BAB I PENDAHULUAN. Menyusui sangat penting bagi bayi karena sebagai nutrisi yang baik

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS EKONOMI DAN PERAN KELUARGA IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSLUSIFDI DESA PUDAK KECAMATAN KUMPEH ULUTAHUN 2012

BAB l PENDAHULUAN. pada angka 26 kematian per kelahiran hidup (WHO, 2014). Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pertumbuhan otak bayi yaitu sesuatu yang tidak dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Kesehatan RI, World Health Organization (WHO) dan

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang baik pada balita (Dinkes, 2007). Perwakilan UNICEF di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan seorang anak selain memperoleh nutrisi yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan zat gizi bagi bayi usia sampai 2 tahun merupakan hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 GAMBARAN DUKUNGAN SUAMI DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI POSYANDU PADASUKA RW 06 DAN RW 12 KELURAHAN PADASUKA KOTA BANDUNG

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuh kembang bayi pada tahun pertama sangat penting untuk. diperhatikan, oleh karena itu bayi merupakan harapan penerus bangsa.

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

BAB I PENDAHULUAN. A. Lata

DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah angka kematian bayi (AKB) di Indonesia sebanyak 25 kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat pekerja mempunyai peranan & kedudukan yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang sehat dan berkualitas. Upaya dari United Nation untuk

BAB I PENDAHULUAN. seorang ibu yang baru saja melahirkan dan diberikan kepada bayi langsung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air susu ibu (ASI) merupakan sumber energi

BAB I PENDAHULUAN. Fun (UNICEF), dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui. SK.Menkes No.450/Menkes./SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama

BAB I PENDAHULUAN. setelah persalinan, dan masa menyusui bayi ( Prasetyono, 2009, p.61). berumur 2 tahun (postnatal) (Perinasia, 2007, p.1).

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB I PENDAHULUAN. ikatan kasih sayang (bonding) antara ibu dan anak. Proses menyusui secara alami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI sangat

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial dalam masa transisi menjadi seorang ibu. (Afiyanti, 2003) Minggu-minggu pertama setelah kelahiran bayi,

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di mana salah satu indikator tingkat kesehatan tersebut

BAB I PENDAHULUAN Millennium Develepment Goals (MDG s) Indonesia menargetkan

Kata Kunci: Sikap Ibu, Dukungan Suami, Pemberian ASI Eksklusif

BAB I PENDAHULUAN. menyusui bayinya, meyakinkan ibu akan keuntungan Air Susu Ibu (ASI) dan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa terdapat perbedaan yang mencolok Angka Kematian Balita (AKB)

BAB I PENDAHULUAN. kurang dalam hal pemberian makanan yang baik (Akhsan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian. Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

MP - ASI dini kepada bayi adalah ASI PENDAHULUAN. Secara nasional cakupan ASI. belum keluar dan alasan tradisi dan. untuk bayi sampai umur 6 bulan

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi yang diberikan pada bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

BAB 1 PENDAHULUAN. biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru dimulai diberikan. berusia 2 tahun atau lebih. ( Weni, 2009 : 23 )

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah nutrisi terbaik bagi bayi. ASI ibarat emas yang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Kementrian Kesehatan RI, juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA),

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya menurunkan prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan yang pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

BAB I PENDAHULUAN. terbaik yang bersifat alamiah. Menurut World Health Organization (WHO),

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh: MUJI RAHAYU J.

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi


BAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif sampai usia 6 bulan pertama

BAB I PENDAHULUAN. harus dipelajari kembali, karena menyusui sebenarnya tidak saja memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan bayi. Kebutuhan gizi secara kuantitatif

BAB I PENDAHULUAN bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. MP-ASI

BAB I PENDAHULUAN. pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

I. PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan bayi baik fisik maupun psikologi sosial. ASI mengandung nutrisi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Makanan utama bayi adalah air susu ibu (ASI) sehingga perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang secara optimal dan baik. Makanan yang baik bagi bayi baru. eksklusif banyak terdapat kendala (Pudjiadi, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Akibatnya, program pemberian ASI ekslusif tidak berlansung secara optimal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi adalah anak yang baru lahir sampai berumur 12 bulan dan

BAB I PENDAHULUAN. (Depkes RI, 2006). Menurut WHO MP-ASI harus diberikan setelah anak

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mengandung zat gizi, yang diberikan pada bayi atau anak yang berusia

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

PENDAHULUAN. United Nations International Children s Emergency Fund (UNICEF)

