EKSISTENSI SANGGAR TARI KEMBANG SORE PUSAT - YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati



dokumen-dokumen yang mirip
YAYASAN PAMULANGAN BEKSA SASMINTA MARDAWA. Theresiana Ani Larasati

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI DAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR : 42 TAHUN 2009 NOMOR : 40 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN DIREKTORAT KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA DAN TRADISI

BAB I PENDAHULUAN. generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELESTARIAN TRADISI

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

2015 TARI KREASI DOGDOG LOJOR DI SANGGAR MUTIARA PAWESTRI PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam menumbuh kembangkan potensi dan bakat manusia, pendidikan dipandang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gerakan yang lahir dan mengakar di bumi Nusantara merupakan bagian

LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN 2014

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN BAHASA DAN BUDAYA JAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. depan yang lebih baik untuk memperbaiki budaya saat ini. Seperti yang dikatakan

BERITA NEGARA. No.1486, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Indonesia. Warisan Budaya Takbenda. Pelaksanaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. urgensinya belum dimaksimalkan seperti zaman modernisasi sekarang. Undang-

23. URUSAN KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. suku, ras, agama dan kebudayaan. Kemajemukan yang lahir ini justru. para generasi penerus sebagai asset bangsa.

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Namun, disisi lain nilai kesetiakawanan sosial semakin berkurang, sehubungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MENGENAL KESENIAN DAN KERAJINAN TRADISIONAL DI DESA WISATA BRAYUT. Theresiana Ani Larasati

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015 PERKEMBANGAN SENI PERTUNJUKAN LONGSER DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN

2015 MUSIK IRINGAN TARI TEPULOUT DISANGGAR SENI KITE SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA

BAB I PENDAHULUAN. Selain keberagaman kebudayaan Indonesia, juga dikenal sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. Hilda Widyawati, 2013 Eksistensi Sanggar Seni Getar Pakuan Kota Bogor Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini dilanda era informasi dan globalisasi, dimana pengaruh dari

PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELESTARIAN BUDAYA MELAYU KABUPATEN SIAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Baden Powell, seorang letnan jendral angkatan bersenjata Britania Raya, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan dan kesenian tradisionalnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2014 PEMBELAJARAN TARI YUYU KANGKANG DALAM PROGRAM LIFE SKILL DI SMK KESENIAN PUTERA NUSANTARA MAJALENGKA

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: ENERJIK. PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan unsur atau bagian dari kebudayan yang hidup di

PENGELOLAAN KOMUNITAS ADAT

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. juga dapat diperoleh melalui jalur non-formal salah satunya melalui perpustakaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia untuk mempertahankan dan

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini banyak membawa pengaruh positif maupun negatif bagi penggunanya. Apabila

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. cara hidup sehari-hari masyarakat. Kesenian tradisional biasanya bersumber pada

Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global

LAMPIRAN XVII PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

MUSEUM WAYANG NUSANTARA DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone

LAPORAN JURI LOMBA PENCIPTAAN GEGURITAN UNTUK SISWA SMP TINGKAT DIY

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yulia Afrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 14 TAHUN 2009 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang. negara, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku-perilaku yang

BAB I PEDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. khas sekaligus aset bagi bangsa Indonesia. Generasi muda sudah banyak

BAB I PENDAHULUAN. berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional, pada BAB II tentang Dasar,

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG BAHASA, SASTRA, DAN AKSARA JAWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asti Purnamasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekhasannya sendiri yang berbeda dengan lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negarad, pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

Pendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di bidang kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tradisi dan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berliyana Agustine, 2014 Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi mempercepat modernisasi dalam segala bidang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat

SAMBUTAN MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA RI PADA ACARA PERINGATAN HARI SUMPAH PEMUDA KE-83 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam

Transkripsi:

