MENINGKATKAN LITERASI STEM SISWA SMP PADA MATERI BIOTEKNOLOGI

dokumen-dokumen yang mirip
2016 PEMBELAJARAN STEM PAD A MATERI SUHU D AN PERUBAHANNYA D ENGAN MOD EL 6E LEARNING BY D ESIGNTM UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA

PENDAHULUAN. keahlian atau keterampilan di bidang tertentu. Menurut 21 st. Partnership Learning Framework (BSNP, 2013: 3-4), terdapat enam

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN IPA TERPAD U TIPE INTEGRATED TERHAD AP PENGUASAAN KONSEP D AN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP PAD A TOPIK TEKANAN

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) juga. persaingan global yang dihadapi oleh setiap negara, khususnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan lulusan yang dapat bersaing secara global. Untuk menjawab

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ismail, 2016

2015 PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS PESERTA DIDIK SMP PADA TEMA LIMBAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rosa Nika Agusta,2014

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Abdul Latip, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi saat ini diperlukan sumber daya manusia

I. PENDAHULUAN. Salah satu media atau sumber belajar yang dapat dijadikan sebagai penunjang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat banyak. Tuntutan tersebut diantaranya adalah anak membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. budaya dalam bentuk pola pikir. Sebagai proses transformasi, sudah barang tentu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intan Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Deni Moh Budiman, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang kompleks yang

R PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF LITERASI SAINS UNTUK PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA BIOTEKNOLOGI DI BIDANG PRODUKSI PANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Azza Nuzullah Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Afifudin, 2013

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah telepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rena Ernawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dwi Ratnaningdyah, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. perlu dikuasainya matematika oleh siswa. Matematika merupakan ilmu universal

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENJELASKAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kerangka berpikir. Tatakerja pendekatan sistem menelaah masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang harus dimiliki memasuki era informasi dan teknologi, IPA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran banyak sekali permasalahan-permasalahan. satunya adalah rendahnya minat belajar matematika.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. kedewasaan. Purwanto (2007: 10) menyatakan pendidikan ialah pimpinan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI Ismail, 2016

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan

keterampilan berpikir kreatif

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI BILANGAN BULAT

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik yang dikehendaki dunia kerja (Career Center Maine Department

BAB I PENDAHULUAN. yaitu krisis terhadap masalah, sehingga peserta didik (mahasiswa) mampu merasakan

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

Rasional. Visi, Misi, dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah

Pembelajaran IPA Terpadu Melalui Keterampilan Kerja Ilmiah Untuk Mengembangkan Nilai Karakter. Henry Januar Saputra

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dimana berbagai informasi mudah didapatkan oleh semua orang di. Perkembangan IPTEK yang sangat pesat dapat berimbas pada tantangan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Irpan Maulana, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Yetty Wadissa, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendatangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia pendidikan berada pada era globalisasi yang berciri modern

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan memang memiliki peranan penting dalam kehidupan umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Di sekolah dasar, Ilmu Pengetahuan Alam atau sains merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dana, manajemen dan lingkungan sudah memadai (Widyastono,

2016 PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE CONNECTED BERBASIS GUIDED INQUIRY

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Fisika merupakan salah satu cabang sains yang besar peranannya dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

SRIE MULYATI, 2015 KONSTRUKSI ALAT UKUR PENILAIAN LITERASI SAINS SISWA SMA PADA KONTEN SEL VOLTA MENGGUNAKAN KONTEKS BATERAI LI-ION RAMAH LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam suatu pendidikan tentu tidak terlepas dengan pembelajaran di

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah memasuki berbagai sendi kehidupan, tak terkecuali bidang pendidikan. Pendidik dan siswa dituntut mengembangkan kemampuan belajar mengajar yang sesuai dengan tuntutan pembelajaran abad 21. Berdasarkan framework yang dikembangkan P21 (Partnership for 21 st Century Learning, 2015), pembelajaran abad 21 menuntut siswa untuk memiliki keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan di bidang teknologi, media dan informasi, keterampilan pembelajaran dan inovasi serta keterampilan hidup dan karir. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dalam Kurikulum 2013 merupakan salah satu mata pelajaran yang menggunakan sains sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan umumnya yakni tujuan pendidikan nasional dan tujuan pendidikan sains khususnya. Pendidikan sains bertujuan untuk meningkatkan pengertian siswa terhadap dunia alamiah yang ada di sekeliling mereka. Sains menjadi penting untuk dikuasai oleh siswa dalam kaitannya dengan bagaimana siswa dapat memahami dan membuat keputusan berkenaan dengan lingkungan hidup, kesehatan, ekonomi, dan masalah-masalah lain yang dihadapi oleh masyarakat modern yang sangat bergantung pada teknologi dan kemajuan serta perkembangan ilmu pengetahuan. Pada akhirnya mata pelajaran IPA merupakan wahana yang tepat untuk menumbuhkan dan menguatkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa sehingga mereka bisa menjadi sumber daya manusia yang beradab, berpengetahuan, dan memiliki keterampilan yang kompeten dalam menghadapi tuntutan pembelajaran abad 21 (Kemdikbud, 2016). Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah, siswa dituntut memiliki keterampilan berpikir kritis dan bertindak kreatif, produktif, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif melalui pendekatan ilmiah sesuai dengan yang dipelajari di satuan pendidikan dan sumber lain secara 1

