BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. kreativitas siswa dari yang terabaikan menjadi lebih terwadahi merupakan pilihan

dokumen-dokumen yang mirip
Fungsi Apresiasi dan Kritik dalam Pendidikan Seni Rupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mata pencaharian dengan hormat dan jujur. Dalam versi yang lain seni disebut. mempunyai unsur transendental atau spiritual.

Term of Reference SOLID-ID

BAB I PENDAHULUAN. masih jauh dari harapan nilai keadilan. Ditambah pula

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi merupakan salah satu dampak globalisasi. Untuk. mendorong perkembangan teknologi disegala bidang, salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Individu tidak akan berkarya jika karya itu tidak bermanfaat bagi dirinya ataupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENANAMAN NILAI (KARAKTER) DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode Teori membuat Komik. Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah

W, 2015 #INSTAMOMENT KARYA CIPTA FOTOGRAFI MENGGUNAKAN MEDIA SMARTPHONE ANDROID DENGAN APLIKASI INSTAGRAM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 PENCIPTAAN KARAKTER SUPERHERO SEBAGAI SUMBER GAGASAN BERKARYA SENI LUKIS

2015 ABSTRAK SUPREMATISME SEBAGAI GAGASAN BERKARYA SENI PATUNG DENGAN MEDIA KAYU

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. a. Langer terkesan dengan pengembangan filsafat ilmu yang berangkat

BAB I PENDAHULUAN. Desain grafis pada awalnya hanya terbatas pada media cetak dwi matra

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan bentuk karya seni kreatif yang menggunakan objek manusia

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

BAB VII KESIMPULAN. Bentuk dan gagasan pada tari kontemporer telah jauh. berkembang dibandingkan dengan pada awal terbentuknya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan, maupun lingkungan kehidupan masyarakat. Alam dapat dikatakan. terpisahkan antara manusia dengan lingkungan alam.

53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. penampilan serta identitas. Wajah merupakan salah satu bagian terpenting pada

2015 PEMBELAJARAN TARI KREASI UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII DI SMPN 45 BANDUNG

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Adi Khadafi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak

LATAR BELAKANG TENTANG RESIDENSI

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN. Penelitian ini membuktikan bahwa seniman telah memiliki. kesadaran dalam mempresentasikan karya sebagai pertunjukan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015 ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya kualitas pendidikan bagi pembangunan bangsa di masa datang. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, kemampuan masyarakat dalam mengapresiasi karya seni

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Format Proposal Pengadaan Pameran Seni Rupa PAMERAN SENI RUPA. Disusun oleh Nama :. NIS :. Kelas:. Kompetensi Keahlian :.

BAB 1 PENDAHULUAN. ide baru untuk menemukan cara-cara baru untuk melihat masalah dan

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II.

dengan mencermati bahwa praktik dan gagasan seni rupa Islam di nusantara ternyata bisa dimaknai lebih terbuka sekaligus egaliter. Kesimpulan ini terba

BAB V KESIMPULAN. Dari uraian hasil penelitian mengenai aspek pewarisan Tari. Klasik Gaya Yogyakarta (TKGY) yang dilakukan oleh Kraton

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berkarya

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Nur Syarifah, 2013

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

Patung dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Seni grafis sudah jarang diminati, terutama yang masih menggunakan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pasca Modernisme melahirkan gerakan seni rupa Kontemporer yang mendorong

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek Gambar 1.1. Diagram Kebutuhan Maslow

produktifitas,efisiensi kebutuhan fisik bagi pengguna.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

2 Berkarya Seni Rupa. Bab. Tiga Dimensi (3D) Peta Materi. Di unduh dari : Bukupaket.com. Jenis Karya. Berkarya Seni Rupa 3 D.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan Karya

BAB III GAGASAN KARYA DAN PROSES BERKARYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang memiliki keanekaragaman

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1.4 Metodologi Penelitian

BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA. memberikan ingatan segar kembali akan pengalaman-pengalaman kita dimasa

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kualitatif mengarahkan peneliti menjelajahi kancah dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa.

