BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Berdasarkan kajian mendalam temuan-temuan dalam penelitian ini peneliti menyimpulkan bahwa kepemimpinan pembelajaran kepala sekolah pada tiga sekolah yang diteliti mengarah pada pembentukan budaya akademik berkelanjutan : 1. Kepala sekolah dalam menjalankan perannya sebagai pemimpin pembelajaran memiliki karakter pemimpin : disiplin (perhatian waktu belajar); komitmen (memperhatikan proses pembelajaran siswa dan guru); visioner (piawai memprediksi peluang, tantangan dan kebutuhan) serta pemimpin model/ tauladan yang religious (muslim / muslimah yang berkomitmen memberi contoh sebelum menyuruh, menyuruh tidak dengan kata-kata sebaliknya dengan tindakan dan perilaku serta amanah sebagai pemimpin). 2. Budaya akademik sekolah terbangun melalui proses kepemimpinan pembelajaran kepala sekolah sebagai agen perubahan yang diantaranya meliputi dimensi-dimensi : mengembangkan visi- misi- tujuan sekolah, mengelola program pembelajaran, mengembangkan iklim belajar dan mengembangkan kemitraan (networking). 3. Program pembelajaran di SMK tumbuh dan berkembang seiring dengan organisasi belajar ; kepala sekolah sebagai pemicu dan pengubdate perubahan, guru dan pegawai sebagai roda berjalannya kebiasaan-kebiasaan belajar yang berakar, tumbuh dan berkembang menjadi budaya akademik; dan pada gilirannya ketiga unsur tersebut (kepala sekolah, guru dan budaya sekolah) bersinergi mengarahkan, membimbing dan mendorong peserta didik belajar. 4. Program pembelajaran di SMK identik dengan dunia usaha dan industri; pembelajaran berbasis karakter, berbasis kompetensi, berbasis produksi, berbasis kompetitif, berorientasi profesional kerja dan berkearifan lokal; sehingga mencerminkan keunikan dengan ditandai : adanya produk (kearifan
lokal), performa siswa sebagai profesional / pekerja, belajar sambil bekerja dan eksistensi industri ditengah-tengah kampus. 5. Kepala sekolah dalam mengembangkan budaya akademik dimulai dengan mengembangkan rumusan visi-misi dan tujuan sekolah yang diarahkan pada kompetensi lulusan bernuansa nilai profesionlitas kerja. Dari segi isi, visi-misi dan tujuan sekolah berakar dari analisis kondisi nyata sekolah dikaitkan dengan kondisi yang diharapkan pada masa mendatang, dengan memperhatikan faktor-faktor : kejelasan makna dan mudah dipahami, orientasi akademik dan tugas guru, orientasi profesional kerja dan cenderung dengan menggunakan akronim seperti IDEAL (Inovatif, Edukatif dan Profesional). 6. Kepala sekolah memelihara dan mengkomunikasikan kekuatan visi-misi tujuan sekolah kepada warga sekolah : 1) visual melalui media yang menarik dan profesional, 2) penyampaian terprogram melalui kegiatan-kegiatan rutin, 3) tindakan formal dan informal, 4) berperan sebagai model dan 5) tumbuhnya penggunaan teknologi it - media sosial. 7. Kepala sekolah berkomitmen pada upaya pembentukan iklim belajar : 1) mengedepankan komitmen dan disiplin waktu bagi guru, pegawai dan siswa; 2) membangun karakter-karakter unggul sebagai sasaran nilai (disiplin, berakhlaq mulia, rajin beribadah, peduli lingkungan, orientasi produktif dan profesional kerja; 3) mengambil kebijakan yang mendorong pembentukan karakter-karakter unggul tersebut melalui pembiasaan dan pembelajaran berbasis luas (TRANS7 - Tadarus Al-Quran Setelah Jam Tujuh), 4) mendorong tumbuh kembangnya potensi-potensi prestatif akademik dan non akademik, 5) mengenalkan dan mengembangkan iklim kerja profesional, 6) berkeliling di lingkungan kampus, memantau proses PBM, berinteraksi dengan siswa dalam suasana menyenangkan dan penuh motivasi; 7) berinteraksi dan salam tegur sapa dalam berbagai aktivitas pelaksanaan tugas dan pengembangan profesional guru (meskipun sesaat berperan sebagai motivator) memberikan dampak positif terhadap iklim belajar serta.
Kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran dalam mengembangkan program pembelajaran dimulai dengan memberikan contoh dirinya sebagai profesional pendidik, artinya kepala tetap melaksanakan tugas pokok mengajar sebagai seorang guru. Dengan cara ini kepala sekolah meyakini, bisa memberikan dampak positif bahwa esensi tugas dan tanggung jawab guru adalah melaksanakan pembelajaran di kelas. Cara yang kedua adalah dengan berkomitmen melaksanakan tugas supervisi akademik secara terprogram. Kepala sekolah menyadari bahwa tidak semua pelaksanaan supervisi akademik dapat dilakukan sendiri, tetapi dibantu oleh guru-guru tertentu sekaligus sebagai tindakan pemberdayaan. Keterlibatan langsung melaksanakan supervisi akademik memberikan dampak yang baik dan mengisyaratkan pesan kepada guru-guru tentang pentingnya keterlaksanaan pembelajaran secara efektif. Komitmen dan perhatian kepala sekolah yang juga mengisyaratkan pentingnya pembelajaran sebagai kegiatan inti sekolah adalah dengan tetap konsisten melaksanakan tugas mengajar di tengah-tengah kesibukannya sebagai kepala sekolah. Tumbuh dan terlaksananya kegiatan-kegiatan pengembangan profesionalitas tugas-tugas pokok guru berjalan seiring dengan kebiasaankebiasaan yang sudah berlangsung di sekolah itu, sehingga kebiasaan-kebiasaan tersebut mengarah pada terwujudnya organisasi belajar. Organisasi belajar, yakni sebuah organisasi yang tumbuh dan berkembang kearah perubahan untuk kemajuan, pada gilirannya mendapat peluang-peluang dukungan dari pemerintah, masyarakat atau pun stakeholder. Sebagai contoh SMKN 3 Bandung mendapatkan dukungan atau stimulus pilot project lesson study dari pemerintah pusat, yakni sebuah program yang bertujuan untuk perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran. Kebiasaan-kebiasaan yang membangun organisasi belajar diiringi tumbuhnya stimulus-stumulus baru yang mendukung terus tumbuhnya organisasi belajar tersebut, tidak terlepas dari peran kepemimpinan pembelajaran di sekolah. Dengan kata lain seorang pemimpin pembelajaran memainkan peran pentingnya dalam mendorong semua yang ada di dalam organisasinya untuk terus belajar. Melalui berbagai kegiatan akademik dan kegiatan pengembangan profesi guru
(IHT, MGMP, Workshop-Workshop : Penyusunan RPP, Pengisian Nilai Akademik), kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajar hadir dan terlibat dalam kegiatan; hadir dan memfasilitasi kegiatan ataupun hadir dan memotivasi pentingnya kegiatan tersebut. Esensinya adalah segala tindakan kepala sekolah yang memandang penting dirinya : hadir, terlibat dan berinteraksi atau pun memberikan perhatian dan dukungannya. Tindakan-tindakan ini mendorong terwujudnya organisasi sekolah yang memandang penting integrasi dan koordinasi kurikulum sebagai dapurnya pembelajaran. Terjalinnya interaksi, komunikasi dan koordinasi dengan baik di lingkungan sekolah, mendorong terwujudnya kegiatan yang penting dalam proses pembelajaran di sekolah yaitu memantau perkembangan hasil belajar siswa. Kepala sekolah memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang mendukung keterlaksanaan tugas-tugas pokok guru dalam memantau perkembangan hasil belajar siswa melalui dukungan : home visit, pemberdayaan tenaga TU dan pengembangan aplikasi pengolahan data berbasis IT. Satu hal yang menarik, bahwa sekolah kejuruan yang pada mulanya menyelenggarakan pendidikan hanya dalam satu rumpun bidang, ternyata sepuluh tahun terakhir telah berubah bahwa sebuah tiga SMK yang diteliti telah melintasi bidang studinya. Tiga sekolah tersebut pada awalnya sebagai rumpun bidang manajemen bisnis, sepuluh tahun terakhir telah menyeberang ke bidang studi teknologi. Ketiganya membuka jurusan baru berbasis teknologi informasi yakni TKJ, RPL dan Multimedia. Ini menunjukan adanya kepemimpian yang visioner untuk menjawab kebutuhan saat ini terkait dengan teknologi informasi. Kemampuan teknik kepala sekolah dalam penyampaian informasi atau idea-idea terkait visi-misi dan tujuan sekolah ini, menjadi salah satu temuan tambahan, yang menurut peneliti masih perlu menjadi pemikiran dan patut menjadi kajian lebih lanjut dalam penerapan kepemimpinan pembelajaran. Kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran memerlukan skill atau keterampilan bagaimana cara menanamkan informasi atau idea-ideanya secara efektif kepada guru, pegawai dan siswa, sehingga mereka benar-benar memahami, menghayati dan merasakan nilai yang mendalam atas informasi atau
idea-idea tertentu. Kondisi memahami, menghayati dan merasakan secara mendalam terhadap suatu stimulus berupa informasi atau idea-idea yang diterima ini peneliti menyebutnya sebagai proses internalisasi. Peneliti mengangkat sebuah teknik publikasi visi-misi tujuan sekolah dengan memberi nama INFO-MIMPI, merupakan akronim dari Internalisasi Informasi dan Idea-Idea Menjadi Mimpi. Teknik ini dimaksudkan sebagai teknik komunikasi dua arah secara efektif, komunikator menyampaikan pernyataan stimulus, komunikan meresponnya dengan pernyataan yang relevan secara berulang-ulang. Komunikator dan komunikan menyepakati stimulus dan respon yang dibangun sebagai upaya membangun motivasi yang mendalam. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari kiranya sama dengan istilah yell-yell : yaitu teriakan emosional penuh semangat ( a loud utterance of emotionutter or declare in a very loud voice). Seorang kepala sekolah sebagai motivator perlu memiliki teknik yang benar-benar dapat membangkitkan semangat yang kuat dengan melibatkan semua potensi diri manusia : visual, verbal, kinestetika. Temuan lain yang juga perlu menjadi pendalaman dalam hal kepemimpinan pembelajaran adalah terkait dengan pentingnya peningkatan kompetensi teknis kepala sekolah dalam pengelolaan data. Pentingnya kompetensi pengolahan data ini untuk menangani kebutuhan-kebutuhan pekerjaan yang berhubungan dengan pengolahan data perkembangan belajar siswa. Setidaknya kepala sekolah memiliki kompetensi dalam bidang it, khususnya secara grand teori sistem informasi terintegrasi, dengan demikian ia mampu hadir dan terlibat untuk mengimplementasikan dan mengembangkan it untuk kepentingan pengolahan data perkembangan siswa.