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan. Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009, p.98).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Menyusui sangat penting bagi bayi karena sebagai nutrisi yang baik pada masa bayi, memungkinkan kesehatan yang baik, pertumbuhan dan perkembangan yang optimal selama beberapa bulan pertama kehidupan dan membiasakan bayi agar memiliki kebiasaan makan yang baik pada masa selanjutnya (Bobak & dkk, 2004). Pemberian ASI saja pada usia 0-6 bulan pertama sangat dianjurkan, karena bayi dapat terhindar dari infeksi pada pencernaan. Menyusui secara eksklusif adalah memberikan ASI kepada bayi selama 6 bulan penuh dan bayi tidak mendapat makanan lain selain ASI (Depkes RI, 2004). Riset WHO (2008) menyebutkan bahwa 42% penyebab kematian balita di dunia adalah akibat penyakit, yang terbesar adalah pneumonia (20%), selebihnya 88% terkait dengan malnutrisi yang sering kali terkait dengan asupan ASI. Negara-negara berkembang, khususnya di daerah yang penduduknya berpendidikan rendah dan tingkat ekonomi rendah, pengetahuan ibu mengenai perawatan dan pemberian makanan bayi khususnya mengenai manfaat air susu ibu (ASI) sangat kurang. Umumnya pengetahuan tentang perawatan dan pemberian makanan bayi diperoleh dari keluarga ataupun teman. Ibu-ibu berpendapat bahwa bayi usia 2-3 bulan harus sudah dilatih memakan makanan yang lunak (Siswono, 2006). 1

2 Meskipun menyusui bayi sudah menjadi budaya Indonesia, namun praktek pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif masih buruk. Tingkat kesadaran masyarakat untuk memberikan air susu ibu (ASI) kepada bayinya masih sangat memprihatinkan (Portal Nasional RI, 2008). Data lain yang mendukung pernyataan di atas dilaporkan oleh Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan bahwa hanya 14% ibu di tanah air yang memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif kepada bayinya sampai 6 bulan. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2010) tercatat pada tahun 2006 cakupan eksklusif hanya sebesar 64,1%, kemudian menurun menjadi 62,2% pada tahun 2007, bahkan merosot hanya 56,2% pada tahun 2008, kemudian turun drastis pada tahun 2010 hanya mencapai 22%. Angka ini masih sangat rendah dibandingkan dengan target pencapaian ASI eksklusif tahun 2010 sebesar 80%. Menurut Duong (2004), ada perbedaan yang signifikan pada umur, pendidikan dan pekerjaan ibu antara kelompok yang memberikan ASI eksklusif dan tidak memberikan ASI eksklusif. Faktor lain yang mempengaruhi ibu dalam eksklusif ini adalah dukungan kepada ibu juga menjadi satu faktor penting yang mempengaruhi ibu memberikan ASI eksklusif. Pendidikan adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan. Pendidikan dapat diperoleh ibu secara formal, informal, dan non formal. Dengan demikian semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka semakin mudah ibu itu untuk memperoleh informasi. Ibu yang memiliki pengetahuan yang

3 kurang tentang menyusui dan pentingnya merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya motivasi ibu dalam kepada bayinya. Sedangkan ibu yang mempunyai bekal pengetahuan yang benar tentang ASI dan status gizi bayi berpeluang lebih besar untuk menjaga motivasi menyusui bayinya. Pekerjaan merupakan alasan yang sering digunakan oleh ibu untuk berhenti menyusui bayinya. Di daerah perkotaan, ibu banyak turut bekerja mencari nafkah, sehingga tidak dapat menyusui bayinya secara teratur. Sebenarnya walaupun ibu bekerja, ibu masih bisa untuk dapat memberikan ASI kepada bayinya (Elinofia, 2011). Seorang ibu yang punya pikiran positif tentu saja akan senang melihat bayinya, kemudian memikirkannya dengan penuh kasih sayang, terlebih bila sudah mencium dan menimang si buah hati. Semua itu terjadi bila ibu dalam keadaan tenang. Keadaan tenang ini didapat oleh ibu jika adanya dukungandukungan dari lingkungan sekitar ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya. Karena itu, ibu memerlukan dukungan yang kuat agar dapat memberikan ASI eksklusif. Dukungan ini didapat oleh ibu dari tiga pihak, yaitu suami, keluarga, dan tenaga kesehatan. Pengaruh dukungan yang paling besar adalah dukungan dari suami. Hal ini dikarenakan suami merupakan keluarga inti dan orang yang paling dekat dengan ibu. Tetapi pada kenyataannya, pendapat yang mengatakan bahwa menyusui hanya urusan ibu saja, tidak ada kaitannya dengan ayah. Pada umumnya dukungan ayah dalam praktek masih minim,

4 salah satunya karena secara kultural ada pembagian peran, dimana ayah berperan sebagai pencari nafkah dan urusan rumah tangga semuanya diurusi oleh istri (Siregar, 2004). Tumbuhnya dukungan suami dalam kaitannya dengan eksklusif kepada bayi tidak terlepas dari pengetahuan suami tentang arti pentingnya eksklusif kepada bayi. Pengetahuan suami ini menjadi salah satu dasar timbulnya kesadaran bagi suami untuk memberikan dukungan, dorongan semangat atau memotivasi istri untuk memberikan ASI eksklusif untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi buah hatinya. Kenyataan bahwa dukungan suami kepada istri yang rendah untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya adalah dikarenakan ketidaktahuan suami tentang arti penting ASI eksklusif itu. Penelitian yang dilakukan oleh Milkhatun (2008) tentang hubungan antara dukungan sosial suami dengan motivasi ibu usia muda dalam eksklusif menunjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan sosial suami dengan motivasi ibu usia muda dalam eksklusif di Desa Banyumeneng Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan suami memberi peran yang cukup penting dalam upaya ibu memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Berbeda dengan penelitian lain yang dilakukan oleh Utaminingrum (2010) tentang hubungan pengetahuan ibu, pendidikan ibu dan dukungan suami dengan praktek eksklusif di Kelurahan Muktiharjo Kidul Kota Semarang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara ketiga variabel bebas dengan