EKSISTENSI SANGGAR TARI KEMBANG SORE PUSAT - YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati Pengaruh era globalisasi sangat terasa di berbagai sendi kehidupan bangsa Indonesia, tidak terkecuali di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam bidang kesenian tradisional, pengaruh globalisasi tampaknya semakin membuat kesenian tradisional terpinggirkan. Kesenian daerah yang semula hidup dan berkembang dengan subur dikuatirkan satu per satu mulai meredup. Satu realitas yang tampak adalah semakin jarangnya frekuensi pementasan kesenian tradisional. Berdasarkan fenomena yang terjadi dalam jagad kesenian tradisional tersebut dapat diindikasikan bahwa kesenian daerah saat ini tampaknya sudah tidak fungsional lagi (Subowo, 2012). Asumsi demikian tidaklah berlebihan karena sebagian besar generasi muda merasa asing dengan keseniannya sendiri. Meskipun demikian, sebagian orang masih setia dan mempunyai rasa optimisme yang tinggi melihat adanya generasi muda yang tertarik menggeluti kesenian tradisional di Daerah Istimewa Yogyakarta. Satu bentuk seni yang memberikan ciri khusus dan mengalami suatu perkembangan maupun kreativitas yang mudah terlihat adalah seni tari. Seni tari merupakan satu ekspresi gerak dengan konsep tertentu dan memiliki makna tertentu. Seni tari telah muncul sejak berabad-abad lalu dan sampai sekarang masih tetap bertahan maupun berkembang. Hal itu tidak terlepas dari seni tari yang memang indah untuk dilihat, digeluti, dan dinikmati. Oleh sebab itu, dalam pengembangan seni tari selanjutnya banyak bermunculan sanggar tari yang memberikan bimbingan bagi mereka yang ingin menekuninya. Peran sanggar tari sangat penting dalam hal pelestarian tari tradisional. Banyak tarian klasik yang bertahan karena eksistensi sanggar-sanggar tari di masyarakat. Demikian pula banyak ciptaan tari yang lahir dari sanggar-sanggar tari yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat. Sebelum membahas lebih jauh tentang peran dan eksistensi sanggar tari, maka makna kata pelestarian akan diuraikan terlebih dahulu. Pelestarian dalam hal ini mengacu pada Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata tentang Pedoman Pelestarian Kebudayaan Nomor 40 dan 42 Tahun 2009. Adapun yang dimaksud dengan pedoman pelestarian kebudayaan adalah sebagai berikut: 1

Pelestarian adalah upaya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan kebudayaan yang dinamis. Perlindungan adalah upaya pencegahan dan penanggulangan yang dapat menimbulkan kerusakan, kerugian, atau kepunahan kebudayaan yang berupa gagasan, perilaku, dan karya budaya, termasuk harkat dan martabat, serta hak budaya yang diakibatkan oleh perbuatan manusia ataupun proses alam. Pengembangan adalah upaya dalam berkarya yang memungkinkan terjadinya penyempurnaan gagasan, perilaku, dan karya budaya berupa perubahan, penambahan, atau penggantian sesuai tata dan norma yang berlaku pada komunitas pemiliknya tanpa mengorbankan keasliannya. Pemanfaatan adalah upaya penggunaan karya budaya untuk kepentingan pendidikan, agama, sosial, ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan itu sendiri (Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Nomor 40 dan 42 Tahun 2009). Selanjutnya dalam pasal 9 peraturan bersama tersebut dijelaskan bahwa upaya perlindungan dapat dilakukan dengan berbagai cara, meliputi: mencatat, menghimpun, mengolah, dan menata informasi kebudayaan, registrasi, pendaftaran atas hak kekayaan intelektual, loyalitas aspek budaya, penelitian, dan penegakan peraturan perundangundangan. Upaya pengembangan kebudayaan dapat dilakukan melalui berbagai cara, yaitu: kajian, penelitian, diskusi, seminar, workshop, eksperimen, dan penciptaan model-model baru. Dalam hal ini perlu memperhatikan juga pasal 11 yang menyebutkan bahwa kegiatan pengembangan kebudayaan wajib mempertahankan akar budaya yang dimiliki dan tidak dimaksudkan untuk mengganti unsur-unsur budaya yang sudah ada. Adapun pemanfaatan kebudayaan dapat dilakukan melalui cara-cara: penyebarluasan informasi, pergelaran budaya, pengemasan bahan ajar, pengemasan bahan kajian, dan pengembangan wisata. Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta pada tahun 2012 melaksanakan kegiatan Jejak Tradisi Budaya Regional atau disingkat menjadi Jetrada. Kegiatan yang berlangsung dari tanggal 21-24 Mei 2012 mengambil tema Sanggar Seni Sebagai Wahana Pelestarian Budaya. Dalam kegiatan tersebut, salah satu sanggar tari yang dikunjungi adalah Sanggar Tari Kembang Sore. Sanggar tersebut secara resmi berdiri pada tanggal 14 Februari 1984. Kegiatannya dipusatkan di Dusun Sorogenen, Kalasan, Sleman, Yogyakarta. 2

Foto 1 Logo dan Suasana Sanggar Tari Kembang Sore Pusat Yogyakarta di Sorogenen Sumber Dok: Dokumentasi Penulis Sejarah lahirnya Sanggar Tari Kembang Sore 1 pada awalnya hanyalah kumpulan anak-anak SMP Kalangbret, Tulungagung, di bawah bimbingan seorang wanita yang dianggap sebagai sesepuh dan orang tua angkat anak-anak tersebut. Wanita yang dimaksud adalah Ibu Suhartiyah, seorang penggerak seni tari dan karawitan. Dari kumpulan anak-anak SMP Kalangbret Tulungagung tersebut, yang sangat menonjol kemampuan seninya adalah Untung Muljono. Ia mencoba menggarap sebuah sendratari dengan judul Kembang Sore, yang dipentaskan di sebuah forum perpisahan. Pementasan yang didukung oleh 50 orang penari itu membuahkan hasil yang memuaskan, bahkan dapat dikatakan sukses. Bagi Untung Muljono, pementasan tersebut merupakan awal kegemilangannya sebagai seorang penari, sekaligus penata tari muda. Untung Muljono yang kini bergelar Drs. Untung Muljono, M.Hum., merupakan putra dari pasangan Karsowiryo dan Mustini. Beliau lahir pada tanggal 19 Februari 1957 di desa Batangsaren, Kecamatan Kauman Kalangbret, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Ia putra ke-5 dari 8 bersaudara Keluarga Wiryo. Ketika zaman Belanda, orangtuanya cukup dikenal sebagai seorang seniman ketoprak di wilayah Tulungagung, Jawa Timur. Awalnya, Untung kecil belajar seni secara otodidak dari warisan keluarganya. Kemudian, ketika di bangku SMP, ia belajar menari bersama temantemannya dengan seorang guru tari dari Yogyakarta, yaitu Bapak Madyo. Namun 1 Diceritakan oleh Bapak Untung Muljono dan Ibu Reki Lestari pada tanggal 22 Mei 2012 di Sorogenen. 3

