HUBUNGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI KELURAHAN WATONEA WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU KABUPATEN MUNA Vidya Vindriana 1, Abdul Kadir 2, M. Askar 3 1 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3 STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara asupan zat gizi dan kebutuhan zat gizi oleh tubuh untuk berbagai proses biologis. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara kelengkapan imunisasi dengan status kesehatan, status kesehatan dengan status gizi dan kelengkapan imunisasi dengan status gizi pada balita usia 1-5 tahun di Kelurahan Watonea Wilayah Kerja Puskesmas Katobu Kabupaten Muna. Jenis penelitian non eksperimental menggunakan metode deskriptif observasional dengan pendekatan cross sectional, teknik pengambilan sampel secara simple random sampling, Sampel penelitian ini adalah balita yang terdata di Kelurahan Watonea wilayah kerja Puskesmas Katobu sebanyak 70 orang. Pengambilan data dilakukan dengan kuesioner dan lembar observasi. Data yang terkumpul diolah dan dianalisis menggunakan komputer program Microsoft excel dan (SPSS) versi 16.0. Analisis data mencakup metode analisis Univariat dan Bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelengkapan imunisasi memiliki hubungan yang bermakna dengan status kesehatan (p = 0,001), status kesehatan memiliki hubungan yang bermakna dengan status gizi (p = 0,000), sehingga kelengkapan imunisasi secara tidak langsung berhubungan dengan status gizi (p = 0,000). Kesimpulan penelitian adalah terdapat hubungan yang bermakna antara kelengkapan imunisasi, status kesehatan dengan status gizi. Semakin lengkap imunisasi, semakin baik status kesehatan sehingga status gizi juga cenderung lebih baik. Kata Kunci : Imunisasi, Status Gizi Balita PENDAHULUAN Anak merupakan masa depan bangsa yang berhak atas pelayanan kesehatan secara individu. Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan lingkungannya yang dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Selama dalam proses tumbuh kembang, anak memerlukan asupan gizi yang adekuat, kasih sayang, penanaman nilai agama dan budaya serta upaya pencegahan penyakit. Untuk itu usaha pencegahan penyakit yang perlu dilakukan orangtua adalah imunisasi (Anonim, 2010). Di Indonesia, imunisasi merupakan andalan program kesehatan, diatur oleh Negara dalam hal ini oleh Departemen Kesehatan. Dalam pelaksanaannya selain oleh unit-unit pelayanan kesehatan pemerintah, pelayanan imunisasi juga dilakukan oleh swasta dan masyarakat dengan keterpaduan dan kebersamaan antara berbagai pihak. Pemerintah dan tentu saja berdasarkan analisa para ahli dari badan dunia seperti WHO maupun para ahli nasional menetapkan sasaran jumlah penerima imunisasi, kelompok umur, serta tata cara bagaimana memberikan vaksin kepada anakanak atau kelompok umur penerima vaksin lainnya. program imunisasi juga menginginkan tercapainya eliminasi (pengurangan jumlah penderita) tetanus pada bayi baru lahir di bawah 1 per 1000 kelahiran bayi yang lahir hidup (tetanus neonatorum) dalam satu tahun. Hal ini ingin dicapai pada tahun 2008. Demikian pula pada tahun 2008 hendaknya polio dapat dilenyapkan dari bumi Indonesia (Muslihatun, 2010). Meskipun program imunisasi telah direncanakan begitu rupa oleh pemerintah, masih saja ditemukan balita yang menderita penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Dinegara berkembang ditaksir lima juta anak meninggal tiap tahunnya akibat penyakit-penyakit tersebut. Pada tahun 1983 dilaporkan kasus campak sebanyak 3,1 juta dari 148 negara, dua juta diantaranya meninggal. Kasus difteri kurang lebih 46.000 177