2 mandiri. Oleh karena itu pembelajaran yang dilaksanakan di SMP, termasuk pembelajaran IPA diharapkan bisa menanamkan dan melatihkan keterampilanketerampilan sesuai tuntutan pembelajaran abad 21. Keterampilan-keterampilan itu di antaranya berpikir kritis dan mengatasi masalah; komunikasi dan kolaborasi; serta kreativitas dan inovasi. Sejalan dengan tuntutan pembelajaran abad 21, penguasaan ilmu pengetahuan terutama di bidang sains, teknologi, engineering, dan matematika memegang peranan penting dalam dunia pendidikan. Integrasi dari keempat bidang tersebut dikenal sebagai pendidikan STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematic). Reeve (2013, hlm 8) mendefinisikan pendidikan STEM sebagai pendekatan interdisiplin pada pembelajaran, di mana siswa menggunakan sains, teknologi, engineering, dan matematika dalam konteks nyata yang mengoneksikan sekolah, dunia kerja, dan masyarakat global untuk mengembangkan literasi STEM pada siswa. Pada akhirnya literasi STEM ini akan menjadikan siswa mampu bersaing dalam era ekonomi baru yang berbasis pengetahuan. Pembelajaran IPA di Indonesia yang mengarah pada pembentukan literasi STEM siswa masih jarang dilakukan. Hasil observasi dalam kegiatan pembelajaran pada salah satu SMP di Kabupaten Tasikmalaya menunjukkan bahwa siswa kurang dilatih mengembangkan keterampilan-keterampilan yang menjadi tuntutan abad 21 dan tuntutan literasi STEM. Hal ini tampak pada: a. Guru belum pernah mengintegrasikan sains, teknologi, engineering dan matematika sebagai satu kesatuan pada pembelajaran STEM. b. Siswa belum pernah difasilitasi untuk mengaplikasikan disiplin ilmu lain, misalnya teknologi dan kegiatan merancang (engineering) dalam pembelajaran IPA. c. Aplikasi ilmu matematika ke dalam pembelajaran IPA hanya terbatas pada penggunaan operasi hitung dalam menjawab rumus-rumus fisika sebagai bagian dari mata pelajaran IPA terpadu. d. Siswa kurang mampu berkomunikasi untuk mengungkapkan gagasan atau ideide yang inovatif dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Hal ini terlihat

3 dalam proses pembelajaran, hanya beberapa siswa yang antusias untuk berargumen atau menanggapi pertanyaan dari guru. e. Pembelajaran kurang melibatkan siswa (teacher center) sehingga siswa hanya menerima pengetahuan yang sudah jadi tanpa mengembangkan potensi berpikirnya. Siswa hanya menghapal tanpa memaknai bagaimana sebuah pengetahuan diperoleh melalui proses. f. Siswa jarang mendapatkan tugas untuk melakukan observasi atau penelitian dan penugasan yang bersifat proyek. Guru lebih sering memberikan penugasan berupa pengerjaan latihan soal yang terdapat dalam buku paket siswa, sehingga keterampilan siswa dalam komunikasi dan kolaborasi kurang terlatihkan dengan baik. Kondisi tersebut tidak berbeda jauh dengan apa yang dipaparkan dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Permanasari (2015, hlm. 25) yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir logis, rasional, serta sistematis sebagian besar anak Indonesia masih rendah. Bahkan untuk kemampuan memecahkan masalah, capaian anak Indonesia sangat rendah bila dibandingkan dengan negara-negara seperti Malaysia, Thailand, atau Filipina. Dengan mempertimbangkan beberapa hal tersebut, maka sudah saatnya integrasi keempat bidang STEM dalam pembelajaran dilakukan untuk membangun literasi STEM siswa. Seperti yang dipaparkan oleh Bybee (2013, hlm. 5) bahwa tujuan dari pendidikan STEM bagi siswa adalah menerapkan dan mempraktekkan konten dasar dari sains, teknologi, engineering dan matematika pada situasi yang mereka temukan dalam kehidupannya sehingga menjadi literat STEM. Implementasi pendidikan STEM dalam pembelajaran harus didukung dengan perangkat kurikulum yang ada sehingga tujuan akhir pembelajaran dapat tercapai. Menurut Rustaman (2016, hlm. 5) kurikulum 2013 memberikan ruang bagi pengembangan dan implementasi pendidikan STEM. Implementasi kurikulum dalam pembelajaran mengutamakan integrasi keempat bidang STEM secara multi- dan trans-disiplin serta pengembangan pemikiran kritis, kreativitas, inovasi, dan kemampuan memecahkan masalah. Oleh karena itu, guru dianjurkan

