6. BARGAINING POWER DAN BARGAINING POSITION APPOLI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

5 Kekuatan Kompetisi Dalam Strategi Industri Menurut Michael E Porter

ANALISIS LIMA KEKUATAN PORTER PADA PT BORNEO MEMBANGUN

BAB I PENDAHULUAN. kacang tanah. Ketela pohon merupakan tanaman yang mudah ditanam, dapat tumbuh

PORTER 5 FORCES. Analisis potensi..., Dian Lestari, FT UI, 2007

III KERANGKA PEMIKIRAN

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 4 PORTER 5 FORCES DALAM INDUSTRI RADIO TRUNKING

I PENDAHULUAN

ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan pada giliran nya laba akan menurun. berusaha melakukan berbagai kegiatan yang menunjang, kegiatan

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bervariasi dan semakin selektif. Melihat hal ini perusahaan pun berlomba

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto per Triwulan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA TASIKMALAYA

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini, pertumbuhan ekonomi dunia semakin meningkat sejalan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup suatu perusahaan sangat tergantung pada laba atau

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

Tanaman pangan terutama padi/beras menjadi komoditas yang sangat strategis karena merupakan bahan makanan pokok bagi bangsa Indonesia.

POHON KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

BAB I PENDAHULUAN. dengan ketersediaan lahan sawah yang mencapai 8,1 juta ha, lahan tegal/kebun

LAPORAN AKHIR TA ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

PENINGKATAN EFISIENSI SISTEM PRODUKSI STUDI KASUS PETANI PADI SAWAH ORGANIK DI KABUPATEN BOYOLALI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran. Untuk tetap mendapatkan simpati dari konsumen, produsen

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 138 TAHUN 2015 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu roda penggerak pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang bernilai dengan orang lain (Kotler, 2008). Oleh karena itu, kegiatan

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Analisis Manajemen Strategi Pada produk BKP Sport

Integrated Marketing Communication 2

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ekonomi nasional. Hasil analisis lingkungan industri menunjukkan bahwa industri

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN

PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan dengan permodalan yang masih tergolong tinggi seperti pada CAR yang berada

dan antar pemangku kepentingan pembangunan. Keseimbangan diartikan sebagai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Perusahaan dalam menjalankan usahanya dihadapkan pada 2 macam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan

KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI KUDUS,

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Porter Wachjuni 2014) (Departemen Perdagangan 2007). (Suaramerdeka, 2013)

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

ACARA 3. KELEMBAGAAN !! Instruksi Kerja : A. Aspek Kelembagaan

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 13 TAHUN 2012

I PENDAHULUAN. [Diakses Tanggal 28 Desember 2009]

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi persaingan bisnis menjadi semakin meningkat, baik di pasar

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. akibat eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan. Eksploitasi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. makanan organik. Permintaan terhadap produk-produk organik di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini persaingan menjadi sangat tajam, baik di pasar domestik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena persaingan yang ada dalam era globalisasi akan semakin

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg)

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan pasar dengan penemuan-penemuan barunya dan menetukan harga

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber : [18 Februari 2009]

BAB 1 PENDAHULUAN. pokok sebagian besar penduduk di Indonesia. karbohidrat lainnya, antara lain: (1) memiliki sifat produktivitas tinggi, (2) dapat

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang ada, baik politik, sosial budaya, ekonomi dan teknologi. Sebagian

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011

ANALISIS LIMA KEKUATAN PORTER UD. BUMI JAYA PERKASA

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pangsa pasar pangan organik meningkat dengan pesat didunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persaingan pasar yang semakin ketat secara tidak langsung akan

BAB I PENDAHULUAN. 1960, namun sampai sekarang ketergantungan terhadap beras dan terigu

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 114 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan bisnis dewasa ini menunjukkan intensitas yang semakin

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian merupakan sektor yang mendasari kehidupan setiap

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAB IV ANALISIS DATA. A. Strategi Kompetitif Porter dalam Menghadapi ACFTA. kompetitif sendiri, agar tidak kalah dalam persaingan global, baik itu

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

BAB V KESIMPULAN. masalah pada sistem usaha tani modern. Beberapa di antaranya mengenai

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 SERI E.4 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. pada awalnya air minum dalam kemasan lebih banyak di konsumsi untuk

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bauran Pemasaran 2.2. Unsur-Unsur Bauran Pemasaran Strategi Produk

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI BALI

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 115 TAHUN 2009 TENTANG PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DAN PERIKANAN GUBERNUR JAWA BARAT;