kasus di 160 negara dan sekitar 10% diantaranya meninggal dunia. Pertusis diperkirakan 1,1 juta dari 163 negara, lebih dari 600.000 meninggal. Kasus tetanus neonatorum tercatat sebanyak 10.000 kasus dari 74 negara. TBC dilaporkan 10 juta korban pertahun, 2 juta diantaranya pada balita (Muslihatun, 2010). Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsan pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan, seperti vaksin BCG, DPT, Campak dan melalui mulut, seperti vaksin polio (Muslihatun, 2010). Pada tahun 2009 kematian akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) di Indonesia di perkirakan 1,7 juta kematian, dilaporkan 183 kasus tetanus, 219 kasus difteri, pertusis dan campak atau sekitar 15.369 bayi setiap tahunnya dan anak yang pernah terinfeksi virus Hepatitis B sebesar 34% dan cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Angka ini belum termasuk anak-anak yang sembuh tetapi menjadi cacat seumur hidup, sehingga menjadi beban keluarga dan masyarakat ( Unicef, 2009). Dengan masih tingginya prevalensi penyakit tersebut diatas menunjukan bahwa pelaksanaan imunisasi di Indonesia belum memadai, termasuk dalam hal ini cakupan imunisasi berbagai daerah diseluruh pelososok tanah air masih belum maksimal. Mengingat program imunisasi yang direncanakan pemerintah merupakan program yang sangat penting dalam rangka menurunkan angka kematian dan kecatatan, dengan mencegah penyakit-penyakit sebagaimana yang disebutkan diatas (PD3I) (Astuti, dkk. 2007). Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan prediksi terhadap cakupan atas imunisasi lengkap pada sekelompok bayi. Bila cakupan UCI tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi terhadap penularan PD3I. Dalam hal ini pemerintah mentargetkan pencapaian UCI pada wilayah administrasi Desa/Kelurahan (Astuti, dkk. 2007). Saat ini hampir satu juta anak setiap tahunnya tidak memperoleh program imunisasi. Data 2007 menunjukan, hanya 6 dari 10 anak di Indonesia yang memperoleh program imunisasi secara lengkap. Bahkan 9 dari 100 anak tidak memperoleh vaksinasi sama sekali. Adapun presentase anak-anak yang memperoleh tiga vakisnasi lengkap untuk DPT hanya 67,7 persen. Presentase imunisasi untuk hepatitis B adalah 62,8 persen, untuk BCG 86,9 persen, untuk polio tiga kali 71,0 persen, dan untuk campak 81,6 persen (Riskesdas, 2007). Berdasarkan data puskesmas katobu kabupaten muna sepanjang tahun 2011, diperoleh data hasil cakupan imunisasi bayi dari 427 sasaran bayi, diimunisasi BCG 217 (50,8%), Polio sebanyak 127 (29,7%), HB 0, campak sebanyak 213 (49,8%) dan DPT sebanyak 135 (31,6%) (Puskesmas Katobu, 2012). Status gizi merupakan indikator kesehatan yang penting karena anak usia di bawah lima tahun merupakan kelompok yang rentan terhadap kesehatan dan gizi. Jika gizi kurang tidak segera ditangani maka dikhawatirkan akan berkembang menjadi gizi buruk (Anonim, 2009). Pada tahun 2007, diperkirakan 18,4 % balita di Indonesia mengalami gangguan gizi kurang dan pada tahun 2010 menunjukan prevalensi gizi kurang di Indonesia adalah 17,9 %. yang terdiri dari 4,9 % gizi buruk dan 13,0 gizi kurang (Depkes, 2010). Pada tahun 2010 Indeks Pembangunan ndonesia mengatakan angka kematian bayi (AKB) di Indonesia masih tergolong tinggi, dibandingkan dengan negara lain di kawasan ASEAN. AKB di Indonesia mencapai 31 per 1000 kelahiran (Kabarbisnis, 2010). Penyebab Angka Kematian Bayi (AKB) selain karena gangguan pada masa perinatal, tingginya angka kematian bayi tersebut juga disebabkan oleh kekurangan