BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Reviu Penelitian Terdahulu Penelitian yang mengkaji tentang pengaruh kinerja keuangan, karakteristik perusahaan dan mekanisme corporate governance terhadap pengungkapan Sustainability Report telah banyak dilakukan. Tetapi, masih terdapat beberapa perbedaan antara penelitian satu dengan penelitian lain, baik dari segi variabel yang digunakan, maupun hasil dari penelitiannya. Hasil penelitian yang berbeda menunjukkan adanya kontra antara peneliti satu dengan peneliti lainnya. Berikut tabel ringkasan yang menunjukkan penelitian terhadap pengungkapan sustainability report dari peneliti sebelumnya. Nama Peneliti Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu Judul Metode Variabel Analisis Hasil Orien Natalian dan Wahidawati (2016) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan Sustainability Report Regresi Linier Berganda Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Ukuran Perusahaan, Aktivitas Perusahaan, Komite Audit, dan Dewan Direksi Komite audit berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan sustainability report. Leverage berpengaruh negatif terhadap tingkat pengungkapan sustainability report. Profitabilitas, Likuiditas, 7
8 Nama Peneliti Judul Metode Analisis Variabel Hasil Ukuran Perusahaan, Aktivitas Perusahaan,, dan Dewan Direksi tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan Sustainability Report Umi Aniswatur Roudtul Jannah & Kurnia (2016) Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Pengungkapan Sustainability Report pada Perusahaan di BEI Regresi Berganda Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, dan Aktivitas Profitabilitas dan likuditas berpengaruh positif terhadap pengungkapan sustainability report. Sedangkan, leverage dan aktivitas tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sustainability report. Dwita Aliniar dan Sri Wahyuni (2017) Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance (Gcg) Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kualitas Regresi Linier Berganda Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen, Ukuran Komite Audit, Kepemilikan Saham Institusional, Kepemilikan Saham Proporsi Komisaris Independen dan Kepemilikan Saham Institusional berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas
9 Nama Peneliti Judul Metode Analisis Variabel Hasil Pengungkapan Sustainability Report Pada Perusahaan Terdaftar Di Bei Terkonsentrasi, Ukuran Perusahaan pengungkapan Sustainability Report, sedangkan variabel Ukuran Dewan Komisaris, Ukuran Komite Audit, Kepemilikan Saham Terkonsentrasi dan Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas pengungkapan Sustainability Report. Dari tabel 2.1 diatas menunjukkan adanya perbedaan hasil dari satu penelitian dengan penelitian yang lain. Pada penelitian yang dilakukan oleh Natalia dan Wahidahwati (2016) menunjukkan bahwa profitabilitas dan likuiditas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sustainability report. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Jannah dan Kurnia (2016) yang menunjukkan bahwa profitabilitas dan likuiditas berpengaruh terhadap pengungkapan sustainability report. Selain itu pada variabel leverage juga menunjukkan hasil yang berbeda. Dimana, pada penelitian Natalia dan Wahidahwati (2016) menunjukkan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap pengungkapan sustainbility report sedangkan pada penelitian Jannah dan Kurnia
10 (2016) menunjukkan hasil bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sustainability report. Pada penelitian Natalia dan Wahidahwati (2016) menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh positif terhadap pengungkapan sustainbility report. Hasil tersebut berbeda dengan hasil pada penelitian yang dilakukan oleh Aliniar dan Wahyuni (2017) yang menunjukkan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sustainability report. 2.2 Tinjauan Pustaka 2.2.1 Teori Stakeholders Stakeholders theory mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus memberikan manfaat serta kontribusi untuk para stakeholder-nya (pemegang saham, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis dan pihak lainya). Kelangsungan hidup dari suatu perusahaan akan tergantung pada stakeholder-nya, selain itu dukungan tersebut harus didapat sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan dari stakeholder tersebut (Ghozali dan A.Chairiri, 2007). Semakin Powerfull stakeholder maka semakin besar peluang perusahaan untuk beradaptasi. Pengungkapan sosial dianggap salah satu cara untuk komunikasi perusahaan dengan stakeholdernya. Definisi Stakeholder telah berubah secara susbtansial selama empat dekade terakhir. Pada awalnya stakeholders hanya ada pada diri pemegang saham saja, Pandangan ini didasarkan pada argumen dari friedman,