4 untuk menggunakan model pembelajaran yang bervariasi sebagai modifikasi dari pendekatan saintifik. Di antara beberapa model pembelajaran tersebut yang bisa diintegrasikan dengan STEM adalah model pembelajaran berbasis proyek (Project Based- Learning/ PjBL). Model PjBL digunakan dalam penelitian ini karena memiliki karakteristik yang sesuai dengan pembelajaran STEM, yakni PjBL diawali dengan sebuah permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari yang menuntut siswa untuk menyelesaikannya dengan menghasilkan produk/karya. Produk tersebut diharapkan menjadi sebuah solusi inovatif dari permasalahan yang muncul di awal pembelajaran. Melalui pembelajaran PjBL-STEM, siswa akan menerapkan konten sains, teknologi, engineering dan matematika untuk menyelesaikan permasalahan. Siswa akan membangun pengetahuan baru disertai dengan berkembangnya keterampilan dan sikap positif. Sehingga pada akhirnya akan membangun literasi STEM yang menjadi tujuan utama dalam pembelajaran STEM. Hasil penelitian membuktikan bahwa model PjBL terintegrasi STEM dapat meningkatkan minat dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran terhadap STEM (Mosier, et.al.,2013, hlm. 14); mendorong siswa dalam memilih STEM sebagai pilihan karir di masa yang akan datang, menciptakan pembelajaran bermakna, dan membangun sikap positif siswa (Tseng, 2013, hlm. 100); membangun keterampilan berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah (Capraro & Jones, 2013, hlm. 57); membangun komunikasi dan hubungan kolaboratif antar siswa yang beragam (Soares & Vannest, 2013, hlm. 97). Lebih lanjut penelitian Afriana, dkk. (2015, hlm. 264) dan Khaeroningtyas (2016, hlm. 97) menyimpulkan bahwa integrasi pendidikan STEM dalam pembelajaran dapat meningkatkan literasi sains yang merupakan komponen dari literasi STEM. Namun, terkait dengan integrasi PjBL-STEM dalam meningkatkan literasi STEM siswa belum ditemukan penelitian yang mendukung. Oleh karena itu, sangat menarik diteliti pembelajaran yang dapat meningkatkan literasi STEM siswa dengan menggunakan PjBL-STEM. Salah satu materi IPA yang dapat disampaikan dengan pembelajaran PjBL- STEM adalah bioteknologi pangan. Materi ini dipilih karena memiliki muatan

5 yang kontekstual dengan kehidupan sehari-hari. Siswa mengenal dan mengonsumsi berbagai produk pangan hasil bioteknologi, namun umumnya siswa tidak mengetahui bahwa sebetulnya produk pangan yang mereka konsumsi merupakan hasil dari proses bioteknologi. Siswa tidak mengetahui proses sains yang terjadi pada suatu bahan pangan hingga dihasilkan produk bioteknologi. Di samping itu, bioteknologi memiliki karakteristik multidisiplin sehingga dimungkinkan untuk mengintegrasikan bidang-bidang ilmu lain seperti teknologi, engineering dan matematika ke dalam pembelajaran sains bioteknologi pangan. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka penelitian ini mengangkat judul Pembelajaran Berbasis Proyek (PjBL) untuk Meningkatkan Literasi STEM Siswa SMP Pada Materi Bioteknologi Pangan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah implementasi pembelajaran berbasis proyek dengan pendekatan STEM (PjBL-STEM) untuk meningkatkan literasi STEM siswa SMP pada materi bioteknologi pangan?. Permasalahan penelitian ini dapat dirinci menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: a. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran PjBL-STEM dalam meningkatkan literasi STEM siswa pada materi bioteknologi pangan? b. Bagaimanakah peningkatan aspek pengetahuan dan sikap dalam literasi STEM siswa yang belajar dengan PjBL-STEM pada materi bioteknologi pangan? c. Bagaimanakah perbedaan aspek keterampilan dalam literasi STEM siswa yang belajar dengan PjBL-STEM dibandingkan siswa yang belajar dengan PjBL Non STEM pada materi bioteknologi pangan? d. Komponen literasi STEM manakah yang lebih dominan berkembang dalam pembelajaran PjBL-STEM pada materi bioteknologi pangan? e. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap pembelajaran PjBL-STEM pada materi bioteknologi pangan?