ANALISIS TATANIAGA BERAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagian besar masyarakat, sering mengertikan pemasaran sebagai proses

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat di Kabupaten Tanah Datar Bergerak disektor Pertanian dan Peternakan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang sudah melakukan kegiatan ekspor, ini membuktikan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

6. BARGAINING POWER DAN BARGAINING POSITION APPOLI 6.1. Analisis Porter s Five Forces Produk yang dikembangkan oleh APPOLI yaitu padi organik. Dalam pemasaran padi organik, diperlukan adanya bargaining power dan bargaining position. Analisis Porter s Five Forces merupakan salah satu alat untuk menganalisis strategi bersaing yang dilakukan oleh perusahaan. Dalam menilai dan menganalisis strategi yang telah digunakan APPOLI, maka dalam hal ini Porter (1980) mengatakan bahwa ada lima kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi persaingan dalam sebuah industri yaitu ancaman dari pendatang baru, ancaman dari produk-produk pengganti, kekuatan tawar menawar para pemasok, kekuatan tawar menawar para pembeli, dan persaingan diantara persaingan yang ada. Berikut adalah penjelasan dari analisisporter s Five Forces: a. Ancaman Pendatang Baru APOB (Asosiasi Petani Organik Boyolali) dan Paguyuban Petani Pengelolaan Lahan Lestari (P3LL) adalah pendatang baru yang mengembangkan komoditas padi organic. APOB dan P3LL adalah organisasi yang menghimpun petani memproduksi pangan sehat atau organic. Varietas yang dikembangkan yaitu pandan wangi, IR64, dan beras merah. Manajemen strategi yang dilakukan oleh APPOLI yaitu: 1. Skala Ekonomi Sejak beridirinya APPOLI pada tanggal 29 Desember 2007. APPOLI merupakan sebuah organisasi yang terdiri dari kelompok-kelompok tani dan profesi lain yang berkonsentrasi pada pengelolaan padi organik dari pengelolaan lahan, pengelolaan ternak, pengelolaan sarana produksi padi organik, pascapanen sampai dengan pemasaran yang terorganisir secara sistematis. Hingga memasuki tahun 2017, grafik perkembangan APPOLI terus melesat. Hal itu dapat dilihat pada grafik di bawah ini. 39

5000 4500 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Jumlah Anggota Appoli Gambar 6. Grafik Perkembangan Jumlah Anggota APPOLI Melihat perkembangan jumlah anggota yang begitu pesat serta diiringi dengan perluasan kawasan sebagai lahan pertanian budidaya padi organik membuat banyak lembaga yang mendirikan kelompok tani padi organik, hal itu terlihat pada awal tahun 2017 ada organisasi padi organik boyolali yaitu APOB (Asosiasi Petani Organik Boyolali) dan Paguyuban Petani Pengelolaan Lahan Lestari (P3LL)(Purwadi, 2016). Komoditas yang dikembangkan sama yaitu padi organik. Pendatang baru yang melakukan sertifikasi organik harus mengikuti peraturan atau prosedur yang sudah ditetapkan oleh lembaga sertifikasi. APOB dan P3LL telah lolos dalam melakukan sertifikasi organik. Hal ini dalam laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali Tahun 2016 menyatakan bahwa: pada tahun 2015, terdapat 5 (lima) KT bimbingan P3LL dan 3 (tiga) KT binaan APOB yang memperoleh sertifikat organik, sedangkan pada tahun 2016 terdapat 6 (enam) KT binaan P3LL dan 5 (lima) KT binaan APOB yang memperoleh sertifikat organik Standart Nasional Indonesia 6729-2913 yang dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Organik Seloliman (LeSOS). Dengan diperolehnya sertifikat oganik maka dapat meningkatkan daya saing produk sehingga diharapkan kelompok tani dapat mempromosikan produk organik ke pasar yang lebih luas dengan harga yang lebih layak (Purwadi, 2016). Hal ini akan membuat ancaman pendatang baru tinggi karena dalam 2 tahun terakhir, 11 KT binaan P3LL dan 8 KT binaan APOB sudah 40