11 mengatakan bahwa tujuan utama perusahaan adalah untuk memaksimalkan kemakmuran pemilik perusahaan. Namun demikian, Freeman tidak setuju dengan pandangan ini dan memperluas definisi stakeholders dengan memasukan konstituen yang lebih banyak. Termasuk kelompok yang tidak menguntukan seperti pihak-pihak tertentu dan regulator (Ghozali dan A.Chairiri, 2007). 2.2.2 Sustainabillity Report Sustainability report merupakan laporan yang tidak hanya memuat informasi knerja keuangan akan tetapi juga informasi non keuangan yang terdiri dari infromasi terkait aktivitas sosial, dan lingkungan yang memungkinkan perusahaan berkembang secra berkesinambungan (sustainable performance) (Elkington, 1997). Sustainability Report merupakan laporan yang dikeluarkan secara sukarela oleh perusahaan terdiri tiga aspek, yaitu ekonomi, sosial, lingkungan. Sustainability memproyeksikan kepedulian perusahaan terhadap masyarakat mengenai aspek-aspek yang dilaporkan dan juga sebagai jembatan kebutuhan stakeholder dalam pengambilan keputusan. Global Reporting Initiative (GRI) mendefiniskan bahwa Sustainability Report merupakan pngukuran, pengungkapan dan upaya akuntabilitas dari kinerja suatu organisasi dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, dilaporkan kepada para pemangku kepentingan baik internal mupun eksternal (Global Reporting Initiative, 2016).
12 Sustainability Report merupakan sebuah laporan yang tidak hanya berkonsep pada single bottom line, dalam arti perusahaan hanya ada pada kondisi keuangan saja, akan tetapi berkonsep pada triple bottom line yaitu selain keuangan, perusahaan harus menyediakan informasi sosial dan lingkungan. 2.2.3 Kinerja Keuangan Perusahaan 2.2.3.1 Profitabilitas Profitabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam rangka memperoleh nilai lebih pemegang saham (Subramanyam dan Wild, 2014). Letak profitabilitas ada pada laporan laba-rugi perusahaan (incomestatement) yang menunjukan hasil kinerja perusahaan. Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi akan cenderung untuk melakukan pengungkapan melalui SR, karena profitabilitas merupakan salah satu indikator kinerja yang harus diungkapkan dalam SR. Pengungkapan sustainability report ini dilakukan dalam rangka pertanggungjawaban kepada stakeholder untuk mempertahankan dukungan mereka dan juga untuk memenuhi kebutuhan informasi mereka. Selain itu pengungkapan SR juga dapat digunakan sebagai media komunikasi dengan para stakeholder, yang ingin memperoleh keyakinan tentang bagaimana profit dihasilkan perusahaan (Jannah dan Kurnia, 2016). Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara berbagai komponen di laporan keuangan. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode
13 operasi perusahaan, hal ini bertujuan untuk mengetahui keadaan perusahaan baik dari penurunan atau kenaikan dalam waktu tertentu. Hasil dari pengukuran tersebut akan digunakan oleh manajemen untuk menilai kinerja perusahaan untuk periode tertentu. Rasio profitabilitas disebut sebagai alat ukur kinerja manajemen (Natalia dan Tarigan, 2014). 2.2.3.2 Likuiditas Likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan terhadap hutang lancarnya (Almilia, 2007). Perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi menunjukan kemampuan perusahaan yang besar untuk dapat melunasi hutang-hutang jangka pendek secara tepat waktu. 2.2.3.3 Leverage Leverage merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang (Natalia dan Wahidahwati, 2016). Tingkat leverage yang tinggi pada perusahaan juga meningkatkan kecenderungan perusahaan untuk melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan melaporkan laba sekarang lebih tinggi. Pelaporan laba yang tinggi akan mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang kuat sehingga meyakinkan perusahaan dalam memperoleh pinjaman dari para stakesholder-nya. Perusahaan dalam menggapai laba yang tinggi maka akan mengurangi biaya-biaya, termasuk mengurangi biaya untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial.
