BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Sumatera Utara (dulunya Sumatera Timur) sudah terkenal sejak dari zaman pra sejarah sampai sekarang ini akan hasil buminya, seperti kapur barus, rotan, kayu gaharu, gambir, perak, tembaga, dan emas (Wolters, 1967: 122; Reid, 2010: 15,30 dalam Suprayitno, 2012). Potensi sumber daya alam dan posisinya yang strategis ini telah mengantarkan Sumatera Utara dalam jaringan perdagangan internasional. Gambar 1.1. Kerajaan di Sumatera (1650-1700) Sumber: Mohammad Yamin, 1956 melalui Pelly, 1986: 3) 1
Hal ini menyebabkan wilayah pesisir timur Sumatera atau di muara-muara sungai yang menghubungkan kawasan pedalaman dengan pesisir, tumbuh Bandarbandar perdagangan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi dan politik. Keadaan geografis tersebut lah yang melatar-belakangi lahirnya kerajaankerajaan seperti kerajaan Aru, Deli, dan Serdang. Kerajaan-kerajaan ini memegang peranan penting dalam hal perbatasan lahan pertanian dan perkebunan. Kesultanan Deli selalu memiliki peran politik antara Aceh, Siak, dan Johor. Namun berkat kepiawaian para penguasa pada masa kesultanan deli tersebut, Deli tidak pernah menjadi arena pertempuran yang mematikan peradaban manusia seperti pembunuhan atas bangsawan di Johor dan Perak, Malaysia oleh pasukan Aceh. Gambar 1.2. Wilayah Kesultanan Deli Sumber: Baiduri, 2012: 18 2
Deli mencapai puncak kekuasaannya ketika hadir perusahaan perkebunan dan kolonialisme Belanda di Sumatera Utara. Pada masa inilah Sultan Deli mampu membangun istana dan masjid yang megah dan simbol-simbol kekuasaan lainnya di kota Medan sebagai sebuah kesultanan yang dihormati. Kerajaan Deli juga memiliki peninggalan-peninggalan sejarah dalam bidang arsitektur diantaranya kolam Sri Deli, Mesjid Raya, dan juga Istana Maimun. Istana yang terletak di Jl. Brig. Jend. Katamso ini dibangun atas kerjasama pihak kerajaan dan juga pihak kolonial Belanda. Sehingga bangunan istana memiliki banyak sekali perpaduan gaya arsitektural seperti arsitektur Islam, Melayu, India, Spanyol, Belanda, dll. 1.2. Rumusan Masalah Istana Maimun, yang merupakan peninggalan terbesar kerajaan Maimun merupakan peninggalan budaya yang harus dilestarikan. Istana ini juga merupakan objek wisata sejarah kota Medan. Kabarnya istana ini merupakan perpaduan antara gaya arsitektur Melayu, Islam, Spanyol, India, dll. Sebagian Besar gaya arsitektural Melayu yang telah ada pada istana Kesultanan Deli sebelumnya juga dipertahankan pada Istana Maimun. Dengan demikian timbul permasalahan yang juga merupakan pertanyaan penelitian, yaitu: Kenapa unsur arsitektural Melayu tersebut tetap diaplikasikan pada Istana Maimun? 3
1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: Memaparkan bentuk arsitektural dan ragam hias ornamental Istana Maimun. Mengidentifikasi komponen-komponen tradisional Istana Maimun. Mengkaji lebih lanjut tentang latar belakang Istana Maimun pada akhirnya berbentuk seperti sekarang. 1.4. Manfaat Penelitian Berdasarkan urutan yang telah dirangkum sebelumnya, penulis berharap dari penelitian ini dapat diambil manfaat tentang gaya arsitektural Istana Maimun yang meliputi: (1) Latar belakang dibangunnya Istana Maimun (2) Proses yang melatar-belakangi pembangunan Istana Maimun. 4
1.5. Kerangka Berpikir Transformasi Gaya Arsitektural Istana Maimun Mengkaji sejarah Kesultanan Deli Istana Kesultanan Deli Istana Labuhan Deli (Transformasi) Istana Maimun Unsur yang dirubah / dipertahankan Kesimpulan Diagram 1.1. Kerangka Berpikir 5