BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan tersebut terutama berupa peningkatan kadar kolesterol total, low-density lipoprotein (LDL) kolesterol, trigliserida, serta penurunan kadar high-density lipoprotein (HDL) kolesterol. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013, subjek berusia 15 tahun yang memiliki kadar kolesterol total abnormal dengan kategori borderline (200-239 mg/dl) dan tinggi ( 240 mg/dl) adalah sebesar 35,9%, sebanyak 22,9% mempunyai kadar HDL yang rendah, LDL tidak optimal dengan kategori gabungan near optimal-borderline tinggi 60,3% dan kategori tinggi-sangat tinggi 15,9%, serta kadar trigliserida yang abnormal dengan kategori borderline tinggi 13,0% dan kategori tinggi-sangat tinggi adalah 11,9%.1 Hal ini sangat mengkhawatirkan mengingat dislipidemia merupakan faktor risiko utama terjadinya aterosklerosis. Pemicu terjadinya penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan oleh penyempitan atau terjadinya sumbatan pada arteri koronaria akibat proses aterosklerosis atau plak. Faktor risiko mayor yang berperan pada penyakit jantung koroner diantaranya adalah hipertensi, dislipidemia, pola hidup yang tidak sehat, asupan buah dan sayur yang rendah, merokok, kurang aktivitas fisik, dan obesitas. Penderita penyakit jantung koroner menunjukkan dislipidemia. Dislipidemia merupakan keadaan kadar kolesterol yang tinggi didalam darah. Kolesterol LDL dan kolesterol HDL adalah dua jenis lipoprotein yang berkaitan dengan penyakit jantung. Kadar kolesterol LDL paling signifikan pada lipid darah yang meningkatkan risiko penyakit jantung sedangkan kadar kolesterol HDL memiliki fungsi yang berkebalikan dengan kolesterol LDL dalam penyakit jantung koroner. Penyakit jantung merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di negara 1
2 maju maupun di negara berkembang. Menurut penelitian, pada tahun 2006 prevalensi penyakit jantung koroner (PJK) di Amerika terdapat 17,6 juta jiwa setara 7,9 % total penduduk Amerika, dan sebanyak 425,4 ribu kematian akibat penyakit jantung koroner.2 Menurut data prevalensi penyakit jantung Badan Litbang Departemen Kesehatan RI, presentasi kematian di Indonesia disebabkan karena penyakit jantung meningkat dari 5,9% (1975) menjadi 9,1% (1986) dan 19,0% (1995). Penelitian tahun 2000 di RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta Selatan menunjukkan, 80% penyebab mortalitas adalah penyakit jantung sebanyak 7,2 juta dan stroke sebanyak 5,2 juta, dan secara keseluruhan penyebab utama mortalitas 68,8 % disebabkan karena PJK. Meningkatnya kejadian PJK pada masyarakat, dirasa penting untuk menilai dan mengevaluasi faktor-faktor risiko, salah satunya hiperkolesterolemia. Terdapat hubungan yang erat antara rasio kolesterol total dengan kejadian PJK.3 Menurut pedoman NCEP-ATP III (National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III), langkah awal mengembalikan profil lipid dalam rentang normal antara lain melalui pengaturan diet rendah lemak jenuh dan kolesterol, mengatur berat badan, serta meningkatkan aktivitas fisik. Apabila terapi tersebut tidak berhasil, maka diperlukan strategi farmakologis untuk mencapai kadar kolesterol yang ditargetkan. Salah satu obat yang paling sering digunakan adalah golongan statin. Di samping efikasinya, penggunaan statin ternyata memiliki efek samping berupa kerusakan otot serta meningkatnya kadar enzim hati.4 Indonesia adalah negara yang terkenal dengan keanekaragaman hayatinya, baik di darat maupun di air. Salah satu jenis tanaman yang sedang popular adalah lidah buaya atau Aloe vera. Selain diduga memiliki banyak khasiat untuk menurunkan kadar kolesterol, Aloe vera sendiri memiliki banyak kelebihan, seperti mudah ditemui dan harganya pun terjangkau.5 Lidah buaya (Aloe vera) yang telah lama dijuluki sebagai tanaman obat (medical plant) yang terdiri dari batang, daun, bunga, dan akar. Lidah buaya (Aloe vera) sebagai tanaman obat yang amat kaya dengan khasiat. Aloe vera memiliki
