IMPLIKATUR DAN KESANTUNAN POSITIF DALAM WACANA RAPAT DINAS DI LINGKUNGAN KELURAHAN BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA

dokumen-dokumen yang mirip
PERGESERAN TINDAK KESANTUAN DIREKTIF MEMOHON DI KALANGAN ANAK SD BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA. Naskah Publikasi

IMPLIKATUR DAN KESANTUNAN POSITIF DALAM WACANA RAPAT DINAS DI LINGKUNGAN KELURAHAN BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

PERGESERAN KESANTUNAN POSITIF DI KALANGAN SISWA KELAS IX MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 1 SURAKARTA YANG BERLATAR BELAKANG KEBUDAYAAN JAWA

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

TINDAK KESANTUNAN KOMISIF PADA IKLAN KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH SURAKARTA. Naskah Publikasi

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KESANTUNAN IMPERATIF DALAM TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AT TAUBAH: KAJIAN PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

TINDAK TUTUR ILOKUSI DIREKTIF PADA TUTURAN KHOTBAH SALAT JUMAT DI LINGKUNGAN MASJID KOTA SUKOHARJO

Artikel Publikasi KESANTUNAN DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI NONFORMAL DI KALANGAN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI SWASTA SE-RAYON SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

KESANTUNAN MENOLAK DALAM INTERAKSI DI KALANGAN MAHASISWA DI SURAKARTA

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SD NEGERI 09 PANGGANG, KABUPATEN JEPARA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur

REALISASI BENTUK TINDAK TUTUR DIREKTIF MENYURUH DAN MENASIHATI GURU-MURID DI KALANGAN ANDIK TK DI KECAMATAN SRAGEN WETAN. Naskah Publikasi Ilmiah

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

III. METODE PENELITIAN. mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA. Naskah Publikasi

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

KESANTUNAN BERTUTUR DI KALANGAN AWAK KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA BOYOLALI: TINJAUAN PRAGMATIK

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA LISAN MASYARAKAT DESA SOMOPURO KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI

STRATEGI KESANTUNAN TUTURAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 4 KOTA MALANG : DENGAN SUDUT PANDANG TEORI KESANTUNAN BROWN DAN LEVINSON

IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA WACANA PEMBUKA RAPAT DINAS DI TINGKAT KELURAHAN BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS BENTUK TINDAK TUTUR PADA NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU KARYA TERE-LIYE. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA PADA SINETRON PREMAN PENSIUN. Veria Septianingtias STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. kuantitatif. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan

PERGESERAN KESANTUNAN POSITIF SISWA KELAS IX MTs N 1 SURAKARTA BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

menafsirkan makna homonim dan homofon, kesalahan dalam menafsirkan makna indiom, kesalahan dalam menafsirkan arti peribahasa, pengembalian stimulus,

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki fungsi yang terpenting yaitu sebagai alat komunikasi untuk

BAB III METODE PENELITIAN

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI

TINDAK TUTUR LOKUSI DAN PERLOKUSI DALAM NOVEL SURAT KECIL UNTUK TUHAN KARYA AGNES DAVONAR

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa dapat menjalin hubungan yang baik, dan dapat pula

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

TINDAK TUTUR KOMISIF PADA WACANA KAMPANYE TERBUKA DI KALANGAN BAKAL CALON KEPALA DESA DI KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA SANTRI DENGAN USTAD DALAM KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN ALQUR AN ALAZHAR PULUHAN JATINOM KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan alat komunikasi antar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38).

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

ANALISIS TINDAK TUTUR WACANA IKLAN DALAM MAJALAH GENIE EDISI NOVEMBER 2011 (TINJAUAN PRAGMATIK)

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BENTUK DAN STRATEGI PENOLAKAN DI KALANGAN MASYARAKAT BERBUDAYA JAWA DI SOLO DALAM KONTEKS NONRESMI NASKAH PUBLIKASI

TINDAK TUTUR PENOLAKAN PADA WACANA ARISAN KELUARGA DI KALANGAN MASYARAKAT BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun

PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli)

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

REALISASI TINDAK TUTUR REPRESENTATIF DAN DIREKTIF GURU DAN ANAK DIDIK DI TK 02 JATIWARNO, KECAMATAN JATIPURO, KABUPATEN KARANGANNYAR NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB III METODE PENELITIAN

KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN

MAKNA REFERENSIAL PADA NAMA LAUNDRY DI KELURAHAN GONILAN, KECAMATAN KARTASURA, KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA KARANGAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 1 SAMBI

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA IKLAN SEPEDA MOTOR DI BOYOLALI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Jurnal Ilmiah. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sesuai dengan norma norma dan nilai nilai sosial dan saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat pertukaran informasi. Namun, kadang-kadang

JENIS-JENIS IMPLIKATUR PERCAKAPAN BERDASARKAN PELANGGARAN PRINSIP KERJASAMA DALAM TALK SHOW BUKAN EMPAT MATA DI TRANS 7

MODUS DAN IMPLIKATUR PADA IKLAN HANDPHONE DI TABLOID PULSA EDISI MEI-JULI 2011 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BENTUK-BENTUK PENGACUAN (REFERENSI) DALAM LAGU SERINGAI PADA ALBUM SERIGALA MILITIA

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

TUTURAN EKSPRESIF PADA PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA DI BEBERAPA SD NEGERI KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kesehariannya manusia saling membutuhkan interaksi dengan sesama untuk

ANALISIS PESAN BAHASA KELUHAN WARGA DESA PILANG KECAMATAN RANDUBLATUNG KABUPATEN BLORA SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

REALISASI TINDAK KESANTUNAN KOMISIF DI KALANGAN MASYARAKAT PEDAGANG PASAR TRADISIONAL NASKAH PUBLIKASI

Artikel Publikasi TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat

III. METODE PENELITIAN. dalam proses pembelajaran olahraga pada siswa kelas XI SMA Negeri 2

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah

1. PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang arbitrer yang dipergunakan oleh masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. interaksi jual-beli. Hal ini dapat ditemukan dalam setiap transaksi jual-beli di

Transkripsi:

IMPLIKATUR DAN KESANTUNAN POSITIF DALAM WACANA RAPAT DINAS DI LINGKUNGAN KELURAHAN BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA JURNAL PUBLIKASI Diajukan oleh: JAMALUDDIN AHMAD A310100254 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

IMPLIKATUR DAN KESANTUNAN POSITIF DALAM WACANA RAPAT DINAS DI LINGKUNGANKELURAHAN BERLATAR BELAKANGBUDAYA JAWA Jamaluddin Ahmad A 310100254 Abstrak Tujuan dari penelitian ini ada tiga, yaitu: (1) Mengidentifikasi wujud implikatur dalam wacana rapat dinas di lingkungan kelurahan berlatar belakang budaya Jawa. (2) Mengidentifikasi wujud kesantunan positif dalam wacana rapat dinas di lingkungan kelurahan berlatar belakang budaya Jawa. (3) Mengidentifikasi teknik dan strategi berdasarkan implikatur dan kesantunan positif dalam wacana rapat dinas di lingkungan kelurahan berlatar belakang budaya Jawa. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik simak dan teknik rekam, catat. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan intralingual dengan menghubungbandingkan unsur-unsur yang bersifat lingual dan padan ekstralingual dengan menghubungbandingkan unsur-unsur bahasa yang berupa bentuk itu dengan hal yang di luar bahasa. Hasil penelitian ini, dari 19 data dapat disimpulkan bahwa Terdapat empat wujud implikatur tuturan lurah dalam wacana rapat dinas di lingkungan kelurahan berlatar belakang budaya Jawa, yakni: berita, tanya, perintah, dan seru. Dari keempat wujud implikatur tuturan lurah tersebut lurah desa cenderung menggunakan wujud implikatur berita sebanyak (6 data), sedangkan lurah kota cenderung menggunakan wujud implikatur perintah sebanyak (8data). Selain itu terdapat delapan strategi kesantunan yang digunakan Lurah saat melakukan rapat dinas di lingkungan kelurahan, yakni dengan jumlah presentase Lurah kota lebih banyak menggunakan strategi kesantunan bila dibandingkan dengan Lurah desa, jumlah strategi kesantunan positif yang di gunakan oleh Lurah kota sebanyak enam strategi, yaitu (menunjukkan hal-hal yang dianggap mempunyai kesamaan melalui basa-basi (small talk) dan peranggapan (presupatision), menggunakan penanda identitas kelompok, melibatkan mitra tutur dalam aktivitas tuturan, menghindari ketidaksetujuan, memberikan tawaran, menggunakan kelakar atau lelucon). Sedangkan Lurah desa menggunakan tiga strategi kesantunan positif, yaitu (menunjukkan hal-hal yang dianggap mempunyai kesamaan melalui basa-basi (small talk) dan peranggapan (presupatision), menunjukkan keoptimisan, mengulang sebagian ujaran dari mitra tutur). Identifikasi teknik dan strategi yang digunakan dalam wacana rapat dinas di lingkungan kelurahan berlatar belakang budaya Jawa ditemukan satu strategi dan satu teknik yang digunakan yakni strategi langsung dan teknik langsung literal. Kata kunci: implikatur, kesantunan positif, strategi 1