14 2.2.4 Karakteristik Perusahaan 2.2.4.1 Ukuran Perusahaan (Size) Ukuran perusahaan adalah faktor penentu penting dalam pengungkapan perusahaan. Ukuran perusahaan dapat digunakan untuk mewakili karakteristik keuangan perusahaan (Natalia dan Wahidahwati, 2016). Ukuran perusahaan (firm size) dapat diartikan sebagai besar kecilnya perusahaan dapat dilihat dari nilai equity, nilai perusahaan ataupun hasil nilai aktiva dari suatu perusahaan. Perusahaan dengan aset yang besar lebih banyak mendapat sorotan dari publik. Maka dari itu, perusahaan yang besar cenderung lebih banyak mengeluarkan biaya untuk mengungkapkan informasi yang lebih luas sebagai upaya untuk menjaga kepercayaan pada stakeholders. Indikator variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total aset. Pemilihan indikator ukuran perusahaan diukur dengan total aset dikarenakan dalam mengukur ukuran perusahaan, nilai aset relative lebih stabil dibandingkan dengan jumlah penjualan. 2.2.4.2 Umur Perusahaan (Age) Umur perusahaan adalah lamanya waktu hidup suatu perusahaan yang menunjukkan bahwa perusahaan tetap eksis, mampu bersaing dalam dunia usaha dan mampu mempertahankan kesinambungan usahanya. Semakin lama umur perusahaan, maka semakin banyak informasi yang telah diperoleh perusahaan tersebut sehingga memperkecil ketidakpastian investor dimasa yang akan datang. Perusahaan yang memiliki umur yang lebih tua akan memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam
15 mempublikasikan laporan tahunan. Perusahaan yang memiliki pengalaman lebih banyak akan lebih mengetahui kebutuhan konstituennya akan informasi tentang perusahaan (Fitriani, 2014). Alasan yang mendasarinya adalah bahwa perusahaan yang lebih tua mungkin lebih mengerti informasi informasi apa saja yang seharusnya diungkapkan dalam laporan tahunan sehingga perusahaan akan mengungkapkan informasi-informasi yang memberikan pengaruh positif bagi perusahaan tersebut. 2.2.5 Mekanisme Good Corporate Governance Corporate governance merupakan proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan untuk menentukan kebijakan dalam rangka meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perseroan, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah bagi pemegang saham dalam jangka panjang dengan memperhatikan kepentingan para stakeholder berdasarkan ketentuan anggaran dasar dan peraturan perundang undangan yang berlaku (Dilling, 2010). Good Corporate governance (GCG) diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan konsisten dengan peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu oleh karena itu demi terciptanya GCG perlu dukungan dari 3 pilar yang saling berhubungan, yaitu Negara, dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha.