gizi dan penyakit infeksi. Penyakit infeksi banyak menyebabkan kematian anak-anak. Penyakit ini disebabkan oleh kuman-kuman yang menyerang tubuh dan dapat ditularkan dari orang ke orang. Tubuh bisa melindungi diri dari kuman bila orang tersebut telah diimunisasi (Anonim, 2010). Anak yang tidak mendapatkan imunisasi tidak memiliki kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit infeksi, sehingga anak akan jatuh sakit, mungkin akan menyebabkan turunnya status gizi. Hal ini karena penyakit infeksi dan fungsi kekebalan saling berhubungan erat satu sama lain, dan pada akhirnya akan mempengaruhi status gizi berupa penurunan status gizi pada anak (Wilhendra, 2010). Berdasarkan masalah tersebut di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut apakah ada Hubungan Kelengkapan Imunisasi Dengan Status Gizi pada Balita usia 1-5 tahun 178
di Kelurahan Watonea Wilayah Kerja Puskesmas Katobu Kabupaten Muna. BAHAN DAN METODE Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian. Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian non eksperimental ini menggunakan deskriptif analitik observasional dengan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Watonea wilayah Kerja Puskesmas Katobu Kabupaten Muna. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 12 juli 20 juli 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah balita berusia 1-5 tahun yang terdata di kelurahan watonea wilayah kerja Puskesmas Katobu Kabupaten Muna sebanyak 229 anak. Penentuan besar sapel dengan menggunakan rumus didapatkan 70 responden sesuai dengan kriteria inklusi. Sampling merupakan tehnik pengambilan sampel dari jumlah populasi yang ada. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak yaitu dimasukkan semua nama orang yang termasuk dalam populasi diletakkan dikotak, setelah semuanya terkumpul baru kita ambil 70 orang dari sejumlah populasi. Pengumpulan Data Pengambilan data diperoleh dari responden melalui wawancara berdasarkan instrumen penelitian (kuesioner) yang telah dipersiapkan. Pengolahan data dilakukan dengan : a). Editing data Setelah data dikumpulkan peneliti akan memeriksa kelengkapan data menurut karakteristiknya masing-masing, memeriksa kesinambungan dan keragaman data baik kuesioner maupun observasi. b). Koding Data yang sudah dikumpulkan di beri kode menurut jawaban responden pengkodean dilakukan juga pada nomor halaman, daftar pertanyaan, nomor pertanyaan dan variabel c). Tabulasi Untuk memudahkan analisa nantinya maka data yang ada di kelompokkan dalam tabel menurut sifat variabel dengan menggunakan tabel sederhana maupun silang. d). Analisa data 1. Analisa univariat Analisa univariat dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil pengolahan data. Analisa ini dibuat dalam bentuk distribusi dan presentase dari tiap variabel yang diteliti 2. Analisa bivariat Analisa data ditunjukkan untuk menjawab tujuan penelitian, menguji hipotesis penelitian. Untuk menjawab tersebut, uji statstik yang digunakan adalah uji chi-square, dengan interpretasi sebagai berikut : a. Hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima jika p < α (0.05) artinya ada hubungan yang bermakna antara dua variabel. b. Hipotesis alternatif ditolak / tidak bermakna jika p α (0.05) artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara dua variabel. HASIL PENELITIAN 1. Karakteristi Responden Tabel 1 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Kelurahan Watonea Wilayah Kerja Puskesmas Katobu Kabupaten Muna Umur Frekuensi Persentase 1 - < 2 Tahun 49 70,0 2 - < 3 Tahun 8 11,4 3 - < 4 Tahun 8 11,4 4 - < 5 Tahun 5 7,1 Berdasarkan Tabel 1 menunjukan umur 1 - < 2 tahun yaitu sebanyak 49 orang (70,0%), umur 2 - < 3 tahun 8 orang (11,4%), 3 - < 4 tahun 8 orang (11,4%) dan 4 - < 5 tahun 5 orang (7,1%). Tabel 2 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Watonea Wilayah Kerja Puskesmas Katobu Kabupaten Muna Jenis Kelamin Frekuensi Persentase Laki-laki Perempuan 42 28 60,0 40,0 Berdasarkan Tabel 2 dapat di ketahui jenis kelamin yaitu laki-laki sebanyak 42 179
