HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN MOTIVASI DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BULU KABUPATEN SUKOHARJO

dokumen-dokumen yang mirip
KADER. Disusun J

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

MOTIVASI DAN PENGETAHUAN KADER MENINGKATKAN KEAKTIFAN KADER DALAM KEGIATAN POSYANDU ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DAN IMBALAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU DI KECAMATAN MODOINDING KABUPATEN MINAHASA SELATAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN PELAYANAN POSYANDU DI DESA SIDOREJO GODEAN SLEMAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA POSYANDU LANSIA DI WILAYAH PUSKESMAS MIROTO SEMARANG

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU FACTORS RELATED TO THE PERFORMANCE CADRE IN POSYANDU

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SLAWI TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. karena itu pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

Kata Kunci: Pengetahuan, Keaktifan, Perilaku Sehat.

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ULANG NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG POSYANDU DENGAN PARTISIPASI KADER DALAM KEGIATAN POSYANDU PURNAMA DI WILAYAH PUSKESMAS RINGINARUM KABUPATEN KENDAL

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KINERJA KADER POSYANDU BALITA DI KELURAHAN BAWEN KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG ABSTRAK

Kata Kunci : Pelatihan, Motivasi, Dukungan Keluarga dan Masyarakat, Keaktifan Kader Posyandu

Mamik R 1, Endang 1 1. Program Studi DIII Keperawatan STIKES Pemkab Jombang ABSTRAK

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh:

Muhammadiyah Semarang ABSTRAK ABSTRACT

HUBUNGAN MINAT IBU MENYUSUI DENGAN PERAWATAN PAYUDARA DI RS PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN STATUS GIZI PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARENG

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan dan pelatihan. Kader posyandu mempunyai peranan

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA KENCANA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KADER POSYANDU DALAM PELAYANAN MINIMAL PENIMBANGAN BALITA

HUBUNGAN PERAN KADER DENGAN MOTIVASI KUNJUNGAN IBU BALITA USIA 3-5 TAHUN

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIFITAS FISIK DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI DESA PUCANGAN KECAMATAN KARTASURA

Associated Factors With Contraceptive Type Selection In Bidan Praktek Swasta Midwife Norma Gunung Sugih Village

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dimulai sejak dari awal kehidupan. Usia lanjut adalah sekelompok

FIFI AZISYAH NIM : S

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KADER DENGAN SIKAP KADER TENTANG POSYANDU BALITA DI DESA PENGKOK KEDAWUNG SRAGEN

HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS GAJAHAN SURAKARTA DENGAN KEPUASAN PASIEN PESERTA PKMS (PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT SURAKARTA)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DUSUN MLANGI KABUPATEN SLEMAN

PENDIDIKAN, PEKERJAAN, DAN UMUR IBU DENGAN KEIKUTSERTAAN POSYANDU (D/S) Beatric Maria Dwi Jayanti Baga

ANALISIS PENGETAHUAN DENGAN POLA ASUH PADA IBU BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI TK DHARMA WANITA DESA SAMBIROBYONG KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, PENDIDIKAN, USIA DAN LAMA MENJADI KADER POSYANDU DENGAN KUALITAS LAPORAN BULANAN DATA KEGIATAN POSYANDU

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI DENGAN CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN IBU HAMIL (K4) DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIMARAGAS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2013.

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Kader Kesehatan Dengan Pelayanan Posyandu

HUBUNGAN PERILAKU IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN SEIMBANG DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN BALITA DI POSYANDU LOTUS YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

MOTIVASI DAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN PERAN KADER DENGAN KEAKTIFAN LANJUT USIA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN DI POSYANDU DESA PUCANGAN KARTASURA NASKAH PUBLIKASI

GAMBARAN PERAN KADER KESEHATAN DALAM KEGIATAN POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KEAKTIFAN DI POSYANDU LANSIA DESA KLASEMAN KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2016

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK KADER DALAM PENYULUHAN DI MEJA 4 PADA POSYANDU DI KELURAHAN NGALIYAN, KOTA SEMARANG