1. Pendahuluan Bahasa digunakan sebagai media berkomunikasi seseorang dengan orang lain dalam lingkungan dan masyarakatnya.ada dua macam komunikasi, yaitu komunikasi langsung dan tidak langsung.salah satu bentuk komunikasi yaitu percakapan. Dalam melakukan percakapan atau pertuturan, kadang maksud atau maknayang dituturkan mempunyai arti langsung dan tidak langsung.berdasarkan maksud tuturan yang dikehendaki oleh penutur, maka kita perlu mengetahui wujud bahasa yang tidak dinyatakan dalam tuturan atau yang disebut sebagai implikatur. Selain implikatur, bidang kajian pragmatik yang menarik untuk dikaji adalah strategi penuturan. Strategi penuturan berkaitan erat dengan kesantunan berbahasa.kesantunan yang dimaksud adalah kesantunan positif dan kesantunan negatif. Strategi kesantunan positif ini berkaitan dengantindak penyelamatan wajah positif (kesantunan positif) dan cenderung memperhatikan rasa kesetiakawanan, menandakan bahwa kedua penutur menginginkan sesuatu yang sama, dan mereka memiliki suatu tujuan.kesantunan positif telah banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya dalam kegiatan rapat dinas.tuturan yang digunakan oleh seorang penutur dalam kesantunan berbahasa dipengaruhi olehdengan siapa pembicaraan dilakukan, usia, latar belakang pendidikan, sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat keakraban penutur dan mitra tutur, serta konvensi kebudyaan masyarakat setempat juga mempengaruhi bentuk tuturan.dalam komunikasi sehari-hari, sering juga di jumpai seorang penutur membuat mitra tuturnya merasa tersingung atau sakit hati, sebab ketersinggungan itu terkadang karena ketidakmampuan seorang penutur mengolah kata-kata, bukan karena maksud dari kata-katanya. Hal tersebut sering juga disebabkan oleh penutur yang tidak memahami konteks pembicaraan, misalnya dengan siapa dia bertutur, status sosialnya, usianya, sudah saling kenal atau belumdan sebagainya. Masyarakat Jawa sangat kentara masalah hierarki sosialbudayanya, terutama dalam masalah sopan santun berbahasa. Dalam sopan santun berbahasa, masyarakat Jawa adalah masyarakat yang cenderung suka berbasa-basi atau tidak 2

suka terus terang dalam menyampaikan maksudnya.misalnya seorang anak yang mempersilahkan orang tuanya untuk bersitirahat terlebih dahulu, mereka cenderung mengguanakan tuturan Pak, turuo dhisik (Pak, tidurlah dulu). Tuturan tersebut dalam bahasa Jawa dikatakan nracak atau tidak pantas di tuturkan anak kepada ayahnya. Hal ini dikarenakan anak tersebut dianggap tidak punya unggah-ungguhatau sopan santun dalam berbahasa. Berkaitan dengan budaya Jawa yang menjujung tinggi nilai kesopanan dan tata krama, tuturan yang dituturkan oleh penutur membuat mitra tutur tersinggung atau marah karena merasa tidak dihormati sebagai orang yang lebih tua usianya. Bila di lihat dari latar belakang penutur, seharusnya penutur mempersilahkan orang tuanya untuk beristirahat terlebih dahulu dengan menggunakan tuturan Sampun dalu, bapak mang sare rumiyen (Sudah malam, bapak silahkan tidur dahulu). Tuturan tersebut lebih sesuai dengan norma yang berlaku, hal itu dikarenakan dalam masyarakat Jawaorang cenderung menggunakan basa-basi untuk menyatakan maksud tuturan dan orang yang lebih muda akan bertutur dengan menggunakan bahasa krama ketika bertutur dengan orang yang lebih tua. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan intralingual dengan menghubungbandingkan unsur-unsur yang bersifat lingual dan padan ekstralingual dengan menghubungbandingkan unsur-unsur bahasa yang berupa bentuk itu dengan hal yang di luar bahasa. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi wujud implikaturdalam wacana rapat dinas di lingkungan kelurahan berlatar belakang budaya Jawa. (2) Mengindentifikasi wujud kesantunan positif dalam wacana rapat dinas di lingkungan kelurahan berlatar belakang budaya Jawa. (3) Mengidentifikasi teknik dan strategi berdasarkan implikatur dan kesantunan positif dalam wacana rapat dinas di lingkungan kelurahan berlatar belakang budaya Jawa. 3

