BAB VI SARAN. Saran yang dapat diberikan selama menempuh PKPA di Apotek Kimia Farma 52 adalah sebagai berikut.

dokumen-dokumen yang mirip
5. PKPA di Apotek memberikan pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan praktis bagi calon apoteker mengenai sistem managerial obat (pengadaan,

samping, waktu kadaluarsa (obat racikan), dan cara penyimpanan obat. f. Penyediaan tempat khusus untuk konseling sangat menberikan keuntungan bagi

kepatuhan pasien dalam menggunakan obat sehingga obat tersebut mampu memberikan efek terapi yang diharapkan.

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

d. Mahasiswa calon Apoteker memiliki gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di apotek, seperti masih sulitnya untuk berkomunikasi

DAFTAR PUSTAKA , , MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi ed. 3 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/ MENKES/ SK/ X/ 2002

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

supaya wawasan dan pengetahuan yang didapatkan lebih banyak.

6. Dalam Praktek Kerja Profesi di apotek pro-tha Farma sebaiknya diwajibkan calon apoteker melakukan Home Care yaitu kunjungan terkait pelayanan

8. Pelayanan pasien harus disertai dengan KIE untuk memastikan bahwa setiap perbekalan farmasi dan alat kesehatan dapat digunakan dengan maksimal

resep, memberikan label dan memberikan KIE secara langsung kepada pasien. 4. Mahasiswa calon apoteker yang telah melaksanakan PKPA di Apotek Kimia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA. Anief, M. 2005, Manajemen Farmasi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Tirta Farma meliputi pemilik sarana apotek, apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. 5. Kegiatan promosi kesehatan kepada masyarakat perlu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

pelayanan non resep, serta pengalaman dalam memberikan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) kepada pasien. 5. Apoteker tidak hanya memiliki

dilakukan pasien, serta hal penting lainnya terkait obat seperti efek samping, waktu kadaluarsa (obat racikan), dan cara penyimpanan obat. f.

4. Praktek kerja profesi apoteker memberi kesempatan bagi para calon apoteker untuk dapat terjun langsung ke dunia kerja dan menerapkan segala ilmu

5. Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) memberikan bekal kepada calon apoteker sebelum terjun langsung ke masyarakat, agar kelak dapat

sebagai tenaga kerja farmasi yang profesional yaitu dapat menerapkan nine star pharmacist (care giver, decision maker, communicator, manager, leader,

DAFTAR PUSTAKA. Kementrian Kesehatan RI, 2015, Profil Kesehatan Indonesia Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

yang ada di Apotek Tirta Farma selalu diawasi oleh apoteker. Segi manajemen mulai dari perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, sedangakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Periode 1 Agustus 30 September

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang PKPA di Apotek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia nomor 36 tahun 2014, tentang Kesehatan, adalah. setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suksesnya sistem kesehatan adalah pelaksanaan pelayanan kefarmasian (Hermawati, kepada pasien yang membutuhkan (Menkes RI, 2014).

komunikasi dalam menyampaikan informasi mengenai obat yang akan digunakan kepada pasien. Bagi apotek : Untuk lebih meningkatkan kepuasan konsumen,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RELEVANSI PERATURAN DALAM MENDUKUNG PRAKTEK PROFESI APOTEKER DI APOTEK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan suatu negara yang lebih baik dengan generasi yang baik adalah tujuan dibangunnya suatu negara dimana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan yang baik tentu menjadi keinginan dan harapan setiap orang, selain itu kesehatan dapat menjadi ukuran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SILABUS MATA KULIAH. Revisi : 1 Tanggal Berlaku : 1 Februari Kompetensi dasar Indikator Materi Pokok Strategi Pembelajaran.

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRATIF PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KOTA SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI TAHUN 2008 SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Jalur Distribusi Obat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

6.2. Alur Penelitian Selanjutnya

MAKALAH FARMASI SOSIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA 24 JALAN DHARMAWANGSA NO. 24 SURABAYA (22JULI 24 AGUSTUS 2015)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,

EVALUASI STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KOTA SALATIGA TAHUN 2011 SESUAI PERUNDANGAN YANG BERLAKU NASKAH PUBLIKASI

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA 175 JALAN KARANG MENJANGAN NO. 9 SURABAYA (25 JANUARI FEBRUARI 2016) PERIODE XLVI

Transkripsi:

BAB VI SARAN Saran yang dapat diberikan selama menempuh PKPA di Apotek Kimia Farma 52 adalah sebagai berikut. a. Mahasiswa harus lebih membekali diri dengan ilmu pengetahuan praktis, ilmu komunikasi, serta kepercayaan diri yang tinggi sehingga dapat menjalankan tugas kefarmasian di Apotek dengan lebih baik. b. Mahasiswa program studi profesi Apoteker hendaknya berperan aktif dalam melaksanakan semua kegiatan PKPA agar dapat memperoleh semua informasi dan pengalaman yang kiranya berguna untuk kehidupan dunia kerja di masa yang akan datang. c. Mahasiswa harus melatih diri untuk peduli dan berempati terhadap pasien agar pelayanan yang diberikan lebih maksimal. d. Apotek harus lebih tekun dalam menerapkan pelayanan kefarmasian yang berpihak kepada pasien dengan meningkatkan penulisan Patient Medication Record yang sangat penting untuk merangkum pengobatan dan perkembangan kesehatan pasien. e. Pemberian KIE kepada pasien harus lebih ditingkatkan lagi. Pemberian KIE tidak hanya sekedar memberitahukan tujuan dan cara penggunaan obat. Lebih dari itu, Apoteker harus menggali data pasien agar dapat mencegah terjadinya drug related problem, Apoteker juga harus memberitahukan terapi non farmakologi yang dapat dilakukan pasien, serta hal penting lainnya terkait obat 160