3 kandungan seperti serat larut air yaitu glukomanan, antioksidan, flavonoid (myricetin), niacin, vitamin C, magnesium, selenium, dan zinc, yang dapat menurunkan kadar kolesterol total.6 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengaruh jus lidah buaya (Aloe vera) memiliki efek menurunkan kadar kolesterol total pada pria dewasa. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian yang telah diterangkan dalam latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah penelitian ini adalah apakah pengaruh jus lidah buaya (Aloe vera) dapat menurunkan kadar kolesterol total pada pria dewasa. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah jus lidah buaya (Aloe vera) memiliki efek terhadap kadar kolesterol total pada pria dewasa. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dua manfaat yang dikategorikan sebagai manfaat ilmiah dan manfaat praktis yaitu: 1.4.1 Manfaat Akademis Sebagai penambah wawasan ilmu pengetahuan mengenai pengaruh jus lidah buaya (Aloe vera) sebagai obat herbal anti hiperkolesterolemia. 1.4.2 Manfaat Praktis Memberikan informasi bagi masyarakat agar dapat menggunakan tanaman lidah buaya (Aloe vera) sebagai alternatif untuk menurunkan kadar kolesterol total.
4 1.5 Kerangka Penelitian 1.5.1 Kerangka Pemikiran Lidah buaya (Aloe vera, keluarga Liliaceae) memiliki bergbagai manfaat dalam produk kesehatan dan kosmetik serta sebagai antioksidan, antikanker, antiinflamasi, pencahar dan anti-aterosklerosis. Aloe vera mencakup 75 komponen aktif yang mengandung vitamin, enzim, mineral, gula, lignin, asam salisilat, dan asam amino.7-8 Komponen utama dalam lidah buaya yang dapat menurunkan kadar koleterol adalah glukomanan, flavonoid (myricetin) dan saponin yang termasuk senyawa phenolics, serta phytosterol ( -sitosterol).9 Glukomanan bekerja dengan menurunkan kadar lipid di dalam plasma melalui mekanisme peningkatan viskositas kandungan intestinal sehingga dapat menurunkan reabsorbsi asam empedu, sehingga meningkatkan ekskresi asam empedu dan menurunkan asupan energi secara keseluruhan.44 Senyawa phenolics yang pertama yaitu flavonoid. Flavonoid (myricetin) bekerja dengan cara menghambat oksidasi kolesterol yang berpengaruh pada aktivitas enzim HMG-KoA reduktase yang berperan dalam pembentukan mevalonat, sehingga menurunkan sintesis kolesterol.10 Sedangkan saponin akan bersatu dengan kolesterol membentuk struktur kompleks yang tidak larut dalam air, saponin yang berikatan dengan asam empedu menghambat pembentukan misel sehingga akan menghambat reabsorpsi asam empedu di lumen usus secara eksogen.11 Hal ini menyebabkan penurunan sintesis kolesterol sehingga terjadi penurunan kadar kolesterol. Salah satu senyawa phytosterol yaitu -sitosterol memiliki peran yang serupa dengan saponin yaitu bekerja dengan menghambat absorpsi kolesterol pada lumen usus dan diekskresikan dalam bentuk feses.12-13
5 1.5.2 Hipotesis Hipotesis penelitian yang dapat disimpulkan berdasarkan latar belakang dan kerangka pemikiran penelitian tentang pengaruh jus lidah buaya (Aloe vera) terhadap kadar kolesterol total pada pria dewasa: Jus lidah buaya (Aloe vera) menurunkan kadar kolesterol total pada pria dewasa.