Transkripsi:

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penciptaan seni yang bertujuan untuk menumbuhkan inspirasi dan kreativitas siswa dari yang terabaikan menjadi lebih terwadahi merupakan pilihan tema proyek studi yang menyenangkan. Proyek seni School Art Lab bagi penulis telah menumbuhkan energi positif untuk mencari jalan baru dari situasi kesenian dan pendidikan seni yang cenderung kurang mewadahi potensi siswa dalam mengembangkan kreativitasnya. Hasil proyek seni School Art Lab menjadi sebuah karya seni kontekstual yang terus bergerak menyelesaikan persoalan kreativitas siswa dengan mempertimbangkan kondisi sosio-kulturalnya sebagai remaja. Melalui pendekatan dan pola kerja seni partisipatori, penulis mampu menemukan strategi dan teknis yang menjadi rekomendasi bagi sekolah atau lembaga pendidikan dalam memberdayakan kreativitas siswa. Berpijak pada pendekatan teori pendidikan humanistik, proses penciptaan seni partisipatori ini terasa lebih manusiawi karena mampu mengakomodir segenap ekspresi siswa sebagai partisipan yang aktif menjadi subjek kesenian. Proyek seni School Art Lab telah membuktikan misinya bahwa pelajaran seni rupa yang dikelola dengan baik bisa menjadi media bagi munculnya potensi kreatif siswa. Pelaksanaan pembelajaran kreasi seni rupa lebih menarik dan menyenangkan, materi ajar yang diintegrasikan dengan konteks sosio-kultural siswa dapat diterima dengan baik 294

oleh siswa sehingga mampu memicu munculnya kreativitasnya dalam menciptakan karya seni rupa. Penciptaan karya seni yang dikerjakan melalui proyek seni partisipatori ini menjadi model karya kreatif dan solutif terhadap pemberdayaan kreativitas. Ketidakoptimalan pembelajaran seni rupa di sekolah dan banyaknya potensi kreativitas siswa yang tidak tergali dan terfasilitasi, dapat diselesaikan dalam penciptaan seni ini. Penciptaan proyek seni School Art Lab dapat disimpulkan telah sesuai dengan tujuannya, yaitu: mewujudkan strategi kesenian untuk memberdayakan kreativitas siswa, mewujudkan proyek seni yang berpijak pada kreativitas siswa, serta mewujudkan karya seni yang sesuai dengan konteks sosiokultural siswa. 1. Terwujudnya Strategi Kesenian Untuk Memberdayakan Kreativitas Siswa Dalam proses berkesenian diperlukan adanya sebuah strategi untuk mewujudkan konsep yang melatarbelakangi. Demikian pula proyek seni School Art Lab, untuk mewujudkan gagasan menjadi sebuah karya seni, berbagai strategi telah diwujudkan. Strategi tersebut terangkum dalam tiga aktivitas yaitu: penelitian, workshop, dan penciptaan karya seni. Berikut ini beberapa aktivitas strategis yang dilakukan dan dampaknya terhadap penyelesaian permasalahan: a. Melalui penelitian tentang pelaksanaan pembelajaran seni rupa di sekolah, dapat ditemukan berbagai permasalahan capaian pembelajaran dan potensi 295

kreatif siswa sebagai pijakan untuk pengembangan materi pelajaran/workshop kreasi seni rupa. b. Melalui workshop lateral thinking, penulis dapat mengonstruksi pengetahuan siswa untuk menggunakan pengalamannya dalam mencari dan menemukan gagasan/ide baru. c. Melalui workshop kreasi seni dengan memberikan materi yang realistis sesuai dengan psikologi perkembangan dan konteks sosio-kultural remaja membuat siswa bisa terlibat aktif dalam berkreasi seni. Dengan memberikan motivasi dan membimbing siswa agar percaya diri dalam mengungkapkan gagasannya, mampu memunculkan kepercayaan diri siswa dalam berkarya seni rupa. d. Dengan mengajarkan kerjasama untuk membagi pengalaman dan gagasan melalui penciptaan karya seni secara bersama maupun individual, membuat siswa lebih memahami bahwa praktik penciptaan seni banyak ragamnya. 2. Terwujudnya Proyek Seni Partisipatori Yang Berpijak Pada Pengembangan Kreativitas Siswa Berpijak pada model dan tahap-tahap penciptaan seni yang dikemukakan oleh Konsorsium Seni maka telah diwujudkan proyek seni School Art Lab yang berpijak pada pengembangan kreativitas siswa. Perwujudan proyek seni School Art Lab ditandai dengan proses penciptaan seni partisipatori bersama siswa SMA di Surakarta yang dilakukan mulai dari tahap persiapan sampai pembuatan karya seni. Dalam konteks mewujudkan proyek seni yang berdampak pada kreativitas siswa, penulis bertindak seniman inisiator dan kolaborator yang melibatkan 296

