TEBAL PELAT BAJA KARBON RENDAH LAMA PENEKANAN DAN TEGANGAN LISTRIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

Transkripsi:

ANALISA KEKUATAN SAMBUNGAN LAS ARGON PADA STAINLESS STEEL 304 MENGGUNAKAN VARIASI KUAT ARUS Imam Syafa at *1, Helmy Purwanto 1, Muhammad Ilhammudin 1 dan Rita Dwi Ratnani 2 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Wahid Hasyim 2 Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Wahid Hasyim Jl. Menoreh Tengah X/22, Semarang, Indonesia *Email: imamsyafaat@unwahas.ac.id Abstrak Pengelasan merupakan metode penyambungan yang umum digunakan dalam bidang konstruksi maupun aplikasi di industri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik sifat fisik dari pengamatan struktur makro, mikro serta karakteristik mekanik dari pengujian tarik. Parameter pengelasan perlu diketahui karena berpengaruh dengan sifat mekanik material setelah dilakukan pengelasan. Pada penelitian ini proses pengelasan yang digunakan adalah GTAW atau TIG dengan gas Argon. Penelitian ini menggunakan variasi arus 60 A, 70 A, 80 A. Berdasarkan hasil pengujian spesimen dengan arus 80 A memiliki tegangan tarik maksimal tertinggi 744,162 MPa. tegangan tarik terendah pada arus 70 A dengan nilai 598,435 MPa. Dan regangan tertinggi 82 % pada arus 80 A Hubungan antara kekuatan tarik dan struktur mikro semakin besar butiran logam yang dihasilkan maka tegangan luluhnya semakin kecil. Karena panas yang dihasilkan tidak cukup membuat elektroda tungsten dan bahan tambahnya meleleh dengan baik. Kata kunci: stainless steel, GTAW, kuat arus, kekuatan tarik. PENDAHULUAN Dalam industri, teknologi konstruksi merupakan salah satu teknologi yang memiliki andil dalam berbagai sarana dan prasarana kebutuhan manusia. Perkembanganya semakin pesat dan tidak bisa dipisahkan dari teknik pengelasan dalam merancang suatu produk. Metode pengelasan sangatlah mempengaruhi hasil las. Metode yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan konstruksi. Salah satu metode pengelasan yang biasa digunakan dalam pengelasan baja tahan karat (stainless steel) adalah Gas Tungsten Arc Welding (GTAW). Pengelasan ini bisa diaplikasikan untuk material baja. Karakter baja tahan karat merupakan baja paduan tinggi, menjadikan kualitas sambungan lasnya menjadi getas karena terpengaruh panas dari proses pengelasan (Yunus, 2013). Menurut Widyatmoko dkk (2017) yang meneliti tentang pengaruh arus pengelasan GTAW terhadap karakteristik sifat mekanis stainless steel 304 bahwa semakin tinggi dan optimal panas yang dihasilkan pada proses pengelasan maka akan semakin baik dala melelehkan bahan tambah dan elektroda tungsten dengan logam induk. Menurut penelitan yang dilakukan Setiawan (2016), tentang pengaruh pengelasan GTAW stainless steel 304. Dimana tujuan penelitian tersebut untuk mengetahui prosentase komposisi kimia dengan hasil diketahui jenis baja tahan karat austenitic paduan Fe-Cr-Ni dengan kadar Fe = 71,45%, Cr = 18,12%, Ni = 8,49%, Mn = 0,914%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan karakteristik sifat fisik dan mekanik material stainless 304 setelah dilakukan pengelasan dengan variasi arus 60 A, 70 A, 80 A dengan pengujian foto makro, uji struktur mikro dan Uji kekuatan tarik. Kajian ini diaplikasikan untuk rancang bangun pirolisator. METODE PENELITIAN Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian adalah - Mesin las TIG Lakoni Inverter Welding tipe HAWK TIG 200e. - Alat perkakas dan meja bangku. - Bahan stainless steel 304 tebal 1,2mm. Prosedur dalam penelitian ini adalah Pemilihan bahan, bahan yang digunakan stainless steel 304. proses pengelasan dengan metode pengelasan GTAW atau TIG, pada Gambar 1 menunjukkan material setelah dilakukan pengelasan, pembuatan spesimen menggunakan standar ASTM E8/E8M-09 terlihat pada Gambar 2, foto makro, uji foto mikro dan kekuatan tarik 34 e-issn 2406-9329