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG POSYANDU LANSIA TERHADAP KEAKTIFAN LANSIA DI POSYANDU LANSIA

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN CARA MENYUSUI YANG BENAR PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA BUNGO I KABUPATEN BUNGO TAHUN 2017

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

KESEHATAN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEAKTIFAN LANSIA DALAM MENGIKUTI POSYANDU LANSIA DI DESA PUCANGAN KECAMATAN KARTASURA

HUBUNGAN PERSEPSI IBU TERHADAP DUKUNGAN BIDAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KERJA PUSKESMAS DANUREJAN I YOGYAKARTA

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

HUBUNGAN PELAYANAN POSYANDU X DENGAN TINGKAT KEPUASAN LANSIA

HUBUNGAN ANTARA FACTOR JARAK PELAYANAN DENGAN PEMANFAATAN POS KESEHATAN DESA DI DESA GAWANAN KECAMATAN COLOMADU

Kata Kunci : frekuensi penimbangan, balita, pengetahuan, posyandu

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN PELAKSANAAN TUGAS KADER DENGAN KINERJA POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDANARAN SEMARANG TAHUN 2016.

Kata Kunci : Posyandu, Kader Posyandu, Keaktifan.

FAKTOR INTERNAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN LANSIA BERKUNJUNG KE POSYANDU LANSIA DESA MAYUNGAN KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN KLATEN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

HUBUNGAN PERAN SERTA KADER POSYANDU DENGAN PERAWATAN HIPERTENSI PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA SALAMREJO SENTOLO KULON PROGO

ANALISIS FAKTOR KEHADIRAN LANSIA DALAM MENGIKUTI POSYANDU DI DESA PAGERSARI KECAMATAN NGANTANG KABUPATEN MALANG ABSTRAK

1,2,3 Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Denpasar

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BALITA DENGAN KUNJUNGAN KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BELAWANG.

HUBUNGAN PELATIHAN DAN MOTIVASI DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TELUK TIRAM BANJARMASIN

: LULUK ERDIKA GRESTASARI J

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DI LINGKUNGAN VII KELURAHAN SEI SIKAMBING B MEDAN SUNGGAL

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI USIA 1 TAHUN DI PUSKESMAS DEPOK I SLEMAN YOGYAKARTA

Nisa khoiriah INTISARI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT SISWA SD NEGERI IV BATURETNO KECAMATAN BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

BAB IV HASIL PENELITIAN. Sukoharjo dengan luas wilayah Ha yang merupakan 9,40% dari luas. dataran rendah dan sebagian merupakan dataran tinggi.

: BAYU SETIAWAN J

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 2 OKTOBER Joni Periade a,b*, Nurul Khairani b, Santoso Ujang Efendi b

FREKUENSI PENIMBANGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

**) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Jl Nakula I N Semarang ABSTRACT

Jurnal Ilmiah Permata Medika

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia (Lansia) Di Desa Kedondong Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

HUBUNGAN PERILAKU LANSIA DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DARUSSALAM TAHUN 2012

FAKTOR INTERNAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN LANSIA BERKUNJUNG KE POSYANDU LANSIA DESA MAYUNGAN KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN KLATEN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SOMBA OPU KABUPATEN GOWA TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PERAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI (MEDIA) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PRANIKAH DI SMP 1 PARANG KABUPATEN MAGETAN

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM PELAKSANAAN KELURAHAN SIAGA DI KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

tanda keberhasilan pembangunan di Indonesia. Semakin terjadinya peningkatan usia harapan hidup penduduk, dapat mengakibatkan jumlah

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU IBU BALITA DENGAN KUNJUNGAN KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MOKOAU TAHUN 2015