2. Metode Penelitian Lokasi penelitian difokuskan di tiga kelurahan, yaitu Desa Gonilan, Desa Pucangan dan Kelurahan Ngadirejo.Kegiatan penelitian ini berlangsung selama dua bulan dari bulan Januari 2014 sampai Februari 2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif yang artinya data yang dianalisis berbentuk deskriptif penemuan tidak berupa angka atau koofisien tentang hubungan variabel.data deskriptif juga berupa kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati (Moleong, 2009:11). Objek penelitian adalah unsur-unsur yang bersama-sama dengan sasaran penelitian membentuk data dan konteks data (Sudaryanto, 1993:30). Objek dalam penelitian ini adalah (1) wujud implikatur dari tuturan Lurahdalam wacana rapat dinas di lingkungan kelurahan berlatar belakang budaya Jawa, yang dianalisis menggunakan tindak tutur ilokusi dan perlokusi (2) wujud strategi kesantunan positif yang terdapat dalam tuturan Lurah dalam wacana rapat dinas di lingkungan kelurahan berlatar belakang budaya Jawa (3) teknik dan strategi berdasarkan implikatur dan kesantunan positif yang terdapat dalam tuturan Lurah dalam wacana rapat dinas di lingkungan kelurahan berlatar belakang budaya Jawa. Sumber data merupakan bagian yang sangat penting bagi peneliti karena ketepatan memilih dan menentukan sumber data akan menentukan ketepatan data atau kedalaman informasi yang diperoleh (Sutopo,2007:56). Sumber data penelitian ini berupa tuturan dari Lurahdalam wacana rapat dinas di lingkungan kelurahan berlatar belakang budaya Jawa. Metode pengumpulan data menggunakan metode simak, menurut Mahsun (2011:92) disebut metode simak karena cara yang digunakan untuk memperoleh data dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Selain itu dibantu dengan teknik lanjutan rekam dan catat.setelah itu, peneliti mencatat dan menyajikan data lisan hasil rekaman tersebut dalam bentuk transkripsi Metode analisis data menggunakan metode padan intralingual dengan menghubungbandingkan unsur-unsur yang bersifat lingual dan padan 4

ekstralingual dengan menghubungbandingkan unsur-unsur bahasa yang berupa bentuk itu dengan hal yang di luar bahasa (Mahsun, 2012:118).Adapun langkahlangkah yang dilakukan dalam menganalisis data yaitu mengatur dan mengurutkan data yang terkumpul, melakukan analisis terhadap tiap-tiap data, memberikan kode, dan dikelompokkan berdasarkan kategori yang telah ditentukan. Data yang sudah diklasifikasikan diseleksi dan dianalisis kemudian disajikan dalam bentuk tabel rangkuman berdasarkan hasil temuan yang meliputi wujud implikatur dan wujud kesantunan positif. 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada hasil dan pembahasan ini akan dipaparkan mengenai wujud implikatur dalam wacana rapat dinas di lingkungan kelurahan berlatar belakang budaya Jawa, selain itu juga akan dijelaskan mengenai wujud kesantunan positif dalam wacana rapat dinas di lingkungan kelurahan, sekaligus akan dikemukakan pulateknik dan strategi berdasarkan implikatur dan kesantunan positif dalam wacana rapat dinas di lingkungan kelurahan berlatar belakang budaya Jawa. Pembahasan penelitian dengan judul Implikatur dan Kesantunan Positif dalam Wacana Rapat Dinas di Lingkungan Kelurahan Berlatar Belakang Budaya Jawa, peneliti lebih memfokuskan pada tuturanlurah saat melakukan rapat dengan perangkatnya. 3.1. Wujud Implikatur Tuturan Lurah dalam Wacana Rapat Dinas di Lingkungan Kelurahan Wujud tuturan Lurahdalam rapat dinas di lingkunagan kelurahan mengandung beberapa maksud yang tersirat. Peneliti menemukan beberapa implikatur dari tuturan Lurah. Rahardi (2007:74-75) membagi implikatur tuturan tersebut menjadi empat,antara lain implikatur tuturan yang menyatakan berita (6 data), implikatur tuturan yang menyatakan tanya (1 data), implikatur tuturan yang menyatakan perintah (11 data) dan implikatur tuturan yang menyatakan seru (1 data). Dari keempat wujud implikatur 5