Momentum, Vol. 14, No. 2, Oktober 2018, Hal. 34-38 ISSN 0216-7395 Gambar 1. Material yang dilas Gambar 2. Ukuran spesimen uji tarik ASTM E8 Keterangan: L = 100 mm R = 6 mm W = 6 mm T = 1,2 mm C = 10 mm B = 30 mm Gambar 3. Diagram alir Gambar 3 merupakan alur atau langkahlangkah pada penelitian ini yang bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian. Langkah pertama studi literatur, pemilihan material, uji komposisi, proses pengelasan, pembuatan spesimen, pengujian, dan seterusnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Komposisi Material Hasil uji komposisi material seperti ditunjukkan dalam Tabel 1. Tabel 1. Komposisi kimia stainless steel 304 Unsur Cr Mn Si Fe C Ni N P % 18,479 0,94 0,296 71,334 0,053 8,232 0,039 0,0401 Material ini memiliki kandungan karbon, dimana karbon mempunyai sifat dapat meningkatkan kekerasan dan kekuatan tetapi menurunkan kemampuan tempa dan keuletan. Kandungan kromnya memberikan pengaruh dalam proses kimia terutama pada saat proses Fakultas Teknik-UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 35

pemanasan. Stainless steel dipilih sebagai material kerja karena sifat tahan panas pada temperatur tinggi dan ketahan terhadap korosi. Hasil Foto Makro Gambar 4 hasil pengelasan yang paling bagus adalah pada arus 80 A. Hasil pengelasan pada arus 60 A, dan 70 A bahan tambah tidak mencair dengan maksimal terlihat masih ada sekat-sekat pada daerah pengelasan. Semua perbedaan tersebut karena dipengaruhi besar kecilnya panas yang masuk dan juga kecepatan pengelasan. Foto Makro dapat dilihat pada Gambar 4 proses etsa. Terlihat perbedaan pengelasan arus 60 A, 70 A, 80 A. Bahwa pada pengelasan arus 60 A dan 70 A, logam bahan tambahnya tidak mampu mencair maksimal dengan logam induknya. Hasil Foto Mikro Pada gambar 6 hasil struktur mikro pada hasil uji metalografi menunjukkan tiga fasa yaitu fasa ferit (kelihatan gelap), dan austenite (terlihat lebih terang) fasa ini terlihat sedikit karena belum ada perlakuan sama sekali. Gambar 6. Foto mikro logam induk (a) perbesaran 100x (b) perbesaran 200x Pada Gambar 7 struktur mikro pada pengelasan arus 60 A. Dimana struktur mikro antara daerah Heat Affected Zone (HAZ) dan las mempunyai fasa yang hampir sama. Adapun yang membedakannya adalah batas butirnya pada daerah logam induk dan daerah HAZ hampir sama yaitu berbutir memanjang. Gambar 7. Hasil struktur mikro (a) logam induk, (b) HAZ, (c) las Gambar 4. Foto makro hasil pengelasan (a) Arus 60 A, (b) Arus 70 A, (c) Arus 80 A. Gambar 5 merupakan pengamatan foto makro setelah proses etsa. Pada Gambar 8 bahwa hasil pengelasan pada arus 70 A, dimana struktur mikro antara logam induk, HAZ, dan las mempunyai fasa ferit, austenite. Batas butir pada daerah HAZ dan logam induk hampir sama yaitu berbentuk oval atau kotak dengan bentuk pada daerah las berbutir memanjang. Gambar 5. Foto makro setelah etsa, (a) 60 A, (b) 70 A, (c) 80 A Sebelum dilakukan foto makro ini, bahan dipotong dan dihaluskan kemudian dilakukan Gambar 8. Hasil struktur mikro, (a) logam induk, (b) HAZ, (c) las 36 e-issn 2406-9329

Momentum, Vol. 14, No. 2, Oktober 2018, Hal. 34-38 ISSN 0216-7395 Gambar 9 pengelasan arus 80A dimana struktur mikro antara logam induk, HAZ, dan las mempunyai fasa yang hampir sama yaitu fasa austenite dan ferit. Bentuk batas butir pada daerah logam induk dan HAZ adalah berbutir memanjang mikro pengelasan 80 A, ferit, austenite lebih halus dibanding pengelasan arus 70 A. Menurut penelitian Widyatmoko dkk (2017) semakin besar panas yang masuk pada saat pengelasan maka butiran struktur mikronya semakin kasar yang mengakibatkan kekuatan pada daerah HAZ menjadi rendah. 3.4. Pengujian Tarik Gambar 9. Hasil struktur mikro, (a) logam induk, (b) HAZ, (c) las Tabel 2. Perbandingan hasil struktur mikro daerah HAZ dan Las. Gambar 10. Grafik hubungan antara tegangan tarik dengan kuat arus Pada tabel 2 menunjukkan perbedaan hasil struktur mikro daerah las dan HAZ, pada pengelasan 60 A, 70 A, 80 A memiliki struktur ferit halus dan struktur austenite kasar. Struktur yang terbentuk karena adanya transformasi panas (Callister, 2006). Perbedaan struktur pada daerah HAZ menunjukkan bahwa pada kuat arus 60 A lebih didominasi ferit, pada pengelasan arus 60 A panas yang masuk tidak terlalu besar sehingga untuk mencairkan material tambahnya kurang begitu baik nampak butiran pada daerah lasan, dengan demikian daerah pengaruh HAZ tidak terlalu luas (Saripudin, 2013). Pada daerah las menunjukkan bahwa pengelasan kuat arus 60 A struktur yang dihasilkan terlihat lebih kasar dibanding pengelasan arus 70 A dan 80 A. pada struktur Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa hasil tegangan tarik paling tinggi 668,603 MPa terletak pada pengelasan arus 80 A, sedangkan nilai tegangan tarik terendah pada arus 70 A dengan nilai 598,435 MPa. Tegangan tarik maksimal tertinggi pada pengelasan 80 A dengan nilai 744,162 MPa. Hal-hal yang mempengaruhi hasil pengujian menurut Widyatmoko dkk (2017) pada pengelasan TIG bahwa semakin tinggi panas yang dihasilkan pada pengelasan membuat kawat elektroda tungsten dan bahan tambahnya dapat meleleh dengan baik sehingga menjadikan las lebih kuat. Gambar 11. Grafik hubungan kuat arus dengan regangan Fakultas Teknik-UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 37