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN MOTIVASI DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BULU KABUPATEN SUKOHARJO Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh: AAN KUSUMAINDRA J410130029 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

i

ii

iii

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN MOTIVASI DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BULU KABUPATEN SUKOHARJO ABSTRAK Jumlah kunjungan lansia di Puskesmas Bulu masih rendah yaitu sebesar 20 % dari jumlah total lansia di Kecamatan Bulu. Masih sedikitnya lansia yang mengikuti kegiatan posyandu lansia disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya yaitu kurangnya tingkat kesadaran lansia dan kurangnya pengetahuan serta motivasi dari kader posyandu lansia dalam menyampaikan program posyandu lansia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan dan motivasi dengan keaktifan kader posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Bulu Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh kader posyandu lansia sebanyak 341 kader posyandu lansia yang ada di wilayah kerja Puskesmas Bulu Kabupaten Sukoharjo, sedangkan sampel penelitian sebanyak 159 kader dengan teknik proporsional random sampling. Pengumpulan data penelitian menggunakan kuesioner dan teknik analisis data menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan hasil uji Chi Square hubungan pengetahuan dengan keaktifan kader diperoleh nilai χ 2 hitung sebesar 8,818 (pvalue = 0,003) sehingga H 0 ditolak, dan hasil uji chi square hubungan motivasi dengan keaktifan kader diperoleh nilai χ 2 hitung sebesar 7,475 (pvalue = 0,006) sehingga H 0 ditolak. Kesimpulan penelitian adalah terdapat hubungan pengetahuan dan motivasi terhadap keaktifan kader posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Bulu Kabupaten Sukoharjo. Kata kunci: pengetahuan, motivasi, keaktifan, kader posyandu lansia ABSTRACT The low number of elderly visits at Bulu Community Health Center is 20 % of the total elderly in Kecamatan Bulu. Such a small amount of elderly people who participated in Posyandu activities caused by several things, such as lack of awareness of elderly and lack of knowledge and motivation of elderly Posyandu cadres in delivering Posyandu program. This study aims to analyze the relationship between knowledge and motivation with the liveliness of elderly Posyandu cadres in the working area of Bulu Community Health Center, Kabupaten Sukoharjo. This research is a quantitative research with cross sectional approach. The population of studyis all elderly Posyandu cadres as many as 341 elderly Posyandu cadres in the working area of Community Health Center Bulu Kabupaten Sukoharjo, meanwhile the research sample was 159 cadres with proportional random sampling technique. The data collectionis using questionnaire and data analysis technique is using Chi Square test. The result of the research shows that the result of Chi Square test of the relationship of knowledge with Cadre s liveliness obtained X 2 value by8,818 (p value = 0,003) so that H 0 is rejected, and the result of chi square test of motivation relationship with cadre s liveliness obtained X 2 value equal to 7,475 (p value = 0,006) rejected. The 1

conclusion of the research is there a correlation between knowledge and motivation on the activity of elderly Posyandu cadres in the working area of Bulu Community Health Center Kabupaten Sukoharjo. Keywords: knowledge, motivation, liveliness, elderly posyandu cadres 1. PENDAHULUAN Jumlah penduduk lansia di Indonesia cukup besar. Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lansia terbanyak di dunia yakni mencapai 18,1 juta jiwa (9,6%) dari jumlah penduduk. Pada tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia di Indonesia akan meningkat menjadi 28,8 juta jiwa atau 11,34% dari total jumlah penduduk (Depkes RI, 2012). Kegiatan posyandu lansia diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi lansia dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Hal ini bertujuan agar kualitas hidup lansia tetap terjaga dengan baik. Seharusnya lansia memanfaatkan adanya posyandu tersebut dengan baik, agar kesehatan lansia dapat terpelihara dan terpantau secara optimal. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemanfaatan posyandu lansia antara lain umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, petugas kesehatan, jarak rumah, dan dukungan keluarga (Siagaan, 2004). Salah satu faktor yang mempengaruhi pemanfaatan posyandu lansia yaitu petugas kesehatan. Petugas kesehatan yang dimaksud adalah kader posyandu lansia. Berdasarkan penelitian Anggraeni (2015), pelayanan kader berpengaruh terhadap posyandu lansia karena kader berperan untuk mengikuti posyandu lansia. Seorang kader diutamakan berasal dari para dermawan dan tokoh masyarakat setempat, memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi, dan mampu memotivasi masyarakat serta bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat. Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo tahun 2015 tercatat jumlah penduduk Sukoharjo sebanyak 889.966 orang dan jumlah penduduk lansia terdapat 95.086 orang. Berdasarkan data BPS (2015) masih banyak lansia di Kabupaten Sukoharjo yang tingkat kesadarannya dalam 2