mengantongi sertifikat organik. Meski hingga awal tahun 2017, data jumlah anggota petani APPOLI masih yang teratas, dalam menghadapi atau memandang pesaing APPOLI, APPOLI terus melakukan inovasi produkserta melakukan strategi pemasaran. 2. Diferensiasi Produk Adapun diferensiasi produk yang merupakan hambatan yang dihadapi pendatang baru yang menjadikan keuntungan bagi pemain lama secara tidak langsung dimana diferensiasi produk dan layanan yang dilakukan oleh APPOLI yaitu memberikan merk pada produk serta perbaikan kemasan dengan pembuatan stiker untuk label kemasan ukuran 1 kilogram. Dengan adanya diferensiasi yang dimiliki membuat APPOLI memiliki keunggulan kompetitif terhadap pendatang baru sehingga memaksa pendatang baru untuk mengeluarkan biaya yang besar dalam memenangkan loyalitas pelanggan. Diferensiasi produk dapat dilakukan melalui beberapa cara antara lain merk. APPOLI sudah memiliki merk dagang pada beras organik, dalam kemasannya pun sudah berlebel organik. Pamflet dan label kemasan beras organik yang telah dihasilkan oleh APPOLI dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 7. Pamflet Pemasaran dan Label Kemasan 41

3. Kebutuhan Modal APPOLI menggunakan modal yang cukup besar untuk memperoleh sertifikat organik nasional maupun internasional. Pada tahun 2012, saat sertifikasi awal, APPOLI sudah melaksanakan kewajiban membayar biaya sertifikasi yang jumlahnya mencapai EU 8000 atau sekitar Rp 104.000.000 saat itu. Kemudian pada tahun berikutnya, tahun 2013 dimintakan lagi biaya dengan jumlah yang sama sehingga memberatkan APPOLI kalau setiap tahun harus membayar sertifikasi dengan biaya yang sangat besar. Selain itu, ketersediaan modal APPOLI untuk membeli produk padi organik dari petani dalam jumlah yang sangat besar masih belum bisa tercover. Sebagaimana disampaikan oleh bapak Trubus Jatmiko: Kadang-kadang dengan APPOLI, masalah harga dan pembayarannya kadang-kadang mundur dari waktu yang ditentukan karena modalnya sedikit. 4.Akses Kepada Saluran Distribusi Akses kepada saluran distribusi dilihat dari dua sisi, yang pertama kemudahan pendatang baru untuk mendapatkan pemasok dan yang kedua adalah kemudahan untuk mendapatkan jalur distribusi yang baik. Semakin mudah pendatang baru mendapatkan pemasok dan akses ke saluran distribusi maka akan meningkatkan ancaman dari pendatang baru. Pemasok APPOLI berasal dari petani binaan APPOLI yang mengembangkan padi organik. Di Boyolali, pemerintah daerah sangat mendukung adanya kebijakan pengembangan pertanian organik. Pada kasus di APPOLI, APPOLI membeli gabah organik yang dihasilkan dengan harga tinggi dibandingkan dengan harga dipasaran pada umumnya. Sebagaimana disampaikan oleh bapak Walidi: Di APPOLI ini harganya lebih tinggi dari harga pasaran, jadi tidak mungkin harga di pasar lebih tinggi dari APPOLI. Tetep jualnya ke KSU APPOLI. Hal ini membuat pendatang baru mengalami kesulitan mendapatkan pemasok karena umumnya petani akan memilih menjual produk organiknya 42

dengan penawaran tinggi dan ikut bergabung pada organisasi yang mempunyai daya tawar tinggi. Pembelian berulang dilakukan oleh APPOLI dengan standar dan kualitas tertentu, membuat pelanggan percaya dan tidak berganti ke pemasok lain. Hal ini dibuktikan dengan pembelian berulang pelanggan tetap.pelangganmempercayakan kepada APPOLIuntuk menjadi distributor tetap di perusahaannya, sehingga bisa menyebabkan pendatang baru sulit untuk mengambil pelanggan APPOLI. 5. Kebijakan Pemerintah Peran pemerintah sangat besar bagi perkembangan pertanian organik. Hal ini disampaikan oleh ibu Anik selaku pengurus APPOLI:..dengan adanya kebijakan pemerintah, pemerintah dari pemerintahnya mendukung pertanian organik. Pertanian organik menyehatkan selain itu juga menguntungkan. Pasar beras organik berkembang. Dari situ kita bisa melihat peluang organik. Kebijakan pemerintah dalam pengembangan pertanian organik tertuang dalam standar dan regulasi serta berbagai pedoman yang disusun dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas produk organik Indonesia. b. Ancaman Produk Pengganti Barang substitusi adalah barang yang dapat menggantikan fungsi atau kegunaan barang lain secara sempurna, artinya bila tidak ada barang yang satu maka dapat digantikan dengan barang yang lainnya. Produsen akan bersaing ketat dengan produsen produk pengganti, tekanan persaingan akibat adanya produk substitusi akan semakin bertambah ketika harga produk substitusi harganya relatif lebih rendah dan biaya konsumen untuk beralih ke produk lain menurun. Produkproduk pengganti terhadap produk APPOLI yaitu gandum dan produk-produk yang palawija, seperti jagung, ketela pohon, dan ketela rambat.akan tetapi, beras organic memiliki keunggulan dibandingkan dengan mengkonsumsi produk pengganti beras organic yaitu beras organik memiliki rasa dan aroma yang menggugah selera. Selain rasa dan aroma, keunggulan beras organik yaitu bebas 43

