BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Tionghoa adalah salah satu kelompok masyarakat yang mendiami wilayah Indonesia dan masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan pada abad ke -16 dan sesuai dengan Pasal 2 UU Nomor 12 Tahun 2006 yang berkenaan dengan kewarganegaraan Republik Indonesia menyatakan bahwa: orang Tionghoa yang berkewarganegaraan Indonesia digolongkan sebagai salah satu suku dalam lingkup nasional. Dengan demikian masyarakat Tionghoa telah menjadi salah satu simbol kekayaan kebudayaan Indonesia selain daripada keanekaragaman suku asli atau yang disebut penduduk pribumi. Di kota Medan kedatangan masyarakat Tionghoa pada awalnya adalah sebagai kuli kontrak perkebunan Belanda. Kemudian lambat laun mereka mulai menggeluti bidang perdagangan di kota Medan hingga yang kita kenal saat ini masyarakat Tionghoa termasuk salah satu suku terbesar yang menguasai perdagangan di kota Medan. Masyarakat Tionghoa di kota Medan hidup berdampingan dengan suku-suku lain, termasuk suku asli maupun suku pendatang. Masyarakat Tionghoa juga memiliki banyak peranan dalam proses perkembangan Negara Indonesia. Hal ini terbukti dari banyaknya masyarakat Tionghoa yang berperan dalam kegiatan-kegiatan ekonomi, politik, kebudayaan, dan sebagainya.
Dengan demikian tak dapat dipungkiri etnis Tionghoa sedikit banyak telah memberikan sumbangsih dalam perkembangan Negara Indonesia. Selain itu, dengan keanekaragaman budayanya, masyarakat Tionghoa pun telah memperkaya kebudayaan nasional. Sama seperti suku lainnya di Indonesia, masyarakat Tionghoa juga memiliki kebudayaan tersendiri seperti halnya dalam upacara kematian. Bagi masyarakat Tionghoa lahir, tua, sakit, dan mati adalah satu siklus yang harus dilalui oleh setiap manusia. Masyarakat Tionghoa yang mengamalkan ajaran Taoisme, Buddisme, dan Konfusianisme percaya akan adanya kehidupan setelah kematian yang dikenal dengan istilah Reinkarnasi. Mungkin karena kepercayaan inilah masyarakat Tionghoa kaya akan tradisi-tradisi yang bertujuan agar kehidupan setelah kematian menjadi lebih baik. Setiap ada kematian maka akan ada upacara kematian, yaitu suatu proses kegiatan yang dilakukan untuk menghantarkan manusia ke alam yang berbeda dari alam yang biasanya didiami. Proses kegiatan itu dinamakan upacara kematian. Setiap etnis memiliki upacara kematian yang berbeda dan hal ini dikarenakan adat istiadat dan kebudayaannya yang berbeda. Demikian juga dengan Etnis Tionghoa mereka juga memiliki upacara kematian tersendiri. Koentjaraningrat (1980:241) mengatakan bahwa:...ada empat komponen upacara yaitu, tempat upacara, waktu upacara, benda-benda dan alat-alat upacara, orangorang yang melakukan dan memimpin upacara. Tempat upacara adalah lokasi atau tempat dilakukanya upacara, waktu upacara adalah waktu dan saat dilakukanya upacara, alat-alat upacara adalah peralatan atau benda-benda yang digunakan dalam upacara
tersebut. Sedangkan pemimpin upacara adalah orang yang berperan dalam mengatur atau memimpin jalannya upacara tersebut. Upacara kematian masyarakat Tionghoa biasanya dipimpin oleh seorang Saikong. Saikong ialah orang yang dipercaya oleh masyarakat Tionghoa memiliki kemampuan supranatural sehingga dapat berkomunikasi dengan dewa. Ia berperan mulai dari awal upacara kematian hingga menghantarkan jenazah ke peristirahatan terakhir, juga berperan menentukan hari baik untuk pembakaran dan penguburan mayat yang disemayamkan. Dengan adanya Saikong maka upacara kematian masyarakat