5.2 Implikasi Berdasarkan simpulan-simpulan dalam penelitian ini, maka peneliti menghimpun beberapa implikasi yang ditujukan kepada para kepala sekolah selain juga para pengambil kebijakan (yayasan-penyelenggara pendidikan swasta dan dinas pendidikan) sebagai berikut. 1. Kepala sekolah yang tumbuh tidak dari karir guru profesional tidak akan memiliki bekal yang memadai untuk kepemimpinan pembelajaran. 2. Kepala sekolah sebagai praktisi, sudah saatnya harus reflektif terhadap kepemimpinannya, ketika kepemimpinannya tidak bermuara pada tujuan, proses dan hasil belajar/pembelajaran, maka kepemimpinan tersebut kehilangan nilai (value) inti belajar. 3. Kepala sekolah adalah pemimpin dan pemimpin adalah amanah; jika amanah diabaikan maka berdampak pada hilangnya kepercayaan dan dukungan dari yang dipimpinnya. 4. Pemimpin mengisyaratkan memimpin diri sendiri, mengandung arti menjadi tauladan; kepemimpinan tidak efektif jika hanya dengan kata-kata tidak dibarengi dengan bertindak dan bekerja nyata. 5. Pengangkatan kepala sekolah oleh yayasan atau perguruan swasta dengan lebih memperhatikan kepentingan organisasi atau hubungan kekerabatan / keluarga / internal organisasi, sehingga kurang memperhatikan kompetensi mengajar dan kepemimpinan pembelajaran berdampak buruk pada hilangnya nilai sosial pada penyelenggaraan pendidikan. 6. Proses rekruitmen kepala sekolah yang dicampuri kepentingan politik di daerah, sehingga mengabaikan standar kompetensi mengajar dan kepemimpinan pembelajaran berdampak buruk pada arah kebijakan pendidikan di daerah. 7. Pemimpin pembelajaran yang kurang dilandasi karakter-karakter : disiplin (perhatian waktu belajar); komitmen (memperhatikan proses pembelajaran siswa dan guru); visioner (piawai memprediksi peluang, tantangan dan kebutuhan) serta pemimpin model/ tauladan yang religious berdampak pada hilangnya ruh mewujudkan komunitas belajar.
8. Kepemimpinan pembelajaran yang kurang mencerminkan kepiawaian pemimpin dalam mengembangkan visi-misi tujuan sekolah dan mensosialisasikannya berdampak pada rendahnya drive (semangat) meraih cita, harapan dan tujuan yang ditentukan. 9. Pembelajaran SMK jika kurang diarahkan pada pola pembelajaran berbasis karakter, berbasis kompetensi, berbasis produksi, berbasis kompetitif, berbasis prestatif dan berbasis keunggulan lokal sebagai budaya akademik, maka outputnya kehilangan tujuan pokok pendidikan kejuruan yakni : bekerja dan berwirausaha. 10.Kepala sekolah yang tidak memiliki hati lembut (hadir, interaksi dan terlibat) artinya kurang memperhatikan eksistensi dirinya dalam segala momen kebersamaan kegiatan-kegiatan yang bermuara pada kepentingan pembelajaran, maka semangat iklim belajar dan pembentukan budaya akademik akan berjalan lambat. 5.3 Rekomendasi Berdasarkan simpulan-simpulan dalam penelitian ini, maka peneliti menghimpun beberapa rekomendasi untuk para kepala sekolah dan pengambil kebijakan. 1. Belajar sepanjang hayat harus menjadi slogan bagi setiap kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran, sehingga piawai terhadap segala perubahan, mengingat kepala sekolah selalu berkomunikasi dan berhubungan dengan individu yang terus tumbuh dan berkembang dengan belajar. 2. Kepala sekolah harus selalu terdepan menjadi agen perubahan, karena esensi belajar dan memimpin adalah perubahan itu sendiri. 3. Perubahan berkelanjutan pada budaya akademik harus menjadi misi kepemimpinan pembelajaran. 4. Yayasan atau perguruan swasta perlu memperhatikan jenjang karir profesional guru (pengalaman mengajar, jabatan wakil kepala kepribadian)
terutama ketika akan dipromosikan menjadi kepala sekolah di lingkungan lembaganya. 5. Pengangkatan rekruitmen kepala sekolah pada tataran dinas pendidikan (kota atau kabupaten) perlu memprioritaskan kepada guru-guru berprestasi, mengingat pentingnya kompetensi mengajar sebagai bekalkepemimpinan pembelajaran. 6. Dinas pendidikan perlu membuka terobosan baru berupa diklat kepala sekolah yang berbasis outbounding-kreativitas untuk memperkuat kepemimpinan kepala sekolah. 7. Pengambil kebijakan perlu terus memperhatikan kebutuhan peningkatan kompetensi kepala sekolah dalam bidang grand design pengelolaan data berbasis it sebagai wadah pemantauan perkembangan akademik peserta didik atau siswa.