dari pengawet juga pemutih, bebas dari pupuk kimia juga penggunaan pestisida, diuji oleh badan sertifikat uji mutu, dapat terhindar dari banyak ragam penyakit, dan masih banyak lagi manfaat mengkonsumsi beras organik(chiana, 2015). c. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok Keberadaan pemasok bahan baku memiliki peranan penting terhadap keberlangsungan proses produksi. Salah satu pemasok dari produk beras organic yaitu petani anggota APPOLI. APPOLI mengajak kelompok tani padi organic untuk menjadi pemasok KSU APPOLI. Berikut hasil analisis tentang indikator kekuatan tawar-menawar pemasok: 1. Jumlah pemasok Volume pembelian menjadi isu menarik bagi pemasok. Pemasok produk beras organik yang dihasilkan oleh APPOLImerupakan gabungan dari beberapa kelompok tani, dan berasal dari berbagai daerah yang menyebar di Kabupaten Boyolali. Posisi ini membuat pemasok tidak memiliki daya tawar yang kuat. Hal ini dikarenakan banyak anggota kelompok tani yang bergabung dengan APPOLI. 2. Konsumen pemasok APPOLI merupakan konsumen utama dari sang pemasok. Terjalinnya hubungan kerjasama kedua belah pihak membuat pemasok tidak berani untuk berpindah ke konsumen lain. Hubungan kelekatan pemasok dengan APPOLI sangat kuat, hal ini terlihat pada kohesivitas kelompok yang menganggap konsumen (APPOLI) sebagai keluarga. Hal ini membuat kekuatan tawar menawar pemasok rendah. Akan tetapi, sebelum MT 1 sudah dilakukan kesepakatan bersama dalam penentuan harga. Menurut informan, yang menentukan harga dari APPOLI. 3. Ketergantungan barang Peningkatan permintaan produk organik menyebabkan APPOLI sangat membutuhkan produk organik dari petani untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Oleh sebab itu, guna menjaga kontinuitas persediaan bahan bakunya, pihak APPOLI bekerjasama dengan para petani binaan APPOLI dan menambah luas lahan untuk produksi padi organik. APPOLI juga melakukan pendampingan dan pemberdayaan kepada petani agar SDM petani meningkat. 44

d. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli Pembeli produk organik APPOLI adalah PT Bloom Agro Jakarta, UD Tama Jaya Yogyakarta, UD Rizky Subur Yogyakarta, PT BNS Jakarta, dan Koperasi Bina Bakat Surakarta, serta retail/konsumen langsung. Berikut hasil analisis tentang indikator kekuatan tawar-menawar pembeli. 1) Kelompok pembeli Pada umumnya, pembeli yang membeli dalam skala besar memiliki kekuatan dalam kontrol harga. Akan tetapi, pada penelitian ini menemukan sebagaimana disampaikan oleh bapak Sidiq selaku ketua koperasi APPOLI: Yang menentukan harga dari kami koperasi APPOLI yang disepakati oleh kedua belah pihak. Misalnya ada nego-nego kan biasa, namun yang menentukan harga yang menyodorkan harga dari sini, kemudian mereka nego berapa. Dari pihak APPOLI yang menentukan harganya. Berdasarkan informasi tersebut, maka kekuatan tawar menawar pembeli dikatakan sedang, karena pembeli dapat memilih lembaga lain sebagai pemasok di perusahaannya yang sesuai dengan harga dan kualitas mutu yang diinginkan oleh pembeli. 2) Terdapat alternatif barang/jasa yang sejenis (substitusi) Produk yang ditawarkan oleh APPOLI yaitu beras organik. Berdasarkan hasil penelitian, ketersediaan produk substitusi yaitu makin terlihat banyaknya kelompok tani yang membudidayakan beras organik. Maka hal ini akan membuat posisi tawar pembeli kuat, karena pembeli bisa beralik pemasok produk beras organik. Meskipun belum semua petani di Indonesia melakukan pertanian organik, namun hal ini membuat organisasi APPOLI terancam dengan kekuatan penawaran pembeli yang tinggi. 3) Switching cost pembeli Produk yang dibeli atas perusahaan tertentu mengakibatkan pembeli mempertimbangkan switching cost terhadap biaya yang ditawarkan APPOLI dengan pelanggan lain. Pembeli selalu kembali kepada APPOLI karena hubungan dan kualitas yang ditawarkan kepada perusahaan memenuhi permintaan 45