16 Untuk meningkatkan keberhasilan usaha, perusahaan perlu menerapkan prinsip-prinsip good corporate governance yang menjadi indikator dalam menilai penerapan GCG dalam suatu perusahaan. Good Corporate governance diproksikan dalam Komisaris Independen, Komite Audit, Dewan Direksi, Dewan Komisaris dan Kepemilikan Saham Manajerial. 2.2.5.1 Komiraris Independen Keberadaan dewan komisaris belum memberikan jaminan terlaksananya prinsip-prinsip Good Corporate Governance, khususnya mengenai perlindungan terhadap investor. Organ-organ tambahan tersebut antara lain adalah dewan komisaris independen. Dengan adanya Dewan Komisaris Independen, tidak hanya dapat melindungi kepentingan pihak mayoritas tetapi juga pihak minoritas yang juga memiliki kepentingan terhadap perusahaan, yang mana salah satu bentuk perlindungan kepentingan tersebut adalah melakukan pelaporan pertanggung jawaban sosial (Adila, 2016) 2.2.5.2 Komite Audit Komite audit adalah komite yang ditunjuk oleh perusahaan sebagai penghubung antara dewan direksi dan audit eksternal, internal auditor serta anggota independen (Aliniar dan Wahyuni, 2017). Menurut Surat Edaran Bapepam Nomor. SE-03/PM/2000 tentang komite audit menjelaskan bahwa tujuan komite audit adalah membantu dewan komisaris untuk:
17 1. Meningkatkan kualitas laporan keuangan; 2. Menciptakan iklim disiplin dan pengendalian yang dapat mengurangi kesempatan terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan; 3. Meningkatkan efektivitas fungsi internal audit maupun eksternal audit 4. Mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian dewan komisaris. 2.2.5.3 Dewan Direksi Dewan direksi memiliki fungsi dan wewenang untuk mengendalikan pelaksanaan roda perusahaan setiap hari, sesuai kebijaksanaan strategic sebagai penjamin terwujudnya prinsip accountability dan fairness yang terdapat dalam GCG (Natalia dan Wahidahwati, 2016). Menurut Undang-undang No 40 tahun 2007, pada umumnya direktur memiliki tugas antara lain : memimpin perusahaan dengan menerbitkan kebijakan-kebijakan; memilih, menetapkan, maupun mengawasi tugas dari karyawan; menyetujui anggaran tahunan perusahaan; menyampaikan laporan kepada pemegang saham (Undang- Undang Republik Indonesia, 2007). Dewan direksi diproksikan dengan jumlah rapat dewan direksi dalam waktu 1 (satu) tahun. 2.2.5.4 Kepemilikan Saham Manajerial Pada perusahaan tertentu untuk memotivasi kinerja manajer, perusahaan mulai menerapkan kebijakan kepemilikan manajerial.
18 Kebijakan ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan manajer terlibat dalam kepemilikan saham, sehingga dengan terlibatnya ini kedudukan manajer sejajar dengan pemegang saham. Manajer dipelakukan bukan semata sebagai pihak eksternal yang digaji untuk kepentingan perusahaan tetapi diperlakukan sebagai pemegang saham. Dengan demikian diharapkan dengan adanya keterlibatan manajer pada kepemilikan saham dapat efektif untuk meningkatkan kinerja manajer (Sukmawati, 2013). 2.2.5.5 Dewan Komisaris Ukuran dewan komisaris, dewan komisaris adalah wakil pemegang saham dalam perusahaan berbadan hukum perseroan terbatas. Dewan ini berfungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh menajemen (direksi). Dengan demikian dewan komisaris yang aktif menjalankan fungsinya dapat mencegah konsentrasi pengendalian yang terlalu banyak ditangan manajemen. Semakin banyak jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan, maka pengungkapan tanggung jawab sosial yang dibuat perusahaan akan semakin luas (Dewi dan Priyadi, 2013). 2.3 Perumusan Hipotesis 2.3.1 Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Pengungkapan Sustainability Report Kinerja keuangan adalah hasil keputusan berdasarkan penilaian terhadap kemampuan perusahaan, baik dari aspek likuiditas, aktivitas,