partisipasi siswa untuk menyelesaikan permasalahan pembelajaran seni rupa secara langsung. Siswa dibangkitkan kreativitasnya melalui berbagai rangkaian workshop serta dilibatkan pada beberapa bagian penciptaan karya seni. Dengan demikian, penulis tetap memiliki otonomi atas karya seni yang diciptakan, meskipun teknis pengerjaannya dilakukan secara kolaboratif. Proyek seni School Art Lab sebagai aktivitas sosial lebih menekankan pada aktualitas dan kerja praksis, bukan simbolik. Proses penciptaan seni yang dijalankan, diarahkan pada pemahaman setiap siswa terhadap konteks sosiokulturalnya sebagai remaja untuk diintegrasikan dalam materi pembelajaran seni rupa. Dengan demikian, komunikasi yang terjadi antar penulis dan para siswa akan memunculkan sikap-sikap emansipatoris. Melalui aktualitas dan kerja praksis, penulis mampu menghasilkan seni kolaboratif yang berdampak pada pelaksanaan pembelajaran seni rupa menjadi lebih bermakna, bukan hanya menciptakan representasi dari permasalahan semata. Proses penciptaan seni yang berpijak pada pendidikan humanistik bisa menjadi alternatif bagi guru dalam membelajarkan seni rupa di sekolah. Melalui penciptaan seni partisipatori, guru akan lebih mudah mengembangkan materi yang berpijak pada kebutuhan siswa karena suara nya bisa didengar dan keterlibatannya dibutuhkan. Dalam hal ini, guru bisa mengondisikan siswa untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan yang menghambat minatnya mempelajari seni rupa, serta memberikan alternatif materi kreasi seni yang seuai dengan kebutuhan jiwanya. Proses penciptaan seni yang berpijak pada kondisi psikologi 297

dan sosio-kultural siswa terbukti mampu menumbuhkan minat siswa, karena ekspresinya sebagai remaja bisa terfasilitasi dan kreativitasnya bisa dimunculkan. 3. Terwujudkan Karya Seni Yang Bersumber Dari Latar Belakang Sosio-Kultural Siswa Berbagai kegiatan yang digagas dalam proyek seni School Art Lab ini selalu berlandaskan pada tujuan untuk menciptakan karya seni sebagai media penyaluran ekspresi dan kreativitas siswa sebagai remaja. Dalam proses penciptaan karya seni, penulis mencoba memberdayakan siswa dengan cara mengakrabi budaya visual remaja sebagai potensi estetik yang dapat memicu tumbuhnya kreativitas. Beragam atribut visual khas remaja diintegrasikan dengan materi kreasi seni di sekolah. Dengan melakukan kerja partisipatori bersama siswa dalam penciptaan seni, penulis dapat membantu siswa untuk lebih mengenali lingkungannya sebagai sumber ide kreatif. Menciptakan karya-karya seni dengan medium komik, grafis, etsa, stencil, drawing, dan wayang merupakan wujud nyata tumbuhnya kreativitas siswa. Kemampuan seluruh siswa dalam mengekspresikan gagasannya, memunculkan sebuah karakter personal yang khas anak muda. Terlibat sebagai partisipan dalam proyek seni mampu menunjukkan adanya semangat komunalitas dan solidaritas untuk lebih peduli terhadap kondisi sosiokulturalnya. Karya seni berjudul Gubuk Grafis, menunjukkan tumbuhnya kepercayaan diri dan ekspresi kreatif personal yang utuh pada diri siswa. Melalui elemenelemen karya seni instalasi yang dibuat dengan medium grafis, siswa 298

menunjukkan spirit diri dan kelompok dalam menyikapi fenomena konsumerisme di kalangan remaja. Selain itu, keinginan adanya sebuah wadah bagi siswa untuk menyalurkan ekspresi kreatifnya sebagai remaja juga tampak dalam karya tersebut. Semangat untuk menemukan identitas diri sebagai remaja juga dipresentasikan dalam karya berjudul Identitas. Melalui medium etsa, siswa mampu mengekspresikan gaya visual yang mencerminkan identitas dirinya dengan menggabungkan unsur-unsur dalam atribut visual khas remaja. Masingmasing karya etsa yang dihadirkan bertumpuk dan acak dalam satu instalasi, merepresentasikan ekspresinya yang dinamis. Tumbuhnya kesadaran berekspresi untuk memunculkan identitas diri siswa juga terlihat pada karya berjudul Personal Merchandise. Elemen-elemen visual yang diciptakan melalui medium stencil menunjukkan karakter diri siswa sekaligus merepresentasikan sikap kritisnya dalam menyikapi sebuah trend yang diluncurkan oleh selebritis idola. Kesadaran akan pentingnya mendokumentasikan gaya dan perilaku remaja untuk menemukan identitas diri, terlihat dalam karya berjudul Wulang Reh. Kompilasi komik yang menampung seluruh ekspresi diri siswa dalam berbagai gaya cerita remaja disandingkan dengan karya panel komik yang merangkum masing-masing karakter siswa, merepresentasikan identitas remaja secara faktual. Selain itu, karya panel komik juga merepresentasikan pentingnya proses belajar seni sebagai bekal hidup siswa. Kepedulian siswa akan cita-cita dan harapan masa depannya terlihat pada karya berjudul Wayang Komik. Kepedulian tersebut ditunjukkan melalui 299