tuturan lurah tersebut lurah desa cenderung menggunakan wujut implikatur berita (6 data), sedangkan lurah kota cenderung menggunakan wujud implikatur perintah (8data). Lurah desa cenderung menggunakan wujut implikatur berita, sedangkan lurah kota cenderung menggunakan wujud implikatur perintah. Selain itu, lurah desa mempunyai kecenderungan perintah, tetapi tidak sebanyak lurah kota. Sedangkan lurah kota mempunyai wujud tanya dan seru. Hal tersebut disebabkan karena faktor lingkungan. Kelurahan di kota misalnya, perangkat desa di kota mempunyai pendidikan paling rendah SMA bahkan tidak jarang yang mempunyai pendidikan sarjana, sehingga Lurah mempunyai kebiasaan hanya menyuruh anggotanya saja. Berbeda dengan kelurahan di desa yang cenderung mempunyai anggota perangkat desa berpendidikan rendah, bahkan tidak tamat sekolah dasar. Inilah yang menyebabkan wujud tuturan lurah desa yang cenderung menggunakan kalimat berita untuk memberikan informasi kepada perangkat desanya, sedangkan Lurah kota cenderung menggunakan kalimat perintah dalam memimpin. 3.2.Wujud Kesantunan Positifyang Terdapat dalam Tuturan Lurahdalam Rapat Dinas di Lingkungan Kelurahan Analisis pada kategori ini, penulis menemukan beberapa data yang mempunyai kecenderungan penggunaan strategi kesantunan positif yang digunakan Lurahdalam melakukanrapat dinas di lingkungan kelurahan. Strategi kesantunan positif ini mengacu pada teori Brown dan Levinson. Strategi penuturan kesantunan positif yang digunakan Lurahada delapan cara, yakni: 1. Menunjukkan hal-hal yang dianggap mempunyai kesamaan melalui bsabasi (smalltalk) dan peranggapan (presuppasition) Pola ini Pn menggunakan strategi dengan menunjukkan hal-hal atau sesuatu yang dianggap memiliki persamaan dengan basa-basi ataupun 6

melalui peranggapan. Berikut realisasi penggunaan strategi menunjukkan hal-hal yang mempunyai kesamaan melalui basa-basi dan pranggapan. 2. Menggunakan penanda-penanda identitas kelompok Strategi menggunakan penanda identitas kelompok ini menggunakan cara seperti bentuk sapaan, dialek, jargon atau slang serta bahasa gaul untuk menyampaikannya kedalam anggota kelompok, Pn secara implisit menguatkan hubungan yang akrab dengan Mt yang dibawa oleh definisi dari sekelompok tersebut. Cara ini termasuk penggunaan penyebutan orang yang dituju, kebahasaan atau dialek, jargon atau katakata gaul, dan elipsis. Berikut realisasi penggunaan strategi menggunakan penanda identitas kelompok. 3. Menunjukkan keoptimisan Pada strategi ini kepercayaan diri atau optimisme dari ancaman wajah adalah salah satu hasil dari strategi ini. Berikut ini realisasi strategi kesantunan positif dengan menunjukkan rasa optimisme. 4. Melibatkan mitra tutur dalam kegiatan bertutur Dengan menggunakan bentuk kita, ketika penutur bermaksud untuk mengatakan dia atau kamu, penutur dapat mempersilakan asumsi bekerjasama dan menyampaikan ancaman wajah. Berikut ini realisasi strategi melibatkan penutur dan lawan tutur dalam aktivitas. 5. Mengulang sebagianujaran dari Mitra Tutur Pada strategi ini menggunakan strategi dengan Mt mengulang sebagian ujaran Pn yang merupakan usaha terhadap Mt. Berikut realisasi dari penggunaan strategi kesantunan positif dalam pola kesantunan positif mengulang sebagian ujaran penutur. 6. Menghindari ketidaksetujuan Strategi keenam dengan menghindari ketidaksetujuan antara lain dengan persetujuan semu, menipu untuk kebaikan, dan pemagaran opini. 7