orang (60,2 %) dan perempuan sebanyak 28 orang (40,0 %). 2. Analisis Univariat a. Variabel Independent Tabel 3:Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelengkapan Muna Kelengkapan Imunisasi Imunisasi di Kelurahan Watonea Wilayah Kerja Puskesmas Katobu Kabupaten Frekuensi Lengkap 44 62,9 Persentase Tidak 26 37,1 Lengkap Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui imunisasi lengkap yaitu sebanyak 44 orang (62,9 %) dan tidak lengkap yaitu sebanyak 26 (37,1). b. Variabel Antara Tabel 4 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Kesehatan di Kelurahan Watonea Wilayah Kerja Puskesmas Katobu Kabupaten Muna Status Frekuensi Persen Kesehatan Sering 42 60,0 Menderita Sakit Jarang 28 40,0 Menderita Sakit Berdasarkan Tabel 4 menunjukan status kesehatan yaitu yang sering menderita sakit sebanyak 42 orang (60,0 %) dan yang jarang menderita sakit sebanyak 28 orang (40,0%). c. Variabel Dependen Tabel 5 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi di Kelurahan Watonea Wilayah Kerja Puskesmas Katobu Kabupaten Muna Status Gizi Frekuensi Persentase Gizi Baik 30 42,9 Gizi Kurang 40 57,1 Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui status gizi yaitu yang memiliki gizi baik sebanyak 30 orang (42,9 %) dan yang memiliki gizi kurang sebanyak 40 orang (57,1%). 3. Analisis Bivariat Analisis bivariat pada penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antar variabel dependen, variabel antara dan variabel independen a. Kelengkapan imunisasi dengan status kesehatan Tabel 6 : Hubungan Kelengkapan Imunisasi Dengan Status Kesehatan di Kelurahan Watonea Wilayah Kerja Puskesmas Katobu Kelengka pan imunisasi Kabupaten Muna Status kesehatan Jumlah Sering menderita sakit Jarang menderita sakit n % n % n % Lengkap 20 28,6 24 34,3 44 62,9 Tidak 22 31,4 4 5,7 26 37,1 Lengkap Jumlah 42 60,0 28 40,0 70 100,0 P Value p = 0,001 α = 0,05 Berdasarkan Tabel 6 maka dapat diketahui bahwa dari 44 responden dengan imunisasi lengkap, terdapat 20 responden ( 28,6%) yang sering menderita sakit dan 24 responden (34,3%) yang jarang menderita sakit. Dari 26 responden (37,1%) dengan imunisasi tidak lengkap, terdapat 22 responden (31,4%) yang sering menderita sakit dan 4 responden (5,7%) yang jarang menderita sakit. diperoleh nilai p = 0,001 yang berarti lebih yang bermakna antara kelengkapan imunisasi dengan status kesehatan di kelurahan Watonea wilayah kerja Puskesmas Katobu Kabupaten Muna. 180
b. Hubungan Antara Status Kesehatan dengan Status Gizi Tabel 7 : Hubungan Status Kesehatan Dengan Status Gizi di Kelurahan Watonea Wilayah Kerja Puskesmas Katobu Kabupaten Muna Status Gizi Status Gizi Jumlah Gizi Baik Ksehatan Kurang n % n % n % Sering menderita 9 12,9 33 47,1 42 60,0 sakit Jarang menderita 21 30,0 7 10,0 28 40,0 sakit Jumlah 30 42,9 40 57,1 70 100,0 P Value p = 0,000 α = 0,05 Berdasarkan Tabel 7 maka dapat diketahui bahwa dari 42 responden dengan status kesehatan sering menderita sakit terdapat 9 responden ( 12,9%) yang memiliki gizi baik dan 33 responden (47,1%) yang memiliki gizi kurang. Dari 28 responden (40,0%) dengan status kesehatan jarang