BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Menyusui sangat penting bagi bayi karena sebagai nutrisi yang baik pada masa bayi, memungkinkan kesehatan yang baik, pertumbuhan dan perkembangan yang optimal selama beberapa bulan pertama kehidupan dan membiasakan bayi agar memiliki kebiasaan makan yang baik pada masa selanjutnya (Bobak & dkk, 2004). Pemberian ASI saja pada usia 0-6 bulan pertama sangat dianjurkan, karena bayi dapat terhindar dari infeksi pada pencernaan. Menyusui secara eksklusif adalah memberikan ASI kepada bayi selama 6 bulan penuh dan bayi tidak mendapat makanan lain selain ASI (Depkes RI, 2004). Riset WHO (2008) menyebutkan bahwa 42% penyebab kematian balita di dunia adalah akibat penyakit, yang terbesar adalah pneumonia (20%), selebihnya 88% terkait dengan malnutrisi yang sering kali terkait dengan asupan ASI. Negara-negara berkembang, khususnya di daerah yang penduduknya berpendidikan rendah dan tingkat ekonomi rendah, pengetahuan ibu mengenai perawatan dan pemberian makanan bayi khususnya mengenai manfaat air susu ibu (ASI) sangat kurang. Umumnya pengetahuan tentang perawatan dan pemberian makanan bayi diperoleh dari keluarga ataupun teman. Ibu-ibu berpendapat bahwa bayi usia 2-3 bulan harus sudah dilatih memakan makanan yang lunak (Siswono, 2006). 1
2 Meskipun menyusui bayi sudah menjadi budaya Indonesia, namun praktek pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif masih buruk. Tingkat kesadaran masyarakat untuk memberikan air susu ibu (ASI) kepada bayinya masih sangat memprihatinkan (Portal Nasional RI, 2008). Data lain yang mendukung pernyataan di atas dilaporkan oleh Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan bahwa hanya 14% ibu di tanah air yang memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif kepada bayinya sampai 6 bulan. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2010) tercatat pada tahun 2006 cakupan eksklusif hanya sebesar 64,1%, kemudian menurun menjadi 62,2% pada tahun 2007, bahkan merosot hanya 56,2% pada tahun 2008, kemudian turun drastis pada tahun 2010 hanya mencapai 22%. Angka ini masih sangat rendah dibandingkan dengan target pencapaian ASI eksklusif tahun 2010 sebesar 80%. Menurut Duong (2004), ada perbedaan yang signifikan pada umur, pendidikan dan pekerjaan ibu antara kelompok yang memberikan ASI eksklusif dan tidak memberikan ASI eksklusif. Faktor lain yang mempengaruhi ibu dalam eksklusif ini adalah dukungan kepada ibu juga menjadi satu faktor penting yang mempengaruhi ibu memberikan ASI eksklusif. Pendidikan adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan. Pendidikan dapat diperoleh ibu secara formal, informal, dan non formal. Dengan demikian semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka semakin mudah ibu itu untuk memperoleh informasi. Ibu yang memiliki pengetahuan yang
3 kurang tentang menyusui dan pentingnya merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya motivasi ibu dalam kepada bayinya. Sedangkan ibu yang mempunyai bekal pengetahuan yang benar tentang ASI dan status gizi bayi berpeluang lebih besar untuk menjaga motivasi menyusui bayinya. Pekerjaan merupakan alasan yang sering digunakan oleh ibu untuk berhenti menyusui bayinya. Di daerah perkotaan, ibu banyak turut bekerja mencari nafkah, sehingga tidak dapat menyusui bayinya secara teratur. Sebenarnya walaupun ibu bekerja, ibu masih bisa untuk dapat memberikan ASI kepada bayinya (Elinofia, 2011). Seorang ibu yang punya pikiran positif tentu saja akan senang melihat bayinya, kemudian memikirkannya dengan penuh kasih sayang, terlebih bila sudah mencium dan menimang si buah hati. Semua itu terjadi bila ibu dalam keadaan tenang. Keadaan tenang ini didapat oleh ibu jika adanya dukungandukungan dari lingkungan sekitar ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya. Karena itu, ibu memerlukan dukungan yang kuat agar dapat memberikan ASI eksklusif. Dukungan ini didapat oleh ibu dari tiga pihak, yaitu suami, keluarga, dan tenaga kesehatan. Pengaruh dukungan yang paling besar adalah dukungan dari suami. Hal ini dikarenakan suami merupakan keluarga inti dan orang yang paling dekat dengan ibu. Tetapi pada kenyataannya, pendapat yang mengatakan bahwa menyusui hanya urusan ibu saja, tidak ada kaitannya dengan ayah. Pada umumnya dukungan ayah dalam praktek masih minim,
4 salah satunya karena secara kultural ada pembagian peran, dimana ayah berperan sebagai pencari nafkah dan urusan rumah tangga semuanya diurusi oleh istri (Siregar, 2004). Tumbuhnya dukungan suami dalam kaitannya dengan eksklusif kepada bayi tidak terlepas dari pengetahuan suami tentang arti pentingnya eksklusif kepada bayi. Pengetahuan suami ini menjadi salah satu dasar timbulnya kesadaran bagi suami untuk memberikan dukungan, dorongan semangat atau memotivasi istri untuk memberikan ASI eksklusif untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi buah hatinya. Kenyataan bahwa dukungan suami kepada istri yang rendah untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya adalah dikarenakan ketidaktahuan suami tentang arti penting ASI eksklusif itu. Penelitian yang dilakukan oleh Milkhatun (2008) tentang hubungan antara dukungan sosial suami dengan motivasi ibu usia muda dalam eksklusif menunjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan sosial suami dengan motivasi ibu usia muda dalam eksklusif di Desa Banyumeneng Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan suami memberi peran yang cukup penting dalam upaya ibu memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Berbeda dengan penelitian lain yang dilakukan oleh Utaminingrum (2010) tentang hubungan pengetahuan ibu, pendidikan ibu dan dukungan suami dengan praktek eksklusif di Kelurahan Muktiharjo Kidul Kota Semarang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara ketiga variabel bebas dengan