Ketiga jenis strategi ini dalam menghindari ketidaksetujuan semata-mata untuk menjaga muka positif penutur ataupun lawan tutur. 7. Memberi tawaran Menawarkan dan berjanji adalah hasil dari pemilihan strategi ini; mesikipun itu salah, mereka mendemonstrasikan bahwa perhatian yang baik dari penutur dalam memenuhi keinginan wajah positif dari mitra tutur. Berikut realisasi dari strategi dengan memberikan janji. 8. Menggunakan Lelucon. Menggunakan lelucon merupakan salah satu strategi yang digunakan dalam pola kesantunan positif di lingkungan kelurahanyang berlatar belakang budaya Jawa. Penggunaan lelucon ini berhubungan dengan tingkat keakraban antara Pn dengan lawan tutur. Berikut realisasi dari strategi dengan menggunakan lelucon. Berdasarkan hasil analisi di atas dapat diketahui bahwa wujud kesantunan yang digunakan dalam wacana rapat dinas di lingkungan kelurahan berlatar belakang budaya Jawa dengan menggunakan teori strategi kesantunan positif yang dikemukakan oleh Brown dan Levinson terbukti ada delapan strategi kesantunan yang digunakan di lingkungan kelurahan, yakni Lurah kota lebih banyak menggunakan strategi kesantunan bila dibandingkan dengan Lurah desa, jumlah strategi kesantunan positif yang di gunakan oleh Lurah kota sebanyak enam setrategi, yaitu (menunjukkan hal-hal yang dianggap mempunyai kesamaan melalui basa-basi (small talk) dan peranggapan (presupatision), menggunakan penanda identitas kelompok, melibatkan mitra tutur dalam aktivitas tuturan, menghindari ketidaksetujuan, memberikan tawaran, menggunakan kelakar atau lelucon) sedangkan Lurah desa menggunakan tiga setrategi kesantunan positif, yaitu (menunjukkan hal-hal yang dianggap mempunyai kesamaan melalui basa-basi (small talk) dan peranggapan (presupatision), menunjukkan keoptoimisan, mengulang sebagian ujaran dari mitra tutur). 8

3.3.Teknik dan Strategi Analisis pada kategori ini, penulis menemukan beberapa data yang mempunyai kecenderungan penggunaan teknik dan strategi berdasarkan implikatur dan kesantunan positif yang digunakan Lurah dalam rapat dinas di lingkungan kelurahan. Teknik dan strategi berdasarkan implikatur dan kesantunan positif yang digunakan Lurah ada empat teknik dan dua strategi, yaitu 1) Teknik langsung literal, 2) Teknik langsung tidak literal, 3) Teknik tidak langsung literal, 4) Teknik tidak langsung tak literal. Dan 1) Strategi langsung, 2) Strategi tidak langsung. Namun pada kenyataannya penulis hanya menemukan satu strategi dan satu teknik yang digunakan dalam rapat dinas di lingkungan kelurahan berlatar belakang budaya Jawa, yakni strategi langsung dan teknik langsung literal. 4. Simpulan Dari uraian di atas ditemukan bahwa wujud implikatur tuturan lurah dalam wacana rapat dinas di lingkungan kelurahan berlatar belakang budaya Jawa yakni wujud implikatur tuturan lurah tersebut Lurah desa cenderung menggunakan wujut implikatur berita, sedangkan Lurah kota cenderung menggunakan wujud implikatur perintah. Hal ini sangat berpengaruh pada wujud kesantunan positif yang digunakan oleh Lurah dalam bertutur kepada perangkat desanya. Selain berpengaruh terhadap wujud kesantunan positif, strategi langsung dan teknik langsung literal banyak digunakan oleh Lurah dalam bertutur. 9

Daftar Pustaka M.S, Mahsun. 2012. Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi dan Tekniknya. Jakarta: PT Raja Gerfindo Persada. Moleog, Lexy J. 2009. Metodologo Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Rahardi, Kunjana. 2007. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Sudaryanto.1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Sutopo, HB. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: Univesity Sebelas Maret Press. 10