6 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis implementasi pembelajaran PjBL dengan pendekatan STEM dalam upaya meningkatkan literasi STEM siswa SMP pada materi bioteknologi pangan. Sehingga diperoleh gambaran secara empiris terkait dengan model pembelajaran yang lebih baik diterapkan dalam pembelajaran di sekolah. Adapun tujuan dari penelitian ini secara lebih rinci diuraikan sebagai berikut: a. Memperoleh gambaran terkait dengan pelaksanaan penerapan PjBL-STEM pada materi bioteknologi pangan. b. Menganalisis perbedaan peningkatan aspek pengetahuan dan sikap literasi STEM siswa SMP setelah diterapkan PjBL-STEM pada materi bioteknologi pangan. c. Menganalisis perbedaan capaian aspek keterampilan pada Literasi STEM siswa yang belajar dengan PjBL-STEM dibandingkan siswa yang belajar dengan PjBL Non STEM. d. Mengidentifikasi komponen literasi STEM yang lebih dominan berkembang dalam PjBL-STEM e. Memperoleh gambaran terkait dengan tanggapan siswa atas penerapan PjBL- STEM pada materi bioteknologi. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat: a. Dijadikan bukti empiris tentang penerapan model PjBL terintegrasi STEM untuk membangun literasi STEM siswa. b. Menjadi masukan bagi tenaga pengajar untuk lebih menekankan pembelajaran pada konstruksi pengetahuan siswa dan tidak hanya transfer pengetahuan kepada siswa. c. Menjadi masukan bagi sekolah atau lembaga pendidikan sebagai upaya perbaikan dalam proses pembelajaran secara menyeluruh sehingga prestasi siswa lebih meningkat. d. Digunakan oleh pihak yang terkait atau yang berkepentingan sebagai bahan rujukan untuk memperkaya hasil-hasil penelitian yang sejenis.

7 E. Struktur Organisasi Tesis Tesis ini terdiri atas lima bab disertai daftar pustaka dan lampiran. Berikut ini dipaparkan deskripsi singkat untuk setiap bab. 1. Bab I Pendahuluan Bab I tersusun atas lima subbab, yaitu Latar Belakang Penelitian, Rumusan Masalah Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Struktur Organisasi Tesis. Pada bab ini dipaparkan alasan penetapan masalah dan pentingnya masalah ini untuk diteliti, dikemukakan pula beberapa kesenjangan yang harus dicari pemecahannya, alternatif pemecahan yang ditawarkan, dan hasil-hasil penelitian yang mendukung keberhasilan dari alternatif yang ditawarkan tersebut. 2. Bab II Kajian Pustaka Bab II disusun dengan tujuan memberikan landasan teoretis terhadap penelitian yang dilakukan. Bagian ini memuat uraian tentang pembelajaran STEM, PjBL, PjBL-STEM, Literasi STEM dan keempat komponen literasi STEM, pengintegrasian STEM dalam materi bioteknologi pangan serta tinjauan materi tentang bioteknologi pangan. 3. Bab III Metode Penelitian Penjabaran rinci mengenai metode penelitian disampaikan pada Bab III yang metode dan desain penelitian, subjek penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan teknik analisis data hasil penelitian. 4. Bab IV Temuan dan Pembahasan Bab IV merupakan penjabaran temuan dan pembahasan berdasarkan pengolahan dan analisis data. Selanjutnya pada bagian pembahasan juga dipaparkan hubungan antara penelitian yang telah dilakukan dengan kajian teori serta penelitian yang relevan. 5. Bab V Simpulan Implikasi dan Rekomendasi Bab V yang merupakan bagian akhir tesis menguraikan tentang simpulan hasil penelitian, implikasi dan rekomendasi bagi penelitian selanjutnya berdasarkan temuan-temuan agar penerapan PjBL-STEM dapat dikembangkan lebih baik di masa yang akan datang.