mengikuti program posyandu lansia sangat rendah. Jumlah lansia yang aktif mengikuti posyandu lansia di Kabupaten Sukoharjo berjumlah 39.175 orang (41,20%), padahal target posyandu lansia adalah 70% (Dinkes Sukoharjo, 2015). Menurut data Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo (2015) Puskesmas Kecamatan Bulu berada di urutan tujuh dengan jumlah lansia sebanyak 6.440 orang. Pada tahun 2017 jumlah lansia menurun menjadi 5.386 orang sedangkan lansia yang mengunjungi posyandu lansia hanyak berjumlah 2.882 orang (53,5%). Hal ini menunjukkan bahwa kunjungan posyandu lansia di Kecamatan Bulu masih rendah karena target kunjungan lansia sebesar 70% sehingga Puskesmas Bulu belum mencapai target kunjungan posyandu lansia (Dinkes Sukoharjo, 2015). Posyandu lansia di Kecamatan Bulu berjalan dengan bantuan kader kesehatan yang telah ditunjuk dari puskesmas untuk mengemban tugas dalam menyelenggarakan posyandu lansia. Jumlah kader yang membantu terselenggaranya posyandu lansia tercatat sebanyak 341 orang. Sebagian besar kader merupakan ibu rumah tangga sehingga diharapkan dapat melaksanakan kewajiban sebagai kader kesehatan dalam menyelenggarakan posyandu lansia di wilayah Kecamatan Bulu. Berdasarkan hasil survei pada awal bulan Maret 2017 kepada petugas kesehatan Puskesmas Bulu, lansia yang ikut posyandu lansia sebesar 20% dari jumlah total lansia di Kecamatan Bulu. Masih sedikitnya lansia yang berkunjung ke posyandu disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah memang kurangnya tingkat kesadaran lansia tentang pentingnya kesehatan di masa tua, rendahnya dukungan puskesmas, kurangnya motivasi dari petugas/kader kesehatan, dan kurangnya pengetahuan kader dalam menyampaikan program posyandu lansia. Faktor lain yang mempengaruhi keaktifan kader adalah motivasi kader. Motivasi kader diperlukan untuk meningkatkan keaktifan kader, karena dengan adanya motivasi maka kader dapat mengemban dan melaksanakan tugasnya dengan lebih bertanggung jawab. Jendri (2015) menyatakan bahwa 3

motivasi kader berkaitan dengan peran kader dalam memotivasi masyarakat khususnya lansia untuk datang dalam kegiatan posyandu lansia sehingga apabila kader memiliki motivasi yang baik maka akan mempengaruhi peran kader dalam melaksanakan kegiatan posyandu lansia. Posyandu lansia merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas hidup lansia sesuai dengan program pemerintah yang didukung oleh keaktifan kader posyandu lansia. Jika kader tidak aktif maka dapat mempengaruhi pelayanan posyandu lansia. Seperti rendahnya kunjungan lansia di Puskesmas Bulu tahun 2017 (53,5%). Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan dan motivasi dengan keaktifan kader posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Bulu Kabupaten Sukoharjo. 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan dan motivasi dengan keaktifan kader dalam menyelenggarakan Posyandu Lansia di wilayah kerja Puskesmas Bulu Sukoharjo. Pengambilan data penelitian diambil dalam waktu yang bersamaan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2017. Penelitian ini di wilayah Puskesmas Bulu Kabupaten Sukoharjo yang meliputi 12 desa, yaitu Sanggang, Kamal, Gentan, Kd. Sono, Tiyaran, Bulu, Kunden, Puron, Malangan, Lengking, Ngasinan, dan Karangasem. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kader posyandu lansia sebanyak 341 kader posyandu lansia yang ada di wilayah kerja Puskesmas Bulu Kabupaten Sukoharjo. Besarnya sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan cara perhitungan rumus sampel minimal (Murti, 2010). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Proporsional Random Sampling. Pengambilan sampel secara proporsi dilakukan dengan mengambil subyek dari setiap strata atau setiap wilayah ditentukan seimbang dengan banyaknya subyek dalam masing-masing strata atau wilayah (Arikunto, 2006). 4