5 eksklusif. Sedangkan Ulina (2011) melakukan penelitian tentang hubungan pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, dan dukungan keluarga dengan eksklusif di Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu, hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan pendidikan dengan Eksklusif pada ibu menyusui dan terdapat hubungan pengetahuan, pekerjaan dan dukungan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif pada ibu menyusui. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang tentang rekap laporan ASI eksklusif tahun 2011 ditemukan bahwa di Kelurahan Candi Lama memiliki cakupan ASI eksklusif paling rendah se-kota Semarang. Pada Kelurahan Candi Lama tercatat cakupan ASI eksklusif sebesar 2,5% dari jumlah ibu sebanyak 230 orang dengan perincian usia bayi 1 bulan sebesar 0%, bayi 2 bulan sebesar 3,7%, bayi 3 bulan sebesar 2,8%, bayi 4 bulan sebesar 3%, bayi 5 bulan sebesar 0% dan bayi 6 bulan sebesar 5,5%. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Kelurahan Candi Lama, dari 15 ibu yang memiliki bayi usia lebih dari 6 bulan terdapat 12 ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif dan kurang mendapatkan dukungan dari suami. Berkaitan dengan permasalahan tersebut di atas dan hasil penelitian terdahulu maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam tentang hubungan pendidikan, pekerjaan dan dukungan suami dengan perilaku eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Candi Lama Semarang.
6 B. Rumusan masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah hubungan pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan dukungan suami dengan perilaku eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Candi Lama Semarang? C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan dukungan suami dengan dengan perilaku eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Candi Lama Semarang. 2. Tujuan khusus a. Mendeskripsikan pendidikan ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Candi Lama Semarang. b. Mendeskripsikan pekerjaan ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Candi Lama Semarang. c. Mendeskripsikan dukungan suami dengan perilaku eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Candi Lama Semarang. d. Mendeskripsikan perilaku eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Candi Lama Semarang. e. Menganalisis hubungan pendidikan ibu dengan perilaku pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Candi Lama Semarang.
7 f. Menganalisis hubungan pekerjaan ibu dengan perilaku eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Candi Lama Semarang. g. Menganalisis hubungan dukungan suami dengan perilaku pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Candi Lama Semarang. D. Manfaat penelitian 1. Ibu Bayi Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan tentang arti penting ASI eksklusif sehingga berusaha untuk memberikan ASI saja tanpa makanan pendamping selama bayi berusia 6 bulan. 2. Bagi Masyarakat Masyarakat khususnya suami dapat menjadikan penelitian ini sebagai tambahan pengetahuan tentang arti pentingnga ASI eksklusif. 3. Bagi Pemerintah Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukkan pemerintah untuk lebih menggalakan program ASI eksklusif. 4. Ilmu pengetahuan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan atau wawasan tentang ASI eksklusif.
8 E. Keaslian penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Nama Peneliti Ipuk Dwiana Murwant i (Elinofia, Rita Doveriya nti, Roma Ulina) Helper Manalu Tahun Judul 2005 Beberapa faktor yang mempengaruhi praktek eksklusif pada bayi umur 0-4 bulan di Desa Paremono Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang 2012 Hubungan pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, dan dukungan keluarga dengan eksklusif di Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu tahun 2011 20005 Faktor-faktor sosial budaya yang melatarbelakangi eksklusif. Desain Penelitian Metode kualitatif dengan wawancara mendalam dan observasi Metode penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional Kualitatif dengan desain cross sectional Variabel Pengetahuan, sikap, motivasi, praktek ASI eksklusif Pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, dukungan keluarga dan eksklusif Faktor budaya sosial Hasil Pengetahuan yang baik tetapi tidak membentuk sikap dan motivasi yang positif terhadap ASI eksklusif. Hal ini karena pemberian makanan tambahan sebelum 4 bulan bukan merupakan ancaman an adanya dukungan negatif dari orang-orang terdekat yang menjadi referensi. 1. Tidak Adanya hubungan pendidikan dengan Eksklusif pada ibu menyusui. 2. Adanya hubungan pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif pada ibu menyusui. 3. Adanya hubungan pekerjaan dengan Eksklusif pada ibu menyusui. 4. Adanya hubungan dukungan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif pada ibu menyusui. Faktor sosial budaya melatarbelakangi eksklusif adalah pemberian madu, air putih, gula merah, pisang, bubur, biskuit
9 Perbedaan penelitian ini dengan keaslian penelitian pada tabel diatas adalah variabel penelitian menggunakan pendidikan, pekerjaan dan pemberian ASI eksklusf. Perbedaan lain adalah jenis penelitian menggunakan studi korelasi dengan pendekatan cross sectional, serta tempat dan waktu penelitian adalah di Wilayah Kerja Puskesmas Candi Lama Semarang pada tahun 2012.