penciptaan berbagai figur wayang yang mencerminkan karakter tokoh idola masing-masing siswa. Perpaduan bentuk figur wayang dan gaya komik dengan balon kata yang mengungkapkan cerita tentang tokoh dan profesinya, menunjukkan ekspresi khas budaya remaja kini. Kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan terlihat pada karya yang berjudul PLUR (Peace, Love, Unity, Respect). Dalam karya tersebut tercermin sikap dan kepedulian siswa terhadap lingkungan yang damai dan penuh cinta. Siswa juga menyuarakan ekspresi pentingnya menjaga kesatuan dan sikap saling menghargai di antara sesama. Perpaduan antara karya drawing dan sepeda lowrider merupakan representasi dari sikap siswa yang menghargai pentingnya lingkungan sebagai sumber belajar tentang kehidupan. Untuk merangkai proyek seni ini menjadi sebuah penciptaan seni yang utuh, penulis mencatat beragam peristiwa yang menarik selama proyek seni berlangsung, selanjutnya diungkapkan dalam karya seni secara personal. Penulis mencatat kesadaran siswa terhadap pengetahuan dan lingkungan sekitar yang dipresentasikan pada karya berjudul Memayu Hayuning Bawana. Karya yang terdiri dari 3 panel ini menyampaikan pesan tentang hubungan antara gaya hidup remaja, semangat komunalitas, dan peran pengetahuan terhadap tumbuhnya rasa cinta alam dan sesama. Untuk merepresentasikan pentingnya seni sebagai sarana spiritualitas dan pendidikan karakter ditunjukkan pada karya berjudul Jejak Langkah. Material sandal jepit yang dihias dengan gambar wajah seniman menjadi refleksi atas realitas sekolah yang mengajarkan religiusitas dan kreativitas secara bersamaan. 300

Mengingat proyek seni partisipatori ini berorientasi pada pemberdayaan kreativitas siswa maka segala hal yang berpotensi sebagai pemicu kreativitas menjadi perhatian penulis. Terinspirasi dari cita-cita, harapan, dan tokoh-tokoh idola siswa, penulis mewujudkan karya berjudul Seniman Idola. Kepedulian terhadap sejarah seni rupa dipresentasikan dengan memvisualisasikan potret tokoh-tokoh seniman melalui teknik drawing dan patchwork. Perwujudan teknik tersebut untuk menunjukkan kedekatan seni rupa dengan realitas sehari-hari. Gagasan untuk mempresentasikan cita-cita dan harapan juga diwujudkan dalam karya berjudul Di Antara Tokoh. Karya ini merupakan perwujudan dari dinamika proyek seni School Art Lab yang dipengaruhi oleh tokoh-tokoh di bidang pendidikan maupun kesenian. Perwujudan karya yang dibuat dengan sketsa wajah para tokoh sebagai representasi dari sikap koopertif penulis dalam menerima masukan pengetahuan dan pengalaman para tokoh tersebut. Selain itu, juga menjadi media refleksi bagi penulis agar selalu terbuka terhadap berbagai kritik dan saran untuk menjadi lebih baik. Untuk menunjukkan proses berjalannya proyek seni School Art Lab, penulis juga menghadirkan karya seni hasil dokumentasi selama proyek berlangsung yang dibuat dengan teknik drawing, painting, sketsa, fotografi, dan video. Karya berjudul Dokumentasi#1, Dokumentasi#2, dan Dokumentasi#3 tidak hanya menjadi catatan-catatan proses penciptaan tetapi lebih dari itu, dokumentasi-dokumentasi tersebut menjadi bagian penting dari proyek seni partisipatori ini. Hadirnya dokumentasi memungkinkan untuk melakukan evaluasi perjalanan proyek, mengeksplorasi pengembangan karya maupun proyek seni 301