Pada gambar 11 grafik regangan menunjukkan hasil presentase perpanjangan bahan terletak pada arus 80 A dengan 82 %, sedangkan nilai terendah adalah 76,5% pada pengelasan 60 A. Menurut Suryanto dan Ilman (2016) hubungan antara struktur mikro dengan kekuatan tarik logam dimana semakin besar butiran logam yang dihasilkan maka kekuatan luluhnya semakin rendah. Dikarenakan panas yang dihasilkan kurang maksimal dan tidak cukup panas untuk melelehkan elektroda dan bahan tambahnya. Dalam aplikasi, secara umum kekuatan sambungan las mampu menahan tekanan yang ada dalam pirolisator. Dalam kenyataannya, tabung penghasil uap cair ini tidaklah bersifat mampat dengan tekanan tertentu. Lubang output asap yang berhubungan udara luar membuat alat ini mempunyai tekanan sama dengan tekanan di luar tabung. KESIMPULAN 1. Hasil foto makro yang paling bagus adalah pada pengelasan dengan kuat arus 80 A, sedangkan pengelasan pada kuat arus 60 A bahan tambahnya sulit meleleh karena arusnya terlalu kecil. Pada arus 60 A menghasilkan struktur mikro ferit, austenite dan karbida chromnya lebih kasar dan gelap. arus 70 A hasil struktur mikro ferit, austenite dan karbida chrom, lebih halus terang. Arus 80 A hasil struktur mikronya ferit, austenite, dan karbida chromnya lebih halus dari pengelasan kuat arus lainnya. 2. Hasil pengujian tarik yang paling tinggi 668,6 MPa terletak pada pengelasan 80 A karena struktur karbidanya lebih halus dan lebih banyak dibandingkan kuat arus lain. Sedangkan tegangan tarik dengan nilai terendah 598,4 MPa terletak pada pengelasan 70 A. tegangan tarik maksimum nilai tertinggi 744,1 MPa terletak pada pengelasan dengan kuat arus 80 A. DAFTAR PUSTAKA Saripudin dan Mochammad Noer Ilman. (2013). Pengaruh Preheat terhadap Struktur Mikro dan Kekuatan Tarik Las Logam Tak Sejenis Baja Tahan Karat Austeniti AISI 304 dan Baja Karbon A36.Artikel Ilmiah. Setiawan, A. (2016). Penelitian Stainless Steel 304 Terhadap Pengaruh Pengelasan GTAW Untuk Variasi Arus 50A, 100A Dan 160A Dengan Uji Komposisi, Struktur Mikro, Uji Kekerasan Dan Uji Impact. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Suryanto, Heru., Nasrul, Y., Qolik, A. Pengaruh Variasi Arus Las SMAW Terhadap Kekerasan dan Kekuatan Tarik Sambungan Dissimilar Stainless Steel 304 dan ST 37. Malang: Universitas Negeri Malang. William D. Callister,Jr., (1990)., Materials Science And Engineering An Introduction., Second Edition., New York. Widyatmoko, A., Muh Amin., Solechan. (2017). Pengaruh Arus Pengelasan Las TIG Terhadap Karakteristik Sifat Mekanis Stainless Steel Type 304. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang. Yunus dan Nofri, (2013). Variasi Arus Listrik Terhadap Sifat Mekanik Mikro Sambungan Las Baja Tahan Karat AISI 304. Volume 1, Nomor 1, E-journal Widya Eksakta. 38 e-issn 2406-9329