Tionghoa menjadi teratur dan terarah, hal itulah yang mendasari mengapa Saikong sangat penting bagi upacara kematian masyarakat Tionghoa. Di kota Medan, upacara kematian yang biasanya dilakukan di balai-balai persemayaman hingga saat ini masih memakai jasa seorang Saikong. Hal ini tampak dari berbagai balai persemayaman di kota Medan yang biasanya menyediakan pelayanan jasa Saikong untuk memimpin upacara kematian. Sejauh ini Saikong masih dipercaya dapat menghantarkan jenazah ke peristirahatanya yang terakhir. Bagi masyarakat Tionghoa kota Medan, Saikong sudah dianggap sebagai seorang tokoh yang memiliki banyak pengetahuan serta kemampuan supranatural yang luar biasa. Meskipun perannya demikian penting dalam upacara kematian masyarakat Tionghoa, masih banyak masyarakat Tionghoa maupun pribumi yang masih belum mengenal sosok seorang Saikong dan bagaimana perannya dalam upacara kematian masyarakat Tionghoa. Hal ini disebabkan beberapa faktor. Salah satunya banyak
masyarakat Tionghoa sudah mengikut agama yang berkembang di Indonesia. Sehingga Bagi masyarakat Tionghoa yang sudah mempunyai agama baru, upacara kematianpun akan disesuaikan menurut ajaran agama yang dianutnya. Dengan alasan tersebut masyarakat Tionghoa yang menganut beberapa agama tidak lagi memakai Saikong dalam upacara kematiannya. Dengan demikian, masyarakat Tionghoa yang memakai jasa Saikong dalam upacara kematian adalah masyarakat penganut ajaran Buddha dan Konghucu. Sedangkan masyarakat penganut ajaran Islam dan Kristen sudah tidak lagi memakai jasa Saikong dalam upacara kematian. Ketika memimpin upacara kematian berdasarkan ajaran Buddha maka Saikong akan melafalkan paritta atau gelar Buddha sedangkan dalam upacara kematian berdasarkan ajaran Konghucu maka Saikong akan membacakan doa-doa kepada para dewa-dewa agar jenazah dilindungi oleh para dewa. Berdasarkan uraian di atas penulis merasa tertarik untuk mengkaji peran Saikong dalam upacara kematian masyarakat Tionghoa. 1.2 Batasan Masalah Menghindari cakupan yang terlalu luas dan tidak fokus pada kajian yang akan diteliti, maka penulis membatasi ruang lingkup dan kajian yang akan diteliti. Penulis mengkaji peran Saikong hanya dalam upacara kematian masyarakat Tionghoa di kota Medan.
1.3 Rumusan Masalah Berkaitan dengan latar belakang yang dipaparkan diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam skripsi ini adalah: 1. Bagaimana keberadaan seorang Saikong di tengah-tengah masyarakat? 2. Apakah peran Saikong dalam upacara kematian masyarakat Tionghoa? 3. Apakah Saikong mengalami pergeseran peranan dalam upacara kematian masyarakat Tionghoa? 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui keberadaan seorang Saikong ditengah-tengah masyarakat. 2. Untuk mengetahui peran Saikong dalam upacara kematian masyarakat Tionghoa. 3. Untuk mengetahui pergeseran peranan Saikong pada zaman dahulu dengan masa kini. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Secara teoritis manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah:
1. Memperkenalkan sosok Saikong kepada masyarakat sekaligus memberikan tambahan pengetahuan mengenai peran Saikong dalam upacara kematian masyarakat Tionghoa. 2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya 3. Memberi manfaat untuk kelestarian budaya masyarakat Tionghoa. 1.5.2 Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah diharapkan dapat menambah pemahaman masyarakat, khususnya generasi muda mengenai peran Saikong dalam upacara kematian masyarakat Tionghoa.