berikutnya. Karya dokumentasi ini juga memberikan alur dan benang merah antara proses yang satu dengan proses lainnya. Dengan demikian bisa membantu penikmat untuk mengapresiasi dan mengkritisi atau sekaligus menjadi bagian dari karya seni partisipatori ini secara keseluruhan. B. Temuan dan Rekomendasi Melalui proyek seni School Art Lab dapat disampaikan beberapa temuan dan rekomendasi yang bisa dijadikan inspirasi dan solusi untuk memberdayakan kreativitas siswa dalam pembelajaran seni rupa. Selama proses penciptaan seni, telah ditemukan beberapa hal sebagai berikut: 1. Temuan tentang konsep penciptaan seni sebagai media untuk menumbuhkan minat dan potensi kreatif siswa. Konsep pemilihan bahan, format, serta bentuk baru dari penciptaan seni yang mampu membangkitkan potensi kreatif siswa, dari situasi pelajaran yang sebelumnya terpinggirkan menjadi pelajaran untuk pendidikan kreatif. 2. Temuan model baru dari metode penciptaan karya seni yang melibatkan partisipasi siswa yang awalnya buta dan tidak peduli seni. Model penciptaan seni School Art Lab bisa diaplikasikan di tempat-tempat lain, baik di lingkungan pendidikan formal, non formal, atau informal. 3. Temuan tentang konsep pemberdayaan siswa dalam membangkitkan potensi kreatifnya dengan cara berkarya secara total; melebur bersama siswa untuk menumbuhkan nilai-nilai spirit remaja yang diwujudkan dalam pendidikan kreatif. 302

Adapun rekomendasi yang diajukan untuk perbaikan pembelajaran seni rupa sebagai media pemberdayaan kreativitas siswa, antara lain: 1. School Art Lab sebagai sebuah ruang atau wadah yang di dalamnya terdapat strategi, metode, materi dan media pembelajaran seni rupa adalah wujud karya seni kontekstual yang tumbuh dari proses kerjasama, kolaborasi, partisipasi dari berbagai pihak yang peduli pada pemberdayaan kreativitas siswa. 2. School Art Lab didedikasikan untuk siswa dan guru SMA di Surakarta serta masyarakat lainnya termasuk pihak Dinas Pendidikan dan komunitas seni yang berpihak pada kecintaan terhadap generasi muda kreatif yang berkreasi dalam semangat zaman kontemporer. 3. School Art Lab adalah embrio untuk dilanjutkan menjadi laboratorium pendidikan seni dan kreativitas dalam bentuk nyata (fisik) dengan sarana yang mendukung program-program pendidikan seni dan kreativitas bagi anak-anak dan remaja Surakarta. Dengan demikian akan memberi kemudahan bagi masyarakat untuk melakukan pemberdayaan generasi muda kreatif yang peduli terhadap pentingnya seni sebagai media pengembangan potensi diri. 4. School Art Lab bisa terus dikembangkan menjadi wadah untuk menjalankan riset seni dan pendidikan kreativitas, menjadi model dari proses penciptaan seni yang mampu berkolaborasi dengan berbagai ilmu pengetahuan untuk memberikan inspirasi pada gerakan perubahan pendidikan yang lebih baik. 303

C. Saran-Saran Berdasarkan hasil penciptaan seni maka dapat disarankan bagi pembaca yang tertarik terhadap penciptaan seni partisipatori dan pemberdayaan kreativitas siswa, agar mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 1. Untuk menjalankan proyek seni partisipatori, hendaknya seniman tidak menggunakan pendekatan konvensional sebagai subjek pencipta tunggal saja karena dengan cara tersebut akan menciptakan jarak dengan siswa sebagai partisipan sehingga justru tidak dapat memunculkan kreativitasnya. 2. Seniman harus lebih proaktif dan kooperatif terhadap perubahan paradigma kesenirupaan dan konteks sosio-kultural siswa sebagai partisipan. Dengan demikian, akan memunculkan metode/proses penciptaan seni yang berpijak pada psikologi perkembangan siswa sekaligus dapat menciptakan karya seni kontekstual yang sesuai perkembangan jaman. 3. Untuk meningkatkan kualitas gagasan penciptaan karya seni partisipatori, seniman bersama partisipan dapat menggunakan cara berpikir lateral. Penerapan cara berpikir ini telah terbukti mampu membongkar cara pandang siswa dalam memaknai setiap potensi kreatif yang ada di sekitarnya dan memicu tumbuhnya kreativitas untuk menciptakan karya seni. 304