5 eksklusif. Sedangkan Ulina (2011) melakukan penelitian tentang hubungan pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, dan dukungan keluarga dengan eksklusif di Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu, hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan pendidikan dengan Eksklusif pada ibu menyusui dan terdapat hubungan pengetahuan, pekerjaan dan dukungan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif pada ibu menyusui. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang tentang rekap laporan ASI eksklusif tahun 2011 ditemukan bahwa di Kelurahan Candi Lama memiliki cakupan ASI eksklusif paling rendah se-kota Semarang. Pada Kelurahan Candi Lama tercatat cakupan ASI eksklusif sebesar 2,5% dari jumlah ibu sebanyak 230 orang dengan perincian usia bayi 1 bulan sebesar 0%, bayi 2 bulan sebesar 3,7%, bayi 3 bulan sebesar 2,8%, bayi 4 bulan sebesar 3%, bayi 5 bulan sebesar 0% dan bayi 6 bulan sebesar 5,5%. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Kelurahan Candi Lama, dari 15 ibu yang memiliki bayi usia lebih dari 6 bulan terdapat 12 ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif dan kurang mendapatkan dukungan dari suami. Berkaitan dengan permasalahan tersebut di atas dan hasil penelitian terdahulu maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam tentang hubungan pendidikan, pekerjaan dan dukungan suami dengan perilaku eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Candi Lama Semarang.

6 B. Rumusan masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah hubungan pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan dukungan suami dengan perilaku eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Candi Lama Semarang? C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan dukungan suami dengan dengan perilaku eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Candi Lama Semarang. 2. Tujuan khusus a. Mendeskripsikan pendidikan ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Candi Lama Semarang. b. Mendeskripsikan pekerjaan ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Candi Lama Semarang. c. Mendeskripsikan dukungan suami dengan perilaku eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Candi Lama Semarang. d. Mendeskripsikan perilaku eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Candi Lama Semarang. e. Menganalisis hubungan pendidikan ibu dengan perilaku pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Candi Lama Semarang.

7 f. Menganalisis hubungan pekerjaan ibu dengan perilaku eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Candi Lama Semarang. g. Menganalisis hubungan dukungan suami dengan perilaku pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Candi Lama Semarang. D. Manfaat penelitian 1. Ibu Bayi Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan tentang arti penting ASI eksklusif sehingga berusaha untuk memberikan ASI saja tanpa makanan pendamping selama bayi berusia 6 bulan. 2. Bagi Masyarakat Masyarakat khususnya suami dapat menjadikan penelitian ini sebagai tambahan pengetahuan tentang arti pentingnga ASI eksklusif. 3. Bagi Pemerintah Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukkan pemerintah untuk lebih menggalakan program ASI eksklusif. 4. Ilmu pengetahuan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan atau wawasan tentang ASI eksklusif.

8 E. Keaslian penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Nama Peneliti Ipuk Dwiana Murwant i (Elinofia, Rita Doveriya nti, Roma Ulina) Helper Manalu Tahun Judul 2005 Beberapa faktor yang mempengaruhi praktek eksklusif pada bayi umur 0-4 bulan di Desa Paremono Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang 2012 Hubungan pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, dan dukungan keluarga dengan eksklusif di Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu tahun 2011 20005 Faktor-faktor sosial budaya yang melatarbelakangi eksklusif. Desain Penelitian Metode kualitatif dengan wawancara mendalam dan observasi Metode penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional Kualitatif dengan desain cross sectional Variabel Pengetahuan, sikap, motivasi, praktek ASI eksklusif Pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, dukungan keluarga dan eksklusif Faktor budaya sosial Hasil Pengetahuan yang baik tetapi tidak membentuk sikap dan motivasi yang positif terhadap ASI eksklusif. Hal ini karena pemberian makanan tambahan sebelum 4 bulan bukan merupakan ancaman an adanya dukungan negatif dari orang-orang terdekat yang menjadi referensi. 1. Tidak Adanya hubungan pendidikan dengan Eksklusif pada ibu menyusui. 2. Adanya hubungan pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif pada ibu menyusui. 3. Adanya hubungan pekerjaan dengan Eksklusif pada ibu menyusui. 4. Adanya hubungan dukungan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif pada ibu menyusui. Faktor sosial budaya melatarbelakangi eksklusif adalah pemberian madu, air putih, gula merah, pisang, bubur, biskuit

9 Perbedaan penelitian ini dengan keaslian penelitian pada tabel diatas adalah variabel penelitian menggunakan pendidikan, pekerjaan dan pemberian ASI eksklusf. Perbedaan lain adalah jenis penelitian menggunakan studi korelasi dengan pendekatan cross sectional, serta tempat dan waktu penelitian adalah di Wilayah Kerja Puskesmas Candi Lama Semarang pada tahun 2012.