Jenis penelitian ini merupakan data kuantitatif dari setiap variabel yang meliputi pengetahuan, motivasi, dan keaktifan kader. Data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang diperoleh melalui angket yang diambil dari responden dengan menggunakan kuesioner yang meliputi data tentang pengetahuan, motivasi, dan keaktifan kader posyandu lansia. Metode analisa data yang digunakana adalah dengan menggunakan Chi-square dengan taraf kepercayaan 95 %> 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Responden Tabel 1. Karakteristik Responden Karakteristik Umur Responden Muda (25-35 tahun) Tua awal (36-45 tahun) Tua (46-55 tahun) Lansia ( 56) Pekerjaan Wiraswasta Ibu rumah tangga Guru Pegawai Swasta Lama menjadiu Kader 1-10 tahun 11-20 tahun 21-30 tahun 30 Pendidikan SD SMP SMA Keaktifan kader Aktif Tidak aktif Total Frek % Frek % Frek % 14 53 38 7 8 93 3 7 40 58 10 4 3 39 61 58,3% 73,6% 73,1% 63,6% 66,7% 69,4% 77,8% 65,6% 77,3% 58,8% 66,7% 65% 70,1% 10 19 14 4 4 41 0 2 21 17 7 2 0 21 26 41,7% 26,4% 26,9% 36,4% 33,3% 30,8% 0% 22,2% 34,4% 22,7% 41,2% 33,3% 0% 35% 29,9% 24 72 52 11 12 133 3 9 61 75 17 6 3 60 87 Gambaran karakteristik responden berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki umur 41-50 tahun yaitu sebanyak 70 responden(41%) dan distribusi terendah adalah berumur 61-70 tahun sebanyak 6 responden(4%) untuk umur minimal yang menjadi kader posyandu 5

di Puskesmas Bulu adalah 25 tahun sedangkan umur maksimal menjadi kader di Puskesmas Bulu adalah 70 tahun. Karakteristik pekerjaan responden menunjukkan bahwa distribusi tertinggi adalah sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 133 responden (84%) dan distribui terendah adalah tidak bekerja yaitu sebanyak 1 responden (1%). Karakteristik lama menjadi kader menunjukkan distribusi tertinggi adalah 11-20 tahun yaitu sebanyak 75 responden (47%) dan distribusi terendah adalah lebih dari 30 tahun yaitu sebanyak 6 responden (4%), untuk minimal kader yang berada di Puskesmas Bulu rata rata selama 1 tahun dan lama kader yang ada di Puskesmas Bulu maksimal selama 47 tahun. Distribusi tingkat pendidikan responden menunjukkan distribusi tertinggi adalah SMA sebanyak 87 responden(55%) dan terendah adalah SD sebanyak 3 responden (2%). 3.2 Analisis Data Penelitian 3.2.1. Analisis Univariat Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan, Motivasi, dan Keaktifan No Kategori pengetahuan Frekuensi Persentase (%) 1 Baik 83 52% 2 Kurang 76 48% 3 Baik 97 61% 4 Kurang 62 39% 5 Aktif 112 70% 6 Tidak Aktif 47 30% Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan menunjukkan distribusi tertinggi adalah baik yaitu sebanyak 83 responden (52%) dan distribusi terendah adalah kurang sebanyak 76 responden (48%). Distribusi frekuensi motivasi menunjukkan distribusi tertinggi adalah baik yaitu sebanyak 97 responden (61%) dan distribusi terendah adalah kurang sebanyak 62 responden (39%). Distribusi frekuensi keaktifan menunjukkan distribusi tertinggi adalah aktif yaitu sebanyak 112 responden (70%) dan distribusi terendah adalah tidak aktif sebanyak 47 responden (30%). 6