161 seperti efek samping, waktu kadaluarsa (obat racikan), dan cara penyimpanan obat. f. Penyediaan tempat khusus untuk konseling sangat menberikan keuntungan bagi pasien karena pasien dapat menginformasikan tentang keluhan-keluhan yang dirasakannya dan obat-obat yang sudah di gunakan, di sinilah peran apoteker dapat berfungsi secara optimal dengan memberikan informasi obat serta dapat memberikan pengobatan swamedikasi. g. Calon apoteker diharapkan mempelajari pentingnya sistem pengendalian untuk menghindari kesalahan dalam pengerjaan resep untuk itu di setiap tahapan pengerjaan resep petugas di harapkan membubuhkan paraf mulai dari pemberian harga, peracikan obat, pemberian etiket sampai pada penyerahan obat.

162 DAFTAR PUSTAKA American Academy of Ophthalmology, 2018. American Academy of Ophthalmology. http://www.aao.org Diakses pada Februari 2018 Boyle, J. T., 2000. Diare Kronis.. Ilmu Kesehatan Anak Vol.2 Edisi 15, Jakarta: ECG, hal. 1354-1361. Chey WD, Wong BC, Practice Parameters Committee of the American College of Gastroenterology. American College of Gastroenterology guideline on the management of Helicobacter pylori infection. Am J Gastroenterol. 2007;102(8):1808-25. Garza-González E, Perez-Perez GI, Maldonado-Garza HJ, Bosques-Padilla FJ. 2014. A review of Helicobacter pylori diagnosis, treatment, and methods to detect eradication. World J Gastroenterol 20(6):1438-49. Goodman & Gilman. 2011. Dasar Farmakologi Terapi, edisi 12. Diterjemahkan oleh Tim Alih Bahasa Sekolah Farmasi ITB, Penerbit Buku Kedokteran. Goodman, Gilman s. 2001. The Pharmacological Basics of Therapeutics. 10th ed. Boston : Mc Grow, Hill, pp : 344-47. Hartini, Y.S. dan Sulasmono. 2007. Apotek: Ulasan Beserta Naskah Peraturan Perundang-undangan terkait Apotek Termasuk Naskah dan Apotek Rakyat. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Juffrie, M., Oswari, H., Arief, S., Rosalina., 2010. Buku Ajar Gastroenterologi Hepatologi Jilid 1. Jakarta: Balai Penerbit IDAI. Kaur SP, Rao R dan Nanda S, 2011. Amoxicillin : A Broad Spectrum Antibiotic. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 3(3): 30-37. Kemenkes RI, 2012. Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Di Puskesmas 162

163 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2380 Tahun 1983 tentang Tanda Khusus untuk Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 347 Tahun 1990 tentang Obat Wajib Apotek Lacy, C.F. et al. 2010. Drug Information Handbook 18th Edition. American Pharmacist Association, USA. McEvoy, G.K. et al. 2011. AHFS Drug Information Essentials. American Society of Health System Pharmacists, Inc., USA. Medscape. 2015. Medscape: Drug & Diseases. http://reference.medscape.com [online]. Diakses pada Februari 2018. MIMS. 2016. MIMS Indonesia. https://www.mims.com/ [online]. Diakses pada Februari 2018. Olokoba AB, Obateru OA, Bojuwoye MO. 2013. Helicobacter pylori eradication therapy: A review of current trends. Niger Med J, 54(1):1-4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1175 Tahun 2010 tentang Izin Produksi Kosmetika Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 179 Tahun 1974 tentang Produksi dan Distribusi Obat Tradisionil Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional.

164 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 85 Tahun 1989 tentang Kewajiban Menuliskan Resep dan/atau Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889 Tahun 2011 tentang Registrasi Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 919 Tahun1993 tentang Kriteria Obat yang Dapat diserahkan Tanpa Resep. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Pranowo KT, 2006. Analisis Biaya dan Keefektifitasan Ondansetron dan Deksametasone dalam Menekan Mual dan Muntah Pasca Bedah pada Bedah Rawat Jalan. Bag/SMF Anestesi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran U.G.M. Thesis. Pratama, H. 2016. Eradikasi Helicobacter pylori. Cermin Dunia Kesehatan 243 Vol. 43 No. 8. RSU Siloam Tangerang, Indonesia Seto, S., Yunita, N., dan Lily, T. 2008. Manajemen Farmasi. Airlangga University Press, Surabaya. Seto, S., Yunita, N., dan Lily, T. 2012. Manajemen Farmasi Edisi 3. Airlangga University Press, Surabaya. Surat Edaran Menteri Kesehatan RI Nomor : TU.08.03/IV/1400/2011 tentang registrasi, izin praktik, dan izin kerja tenaga kefarmasian. Sweetman, S.C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference 36th Edition. Pharmaceutical Press, London.

165 Tatro, D.S. 2003. A to Z Drug Facts. Facts and Comparisons. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.