menderita sakit terdapat 21 responden (30,0%) yang memiliki gizi baik dan 7 responden (10,0%) yang memiliki gizi kurang. diperoleh nilai p = 0,000 yang berarti lebih yang bermakna antara Status Kesehatan dengan Status Gizi di Kelurahan Watonea wilayah kerja Puskesmas Katobu Kabupaten Muna. c. Hubungan Antara Kelengkapan Imunisasi dengan Status Gizi Tabel 8 : Hubungan Kelengkapan Imunisasi Dengan Status Gizi di Kelurahan Watonea Wilayah Kerja Puskesmas Katobu Kabupaten Muna Kelengka pan imunisasi Status Gizi Gizi Baik Gizi Kurang Jumlah n % n % n % Lengkap 28 40,0 16 22,9 44 62,9 Tidak 2 2,9 24 34,3 26 37,1 lengkap Jumlah 30 42,9 40 57,1 70 100,0 P value p = 0,000 α = 0,05 Berdasarkan Tabel 8 maka dapat diketahui bahwa dari 44 responden dengan imunisasi lengkap, terdapat 28 responden ( 40,0%) yang memiliki gizi baik dan 16 responden (22,9%) yang memiliki gizi kurang. Dari 26 responden (37,1) dengan imunisasi tidak lengkap, terdapat 2 responden (2,9%) yang memiliki gizi baik dan 24 responden (34,3%) yang memiliki gizi kurang. diperoleh nilai p = 0,000 yang berarti lebih kecil dari nilai α (0,05). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara Kelengkapan Imunisasi dengan Status Gizi di Kelurahan Watonea wilayah kerja Puskesmas Katobu Kabupaten Muna. Pembahasan 1. Kelengkapan Imunisasi dengan Status Kesehatan Dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa dari 44 responden dengan imunisasi lengkap, terdapat 20 responden ( 28,6%) yang sering menderita sakit dan 24 responden (34,3%) yang jarang menderita sakit. Dari 26 responden (37,1%) dengan imunisasi tidak lengkap, terdapat yang sering menderita sakit 22 responden (31,4%) dan 4 responden yang jarang menderita sakit. diperoleh nilai p = 0,001 yang berarti lebih yang bermakna antara Kelengkapan Imunisasi dengan Status Kesehatan di Kelurahan Watonea wilayah kerja Puskesmas Katobu Kabupaten Muna. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Muslihatun, 2010 yang menyatakan bahwa tujuan utama pemberian imunisasi pada seseorang yaitu mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, ini ditempuh dengan cara memberikan infeksi ringan yang tidak berbahaya namun cukup untuk menyiapkan respon imun apabila terjangkit penyakit tertentu, anak tidak sakit karena tubuh cepat membentuk antibody dan mematikan antigen yang masuk. Berdasarkan teori di atas dan dari hasil penelitian yang telah diperoleh dapat peneliti simpulkan bahwa imunisasi sangat penting untuk menjaga status kesehatan seorang anak agar tidak mudah terserang penyakit. Dari data yang diperoleh bahwa anak yang mendapatkan imunisasi lengkap sebagian besar jarang menderita sakit, ini 181
menunjukkan bahwa dengan kelengkapan imunisasi seorang anak dapat membantu menjaga daya tahan tubuhnya dari serangan penyakit tertentu. 2. Status Kesehatan dengan Status Gizi Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa dari 42 responden dengan status kesehatan sering menderita sakit terdapat 9 responden ( 12,9%) yang memiliki gizi baik dan 33 responden (47,1%) yang memiliki gizi kurang. Dari 28 responden (40,0%) dengan status kesehatan jarang menderita sakit terdapat 21 responden (30,0%) yang memiliki gizi baik dan 7 responden (10,0%) yang memiliki gizi kurang. diperoleh nilai p = 0,000 yang berarti lebih yang bermakna antara Status Kesehatan dengan Status Gizi di Kelurahan Watonea wilayah kerja Puskesmas Katobu Kabupaten Muna. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Hidayat, 2008 bahwa Status Gizi menjadi indikator dalam menentukan derajat kesehatan anak. Status gizi yang baik dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak untuk mencapai kemantangan yang optimal. Gizi yang cukup juga dapat memperbaiki ketahanan tubuh sehingga diharapkan tubuh akan bebas dari segala penyakit. Status gizi ini dapat membantu untuk mendeteksi lebih dini risiko terjadinya masalah kesehatan. Pemantauan status gizi dapat digunakan sebagai bentuk antisipasi dalam merencanakan perbaikan status kesehatan anak. Dengan demikian dapat peneliti simpulkan bahwa dari teori yang ada dengan hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan status kesehatan dapat mempengaruhi status gizi. Semakin jarang anak menderita sakit maka semakin baik pula status gizi anak. 3. Kelengkapan Imunisasi dengan Status Gizi Hasil penelitian menunjukan bahwa diketahui bahwa dari 44 responden dengan imunisasi lengkap, terdapat 28 responden ( 40,0%) yang memiliki gizi baik dan 16 responden (22,9%) yang memiliki gizi kurang. Dari 26 responden (37,1) dengan imunisasi tidak lengkap, terdapat 2 responden (2,9%) yang memiliki gizi baik dan 24 responden (34,3%) yang memiliki gizi kurang. diperoleh nilai p = 0,000 yang berarti lebih yang bermakna antara Kelengkapan Imunisasi dengan Status Gizi di Kelurahan Watonea wilayah kerja Puskesmas Katobu Kabupaten Muna. Imunisasi merupakan domain yang sangat penting untuk memiliki status gizi yang baik. Imunisasi yang lengkap biasanya menghasilkan status gizi yang baik. Sebagai contoh adalah dengan imunisasi seorang anak tidak mudah terserang penyakit yang berbahaya, sehingga anak lebih sehat, dengan tubuh/status sehat asupan makanan dapat masuk dengan baik, nutrisipun terserap dengan baik. Nutrisi yang terserap oleh tubuh balita dimanfaatkan untuk pertumbuhannya, sehingga menghasilkan status gizi yang baik. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Wilhendra, 2010 bahwa anak yang tidak mendapatkan imunisasi tidak memiliki kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit infeksi tertentu, sehingga anak akan jatuh sakit, mungkin akan menyebabkan turunnya status gizi. Hal ini karena penyakit infeksi dan fungsi kekebalan saling berhubungan erat satu sama lain, dan pada akhirnya akan mempengaruhi status gizi berupa penurunan status gizi pada anak. Dengan demikian dapat peneliti simpulkan bahwa dari teori yang ada dengan hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara Kelengkapan Imunisasi dengan Status Gizi di kelurahan watonea wilayah kerja Puskesmas katobu Kabupaten Muna. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Kelurahan Watonea Wilayah Kerja Puskesmas Katobu Kabupaten Muna dapat disimpulkan bahwa : 1. Ada hubungan antara kelengkapan imunisasi dengan status kesehatan di Kelurahan Watonea Wilayah Kerja Puskesmas Katobu Kabupaten muna. 2. Ada hubungan antara status kesehatan dengan status gizi di Kelurahan Watonea Wilayah Kerja Puskesmas Katobu Kabupaten muna. 182
3. Ada hubungan antara kelengkapan imunisasi dengan status gizi di Kelurahan Watonea Wilayah Kerja Puskesmas Katobu Kabupaten muna. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi Tenaga kesehatan di lapangan sebaiknya meningkatkan upaya promotif berupa pendidikan kesehatan bagi masyarakat terutama keluarga yang memiliki bayi dan balita agar tingkat pengetahuan mereka semakin berkembang mengenai pentingnya gizi sehingga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dan membantu pemerintah dalam mencapai program UPG (Upaya Peningkatan Gizi) untuk mencegah terjadinya gizi buruk. 2. Bagi Orang Tua Balita sebaiknya harus berperan aktif dalam mendukung program pemerintah dan melengkapi imunisasi anak dengan cara rutin mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan dan posyandu yang dilakukan oleh petugas puskesmas di daerah tempat tinggal mereka. 3. Bagi pihak akademik/institusi agar memperbanyak literatur tentang gizi, agar supaya mahasiswa banyak mendapatkan ilmu tentang gizi, khususnya yang berkaitan dengan Status gizi. 4. Untuk peneliti selanjutnya yang berminat meneliti tentang hubungan kelengkapan imunisasi dengan status gizi pada balita usia 1-5 tahun agar melakukan penelitian dalam skala besar dengan jumlah sampel yang besar dan tempat penelitian di perluas, sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan. DAFTAR PUSTAKA Achmadi Fahmi Umar. 2006. mengapa imunisasi perlu?. Penerbit Buku Kompas : Jakarta. Almatsier sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama :Jakarta Anonim, 2009. Status gizi balita, (online), (http://wordpress.com, diakses tanggal 21 maret 2012). Anonim, 2010. Pengertian Imunisasi, (online), (http://www.idai.or.id, diakses tanggal 19 maret 2012). Anonim, 2011. Tentang Indikator Kesehatan Anak, (online), (http://kesehatanbalita.blogspot.com, diakses tanggal 28 maret 2012). Arisman, MB. 2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan. EGC : Jakarta. Astuti. AR, dkk. 2007. Survey cakupan imunisasi dasar pada bayi diwilayah kerja puskesmas lappariaja kecamatan lappariaja kabupaten bone periode 2006/2007. Skripsi tidak diterbitkan : Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Makassar. Departemen kesehatan, 2010. Status gizi anak balita, (online), (http://www.depkes.go.id diakses tanggal 21 maret 2012). Hagemman, 2009. Rendahnya Imunisasi Lengkap, (online), (http://wordpress.com, diakses tanggal 21 maret 2012). Hidayat Alimul Aziz. A. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Selemba Medika : Surabaya. Hartono Andry. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. EGC : Jakarta. Istiqomatunnisa, 2008. Status Gizi Anak, Balita (online), (http://moslem- ners.blogspot.com, diakses tanggal 19 maret 2012). Kabarbisnis, 2010. Angka Kematian Bayi di Indonesia masih Tinggi, (online), (http://www.kabarbisnis.com, diakses tanggal 5 april 2012). Muslihatun Nur Wafi, 2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Fitramaya : Yogyakarta. 183
Munawwarah, 2010. Dampak Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah Terhadap Status Gizi Dan Kesehatan Anak Sekolah Di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ajakkang Kecamatan Soppeng Riaja Kabupaten Barru. Skripsi Tidak diterbitkan : Universitas Hasanuddin. Riskesdas, 2007. Program imunisasi rutin (online), (http://pdg.blogspot.com, diakses tanggal 19 maret 2012). Riyadi. S, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Graha Ilmu : Yogyakarta. Rukiyah,ai yeyeh, dkk. 2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Trans Info media : Jakarta. Sediaoetama Djaeni Achmad. 2006. Ilmu Gizi untuk mahasiswa dan profesi. Dian Rakyat : Jakarta. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Ed Revi Alfabeta : Bandung. Setiadi, 2007. Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Graha Ilmu : Yogyakarta. Tawang Suandi. 2011. Hubungan Status Gizi dan Imunisasi Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita di RSUD Salewangang Kabupaten Maros. Skripsi Tidak diterbitkan : Stikes Nani Hasanuddin Makassar. Unicef, 2009. Program Imunisasi Indonesia, (online), (http://www.supportunicefindonesia.org, diakses tanggal 27 maret 2012). Wilhendra, 2010. Penyakit Infeksi terhadap Status Gizi, (online), (http://wilhendra.blogspot.com, diakses tanggal 5 april 2010). 184