sayang, sang guru akhirnya harus kembali ke Yogyakarta. Setelah gurunya pergi, Untung yang telah tumbuh kedewasaan seninya, mulai menggantikan sang guru melatih teman-temannya. Setelah mereka lulus SMP, kegiatan seni tari pimpinan Untung Muljono semakin berkembang. Bahkan, banyak anak-anak TK dan SD yang ikut bergabung dalam kegiatan seni tari tersebut. Adapun seni tari yang diajarkan adalah hasil kreasi dari Untung Muljono dan adiknya (Wardoko). Setelah lulus dari SPG, Untung Muljono pindah ke Yogyakarta untuk melanjutkan studi yang lebih tinggi. Pada tahun 1981, beliau tamat sebagai sarjana muda dari ASTI Yogyakarta. Selanjutnya, pada tahun 1985 beliau tamat sarjana strata-1 ISI Yogyakarta, dan tahun 2003 tamat sarjana strata-2 UGM Yogyakarta. Di Yogyakarta beliau merintis sanggar tari yang diberi nama Sanggar Tari Kembang Sore. Berdirinya sanggar tari tersebut tidak lepas dari dukungan dan kerjasama rekanrekannya, seperti Sundoko (alm) dari Ponorogo, dan Bambang Sardaka yang berasal dari Kulon Progo. Visi Sanggar Tari Kembang Sore adalah lembaga pendidikan seni tari non formal, sebagai pusat pendidikan dan penciptaan tari kreasi baru yang unggul. Adapun misinya meliputi: 1) menyelenggarakan pendidikan seni tari untuk guru-guru tari dan anak sejak usia dini (usia sekolah) yang bersumber dari seni tradisional Indonesia, 2) menciptakan tari kreasi baru serta melaksanakan pendidikan selaras dengan perkembangan zaman, 3) menyiapkan anak bangsa yang bermoral, kreatif, tangguh, unggul, dan berkarakter. Tujuan Sanggar Tari Kembang Sore Pusat Yogyakarta adalah melestarikan dan mengembangkan budaya luhur bangsa Indonesia dalam bidang seni tari bagi anak-anak dan pemuda Indonesia agar: 1) menjadi manusia yang berkepribadian dan berwatak luhur; tinggi mental, moral, budi pekerti dan kuat keyakinan agamanya, tinggi kecerdasan dan keterammpilannya, kuat dan sehat fisiknya, 2) menjadi warga Negara Indonesia yang berpancasila, setia, patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna serta sanggup melestarikan budaya luhur bangsa Indonesia. Koleksi karya Sanggar Tari Kembang Sore sampai saat ini sedikitnya berjumlah 157 tari kreasi dalam 29 album yang diproduksi oleh Kusuma Record, serta 12 VCD tari kreasi dengan 27 tari dan 16 gendhing dalam 2 album yang diproduksi oleh Irama Record. Kesemuanya adalah hasil kreasi Bapak Untung Muljono dan Ibu Reki Lestari 4

(istri). Selain itu, Sanggar Tari Kembang Sore telah memiliki banyak sekali cabang hingga ranting, baik di wilayah Provinsi DIY, bahkan cabang dan rantingnya telah menjangkau hingga ke wilayah-wilayah seantero Indonesia. Sanggar Tari Kembang Sore di Sorogenen, Yogyakarta, merupakan pusat dari Sanggar Tari Kembang Sore yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Sumber : Subowo 2012 Upaya Pemberdayaan Kesenian Daerah Dalam Memperkokoh Jatidiri Masyarakat DIY. Makalah. Tidak Diterbitkan. Disampaikan dalam kegiatan Workshop dan Festival Kesenian Daerah. Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional. Panduan Kegiatan Jejak Tradisi Budaya Regional Tahun 2012, Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata tentang Pedoman Pelestarian Kebudayaan, Nomor 40 dan 42 Tahun 2009. Wawancara dengan Bapak Untung Muljono dan Ibu Reki Lestari, Sanggar Tari Kembang Sore Pusat Yogyakarta di Sorogenen Yogyakarta, 22 Mei 2012. 5