pelanggan. Hal ini dibuktikan dengan dari kontrak kerja antara pembeli dan APPOLI. Kontrak kerja yang dibuat dijelaskan tentang permintaan spesifikasi produk yang diinginkan oleh pembeli sehingga bisa memuaskan pembeli dengan kualitas yang ditawarkan oleh APPOLI. Akan tetapi, keadaan banyaknya pesaing juga mempengaruhi keputusan pembelian oleh pembeli sehingga pembeli dihadapkan kepada swiching cost yang sedang. Oleh karena itu, swiching cost yang dimiliki pembeli terhadap APPOLI saat ini sedang karena ada biaya yang keluar untuk beralih ke lembaga lainnya seperti tidak mendapatkan potongan harga sehingga kekuatan tawar menawar pembeli dapat dikatakan sedang. e. Persaingan dalam Industri Persaingan merupakan aspek yang memiliki dampak langsung dan kuat bagi APPOLI khususnya. Pesaing utama APPOLI yaitu Gapoktan Simpatik Tasikmalaya yang memiliki brandk-zo, PT. SCA yang memiliki merk beras sehat, dan tengkulak-tengkulak atau pedagang beras di pasar. Berikut hasil analisis tentang indikator persaingan dalam industri. 1. Banyaknya pesaing Persaingan dalam suatu bisnis merupakan hal yang wajar, sejauh persaingan itu dilakukan secara sehat. Setiap perusahaan menempuh berbagai cara untuk mendapatkan perhatian konsumen, salah satunya dengan menghasilkan produk berkualitas tinggi. Banyaknya pesaing akan memicu kompetisi yang ketat dalam memperebutkan posisi di dalam industri. Pesaing yang dimaksud adalah pesaing yang berada di segmen yang sama dengan perusahaan saat ini. Berdasarkan hasil penelitian ini, jumlah pesaing selalu bertambah karena bisnis beras organik ini memiliki peluang untuk mendapatkan profit yang besar. Pesaing dari APPOLIMenurut informan, pesaing APPOLI berasal dari organisasiorganisasi yang menghimpun petani padi organik. Mereka sudah sejak lama melakukan pemasaran beras organik, sehingga menjadi kelemahan APPOLI untuk bersaing memperebutkan pasar. Selain itu, terdapat pula perusahaan dengan diferensiasi seperti produk dengan merk dagang beras sehat kualitas seperti beras organik, yang tentu saja harganya lebih murah dibandingkan dengan beras organik. 46

2. Pertumbuhan industri Perlambatan pertumbuhan industri akan menambah persaingan dalam perebutan pangsa pasar. Peluang mengembangkan padi organik diantaranya tercermin pada target pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus meningkat dengan signifikan, yaitu sekitar 6% pertahun. APPOLI dirancang untuk mengkonsolidasikan kelompok tani agar dapat berkontribusi secara maksimal dalam menguasai pasar ASEAN dalam rangka MEA 2017, yang secara tidak langsung akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional. Pada hasil penelitian, APPOLI mengalami perlambatan pertumbuhan industri. Hal ini disebabkan oleh beberapa kendala diantaranya: sulitnya berkoordinasi menyeluruh dikarenakan jarak wilayah anggota yang berbeda dan tersebar, kurangnya transfer informasi perkembangan organisasi APPOLI kepada anggota, kurangnya tenaga pendamping bagi anggota kelompok baru, dan kurangnya generasi yang mau meneruskan tujuan sebagai petani khususnya petani padi organik. Berdasarkan kelima faktor persaingan model porter yang mempengaruhi lingkungan industri, maka dapat disimpulkan melalui gambar berikut: Gambar 8. Analisis Porter s Five Forces Model pada Kelompok APPOLI. 47