19 solvabilitas dan profitabilitas yang dibuat oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Kinerja keuangan dipakai manajemen sebagai salah satu pedoman untuk mengelola sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Laporan dari kinerja keuangan dibuat untuk menggambarkan kondisi keuangan perusahaan masa lalu dan digunakan untuk memprediksi keuangan dimasa yang akan datang (Jannah dan Kurnia, 2016) Dalam penelitian ini, kinerja keuangan diproksikkan dnegan menggunakan profitabilitas, likuditas dan leverage. Profitabilitas merupakan indikator yang mencerminkan kinerja manajemen yang baik, sehingga perusahaan akan cenderung mengungkapkan informasi yang lebih luas ketika ada peningkatan profitabilitas (Junita et al., 2014). Berdasarkan penelitian Jannah dan Kurnia (2016) menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan sustainability report sedangkan pada penelitian Natalia dan Wahidahwati (2016) menemukan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sustainability report. Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi akan cenderung untuk melakukan pengungkapan melalui SR, karena profitabilitas merupakan salah satu indikator kinerja yang harus diungkapkan dalam sustainability report. Perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi berarti menandakan kemampuan yang besar untuk membayar kewajibankewajiban jangka pendeknya tepat waktu. Penelitian yang dilakukan
20 Natalia dan Wahidahwati (2016) menunjukkan bahwa likuiditas tidak berpengaruh dan hasil tersebut bertolak belakang dengan hasil pada penelitian Jannah dan Kurnia (2016) yang menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh terhadap pengungkapan sustainability report. Perusahaan yang memiliki likuiditas yang tinggi akan menciptakan image yang kuat dan positif dimata para stakeholder-nya Upaya-upaya yang dapat ditempuh perusahaan untuk membentuk dan memperkuat image-nya adalah melalui pembuatan laporan-laporan tambahan, salah satunya adalah pembuatan sustainability report. Leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa besar perusahaan tergantung pada kreditur dalam membiayai aset perusahaan. Perusahaan yang mempunyai tingkat leverage yang tinggi berarti sangat tergantung pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya. Sedangkan perusahaan yang mempunyai tingkat leverage rendah lebih banyak membiayai asetnya dengan modal sendiri. Dengan demikian, tingkat leverage perusahaan, menggambarkan risiko keuangan perusahaan. Leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa besar perusahaan tergantung pada kreditur dalam membiayai aset perusahaan. Perusahaan yang mempunyai tingkat leverage yang tinggi berarti sangat tergantung pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya. Sedangkan perusahaan yang mempunyai tingkat leverage rendah lebih banyak membiayai asetnya dengan modal sendiri. Dengan demikian, tingkat leverage perusahaan, menggambarkan risiko keuangan perusahaan. Pada penelitian Natalia dan
21 Wahidahwati (2016) menunjukkan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sustainability report. yang mana hasil tersebut bertolak belakang dengan hasil penelitian dari (Jannah dan Kurnia, 2016). Dengan demikian hipotesis yang diajukan: H1: Kinerja Keuangan berpengaruh terhadap pengungkapan Sustainability Report 2.3.2 Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Sustainability Report Setiap perusahaan memiliki karakteristik yang berbeda antara entitas yang satu dengan yang lain. Dalam penelitian ini karakteristik perusahaan yang mempengaruhi pengungkapan sustainability report yaitu ukuran perusahaan (size), umur perusahaan (age) dan tipe industri (profile). Ukuran perusahaan (firm size) dapat diartikan sebagai besar kecilnya perusahaan dapat dilihat dari nilai equity, nilai perusahaan ataupun hasil nilai aktiva dari suatu perusahaan (Wahyudi et al., 2016). Perusahaan dengan aset yang besar lebih banyak mendapat sorotan dari publik. Maka dari itu, perusahaan yang besar cenderung lebih banyak mengeluarkan biaya untuk mengungkapkan informasi yang lebih luas. Sustainability report akan mengungkapkan bagaimana tanggung jawab perusahaan atas aktivitas yang telah dilakukan. Umur perusahaan adalah lamanya waktu hidup suatu perusahaan yang menunjukkan bahwa perusahaan tetap eksis, mampu bersaing dalam dunia usaha dan mampu mempertahankan kesinambungan usahanya.