3.2.2. Analisis Bivariat Tabel 3. Hubungan Pengetahuan dengan Keaktifan dan Hubungan Motivasi dengan Keaktifan Indikator Keaktifan Aktif Tidak Aktif Total Frek % Frek % Frek % Pengetahuan Baik Kurang Motivasi Baik Kurang 67 45 76 36 81 59 78 58 16 31 21 26 19 41 22 42 83 76 97 62 100 100 100 100 3.2.2.1 Hubungan antara pengetahuan dengan keaktifan kader posyandu lansia Tabulasi silang keaktifan kader posyandu lansia ditinjau dari pengetahuan menunjukkan bahwa semakin baik pengetahuan, maka tingkat keaktifan kader semakin aktif, hal ini ditunjukkan pada responden dengan tingkat pengetahuan yang baik sebagian besar yaitu sebanyak 67 responden (81%) adalah aktif, sedangkan pada responden dengan pengetahuan kurang, walaupun sebagian besar juga aktif yaitu sebanyak 45 responden (59%), namun persentasenya lebih rendah dibandingkan dengan responden dengan pengetahuan baik. Penelitian lain yang dilakukan oleh Azura, dkk (2017) juga menyatakan bahwa pengetahuan meningkatkan keaktifan kader dalam kegiatan posyandu. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Suhat dan Hasanah (2014) yang menyatakan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan tentang posyandu, pekerjaan kader, pendapatan kader, dan keikutsertaan kader pada organisasi lain dengan keaktifan kader dalam kegiatan posyandu. Tingkat pendidikan kader dalam penelitian ini, sebagian 55% adalah SMA, dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi maka akan mempengaruhi pengetahuan seseorang, Hal ini sama dengan 7

penelitian Harisman (2012) yang menyatakan ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan. Pengetahuan juga akan dipengaruhi oleh informasi dan pengalaman seseorang. Jika seseorang/kader memiliki pengalaman menjadi kader posyandu lansia yang dapat ditunjukkan dengan rata-rata masa kerja kader di Puskesmas Bulu adalah 11-20 tahun maka kader akan lebih mengetahui mengenai posyandu lansia. Namun, ada pula kader yang masih belum mengetahui mengenai kegunaan donatur posyandu lansia yaitu terdapat 89,6% kader tidak mengetahui bahwa donatur yang diberikan pada posyandu lansia digunakan untuk insentif kader, pendanaan posyandu lansia dapat digali dari berbagai sumber antara lain swadaya masyarakat, iuran, jimpitan, dan donatur. Selanjutnya hasil uji Chi Square diperoleh nilai χ 2 hitung sebesar 8,818 dengan nilai signifikansi (p=value) 0,003. Nilai signifikansi uji lebih kecil dari 0,05 (0,003 < 0,05) maka keputusan uji adalah H 0 ditolak, sehingga disimpulkan terdapat hubungan pengetahuan dengan keaktifan kader posyandu lansia, dimana semakin baik pengetahuan kader maka semakin aktif. 3.2.2.2 Hubungan antara motivasi dengan keaktifan kader posyandu lansia Tabulasi silang keaktifan kader posyandu lansia ditinjau dari motivasi menunjukkan bahwa semakin baik motivasi kader, maka tingkat keaktifan kader semakin aktif, hal ini ditunjukkan pada responden dengan motivasi yang baik sebagian besar yaitu sebanyak 76 responden (78%) adalah aktif, sedangkan pada responden dengan motivasi kurang, walaupun sebagian besar juga aktif yaitu sebanyak 36 responden (58%), namun persentasenya lebih rendah dibandingkan dengan responden dengan motivasi baik. 8

Penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi kader dalam melaksanakan kegiatan posyandu lansia sebagian besar adalah baik (78%). Namun dalam item pertanyaan nomor 2 sebanyak 76,1% kader posyandu yang menjawab salah yaitu semua kader dapat menggunakan timbangan anak dan pada pertanyaan nomor 11 sebagian kader juga memilih mejadi kader karena insentif yang relatif besar sedangkan kader posyandu harus menyiapkan sarana prasarana dan dapat menggunakan timbangan. Selain itu menjadi kader posyandu berdasarkan niat dari hati serta ikhlas. Faktor yang turut membantu terbentuknya tingkat motivasi yang baik tersebut adalah tingkat pendidikan yang dimiliki oleh kader posyandu lansia. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh kader sebagian besar adalah SMA (55%) dimana dalam sistem pendidikan Indonesia termasuk tingkat pendidikan yang menengah atau cukup. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh kader membantu kader dalam memahami pentingnya kegiatan posyandu lansia bagi pemeliharaan kualitas hidup lansia. Pengetahuan tersebut menimbulkan adanya kesadaran pada diri kader posyandu untuk berusaha melaksanakan kegiatan posyandu lansia. Selanjutnya hasil uji Chi Square diperoleh nilai χ 2 hitung sebesar 7,475 dengan nilai signifikansi (p=value) 0,006. Nilai signifikansi uji lebih kecil dari 0,05 (0,006 < 0,05) maka keputusan uji adalah H 0 ditolak, sehingga disimpulkan terdapat hubungan motivasi dengan keaktifan kader posyandu lansia, dimana semakin baik motivasi kader maka semakin aktif. Kader Posyandu melakukan tugas secara sukarela, secara umum memiliki motivasi dalam dirinya yaitu kepedulian akan kesehatan di masyarakat, sehingga tanpa memperoleh kompensasi kader tetap setia melakukan tugasnya. Kader mendapat kepercayaan dari masyarakat setempat dan telah mendapat latihan 9

serta merasa terpanggil untuk melaksanakan, memelihara, dan mengembangkan kegiatan Posyandu (Azwar, 2007). 4. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut: Karakteristik responden yang dilibatkan dalam penelitian ini mayoritas berusia produktif yaitu sebanyak 70 reponden (41%) dan responden usia lanjut sebanyak 6 responden (4%). Semua responden berjenis kelamin perempuan 159 responden (). Pendidikan responden mayoritas berpendidikan SMA 87 responden (55%). Pekerjaan responden mayoritas adalah ibu rumah tangga sebanyak 133 responden (84%). Frekuensi responden menjadi kader mayoritas selama 11 20 tahun sebanyak 75 responden (47%). Hasil dari penelitian ini bahwa ada hubungan antara pengetahuan kader posyandu lansia (p value = 0,003) dan motivasi kader posyandu lansia (p value = 0,006) dengan keaktifan kader posyandu lansia di wilayah Puskesmas Bulu Kabupaten Sukoharjo. Kader kesehatan diharapkan senantiasa lebih meningkatkan pengetahuan mereka tentang tujuan posyandu lansia, sehingga dengan pengetahuan yang dimiliki kader dapat menjalankan tugas sebagai kader kesehatan Posyandu Lansia dengan baik dan dapat timbulnya kepuasan dalam melaksanakan tugas dan meningkatkan keaktifan dalam melaksanakan kegiatan posyandu lansia. Petugas kesehatan dari Puskesmas hendaknya senantiasa melakukan usaha-usaha untuk lebih meningkatkan pengetahuan kader tentang tujuan posyandu dan motivasi kader posyandu lansia, serta memberikan pelatihanpelatihan atau seminar-seminar lebih meningkatkan pengetahuan kader posyandu. Pihak puskesmas dapat pula memikirkan adanya insentif bagi kader posyandu sehingga mampu meningkatkan motivasi kader posyandu. Hasil penelitian ini dapat menjadi pijakan bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang ingin meneliti dengan tema sejenis dengan menambahkan 10

faktor-faktor lain yang berhubungan dengan keaktifan kader posyandu lansia seperti dari faktor dukungan keluarga, sikap kader ataupun faktor pekerjaan. DAFTAR PUSTAKA DepKes RI. (2011). Usia Harapan Hidup di Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan. Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo. (2015). Profil Kesehatan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2015. Kabupaten Sukoharjo: Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo. Effendy, H. (2000). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: ECG. Ismawati, C. (2010). Posyandu & Desa Siaga: Panduan Untuk Bidan & Kader. Yogyakarta: Nuha Medika. Siagaan, S, P. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Vensi, R. (2012). Analisis PengaruhKinerja Kader Posyandu Terhadap Tingkat Kemandirian Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Kayen Kidul Kabupaten Kediri. Surabaya: UNAIR. 11