22 Perusahaan yang memiliki umur yang lebih tua akan memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam mempublikasikan laporan tahunan dan informasi-informasi tambahan yang dapat meningkatkan kepercayaan investor (Harsono et al., 2012). Perusahaan yang lebih tua mungkin lebih mengerti informasi-informasi apa saja yang seharusnya diungkapkan dalam laporan tahunan sehingga perusahaan akan mengungkapkan informasi-informasi yang memberikan pengaruh positif bagi perusahaan tersebut. Dengan demikian hipotesis yang diajukan: H2: Karakteristik Perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan Sustainability Report 2.3.3 Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Pengungkapan Sustainability Report Good corporate governance merupakan proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan untuk menentukan kebijakan dalam rangka meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perseroan, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah bagi pemegang saham dalam jangka panjang dengan memperhatikan kepentingan para stakeholder berdasarkan ketentuan anggaran dasar dan peraturan perundang undangan yang berlaku. Dalam penelitian ini mekanisme good corporate governance diproksikkan dengan menggunakan komisaris independen, komite audit, dewan direksi, kepemilikan saham manajerial dan dewan komisaris. Keberadaan Komisaris Independen diharapkan dapat bersikap netral terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh direksi. Karena komisaris independen tidak terpengaruh oleh manajemen, mereka cenderung
23 mendorong perusahaan untuk mengungkapkan informasi yang lebih luas kepada para stakeholder-nya. Dengan demikian, semakin besar proporsi dewan komisaris dalam dewan dapat mendorong pengungkapan informasi sosial dan lingkungan yang lebih luas. Berdasarkan Kep.29/PM/2004, komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk membantu melaksanakan tugas dan fungsinya. Salah satu tugas komite audit adalah untuk memastikan bahwa struktur pengendalian internal perusahaan dilakukan dengan baik. Dalam penelitian Natalia dan Wahidahwati (2016) menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh positif terhadap pengungkapan sustainability report. hasil tersebut bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Aliniar dan Wahyuni (2017). Keberadaan komite audit akan mendorong perusahaan untuk menerbitkan laporan yang lengkap dan berintegritas tinggi. Berdasarkan code of corporate governance yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (2006) menyatakan fungsi pengelolaan perusahaan yang dilakukan dewan direksi mencangkup lima fungsi yaitu kepengurusan, manajemen resiko, pengendalian internal, komunikasi dan tanggungjawab sosial. Tugas tanggung jawab sosial menjabarkan bahwa dewan direksi harus mempunyai perencanaan tertulis yang jelas dan fokus dalam melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Pada penelitian Natalia dan Wahidahwati (2016) menemukan bahwa dewan direksi tidak berpengaruh terhadap pengungkapan
24 sustainability report.. Kepatuhan hukum dan peraturan perundanganundangan serta pengungkapan informasi tambahan yang dilakukan oleh perusahaan merupakan tanggung jawab dari dewan direksi (Natalia dan Wahidahwati, 2016). Pengungkapan informasi tambahan tersebut salah satunya adalah pengungkapan sustainability report. Ukuran dewan komisaris, dewan komisaris adalah wakil pemegang saham dalam perusahaan berbadan hukum perseroan terbatas. Dewan ini berfungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh menajemen (direksi). Semakin banyak jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan, maka pengungkapan tanggung jawab sosial yang dibuat perusahaan akan semakin luas (Dewi dan Priyadi, 2013) Konflik kepentingan antara manajer dengan pemilik menjadi semakin besar ketika kepemilikan manajer terhadap perusahaan semakin kecil. Dalam hal ini manajer akan berusaha untuk memaksimalkan kepentingan dirinya dibandingkan kepentingan perusahaan. Sebaliknya semakin besar kepemilikan manajer didalam perusahaan maka semakin produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan, dengan kata lain biaya kontrak dan pengawasan menjadi rendah. Manajer perusahaan akan mengungkapkan informasi sosial dalam rangka untuk meningkatkan image perusahaan, meskipun perusahaan harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut. Dengan demikian hipotesis yang diajukan:
25 H3: Mekanisme Good Corporate Governance Berpengaruh Terhadap Pengungkapan Sustainability Report 2.4 Kerangka Pemikiran Kinerja Keuangan (X1) H1 Karakteristik Perusahaan (X2) Mekanisme GCG (X3) H2 H3 Pengungkapan Sustainability Report (Y) Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran