Pendampingan dan Pelatihan Ketrampilan Pemeriksaan Gula Darah, Asam Urat dan Kolesterol di Desa Toyareka Kecamatan Kemangkon

dokumen-dokumen yang mirip
KERANGKA ACUAN PROGRAM PENYAKIT TIDAK MENULAR(PTM) Penyakit tidak menular (PTM) diperkirakan sebagai penyebab 58 juta kematian

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk lebih serius dalam menangani masalah kesehatan, baik masalah

Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian. utama sebesar 36 juta (63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN. menular (noncommunicable diseases). Terjadinya transisi epidemiologi

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEDOMAN PELAKSANAAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PENYAKIT TIDAK MENULAR DI PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

SATUAN ACARA PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

PEMBUDAYAAN HIDUP SEHAT MELALUI GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) Penyakit tidak menular (PTM) masih menjadi masalah di Jawa Timur.

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

PELAYANAN TERPADU (PANDU) PTM DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA (FKTP) (KONSEP DASAR & RUANG LINGKUP)

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

POSBINDU PTM (PENYAKIT TIDAK MENULAR)

PEDOMAN PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT TIDAK MENULAR

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. kencing manis semakin mengkhawatirkan. Menurut WHO pada tahun 2000

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

IMPLEMENTASI PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO PTM DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT. Kepala Dinas Kesehatan Prov Kalbar Dr. Andy Jap, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

DETEKSI DINI DIABETES MELLITUS PADA IBU-IBU PKK SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEHAMILAN RESIKO TINGGI

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan transisi epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

I. PENDAHULUAN. tahun. Peningkatan penduduk usia lanjut di Indonesia akan menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

KEBIJAKAN & STRATEGI PROGRAM PTM DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT 2008

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR DI KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. menular juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB 1 PENDAHULUAN. serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

SOSIALISASI DETEKSI DINI PENYAKIT KANKER SERVIK, KANKER PAYUDARA, PUSKESMAS TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

MASALAH PTM DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

Promosi dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular

BAB I PENDAHULUAN. (2014), mencatat dalam World Health Statistics Indonesia. meningkatnya tekanan darah sistolik diatas 140 mmhg dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Di tingkat dunia, penyakit tidak menular (PTM) menjadi persoalan serius

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

BAB 1 : PENDAHULUAN. daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita


BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia

Cek Kesehatan dan konseling dalam Upaya Pencegahan Penyakit Hipertensi, DM dan GOUT pada Peserta Sepeda Sehat di Alun Alun Karanganyar Kebumen

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diikuti oleh penyakit stroke (Mozaffarian, Benjamin, Go, Arnett, Blaha,

BAB 1 PENDAHULUAN. absolut. Bila hal ini dibiarkan tidak terkendali dapat menjadi komplikasi metabolik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami. penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga

Transkripsi:

Pendampingan dan Pelatihan Ketrampilan Pemeriksaan Gula Darah, Asam Urat dan Kolesterol di Desa Toyareka Kecamatan Kemangkon Feti Kumala Dewi 1), Wasis Eko Kurniawan 2) Prodi Kebidanan D3 1) Prodi Profesi Ners 2) STIKES Harapan Bangsa Purwokerto Jalan Raden patah no 100 Ledug Kembaran Banyumas vettykumala@gmail.com wasisekokurniawan@yahoo.co.id Abstract Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular menjadi ancaman yang serius dalam pembangunan, karena mengancam pertumbuhan ekonomi nasional. Proporsi angka kematian akibat PTM, untuk Diabetes Melitus terjadi peningkatan pada tahun 2007 dari 1,1% menjadi 2,1% pada tahun 2013. Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran pada umur 18 tahun sebesar 25,8%. Prevalensi penyakit sendi berdasar diagnosis nakes di Indonesia 11,9% dan berdasar diagnosis atau gejala 24,7%. Faktor risiko terjadinya PTM adalah obesitas, tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, dan kolesterol tinggi. Upaya pencegahan penyakit tidak menular lebih ditujukan kepada faktor risiko yang telah diidentifikasi. Target luaran yang akan dihasilkan dari kegiatan Pengabdian Masyarakat ini adalah meningkatanya informasi dan edukasi tentang penyakit Hipertensi, Diabetes Militus dan Asam Urat di Bina Keluarga Lansia dan Bina Keluarga Remaja, kader di Bina Keluarga Lansia dan Bina Keluarga Remaja dapat melakukan pengukuran IMT, tekanan darah, pemeriksaan gula darah, asam urat dan Serta tersedianya buku saku tentang deteksi dini penyakit Hipertensi, Diabetes Militus dan Asam Urat. Pengabdian masyarakat dilaksanakan Di Bina Keluarga Lansia sebanyak 30 kader dan Bina Keluarga Remaja sebanyak 30 kader. Pelaksanaan pada tanggal 25-28 Juni 2018. pemeriksaan gula darah, asam urat dan kolesterol di Bina Keluarga Lansia ada perubahan signifikan, ini terbukti dengan perubahan ketrampilan baik meningkat sebelum pendampingan dan pelatihan ketrampilan baik sebanyak 2 ibu (10%) menjadi ketrampilan baik sebanyak 11 ibu (55%). Di Bina Keluarga Remaja ada perubahan signifikan sebanyak 3 ibu (15%), menjadi ketrampilan baik sebanyak 13 ibu (65%). Keywords - Pendampingan dan pelatihan, I. PENDAHULUAN Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular menjadi ancaman yang serius dalam pembangunan, karena mengancam pertumbuhan ekonomi nasional. Proporsi angka kematian akibat PTM, untuk Diabetes Melitus terjadi peningkatan pada tahun 2007 dari 1,1% menjadi 2,1% pada tahun 2013. Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran pada umur 18 tahun sebesar 25,8%. Prevalensi penyakit sendi berdasar diagnosis nakes di Indonesia 11,9% dan berdasar diagnosis atau gejala 24,7% (Riskesdas 2013). Proporsi penyebab kematian PTM pada orang-orang berusia kurang dari 70 tahun, penyakit cardiovaskular merupakan penyebab terbesar (39%), diikuti kanker (27%), sedangkan penyakit pernafasan kronis, penyakit pencernaan dan PTM yang lain bersama-sama menyebabkan sekitar (30%) kematian, serta 4% kematian disebabkan diabetes (Riley & Cowan, 2014). Berdasar Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013, 69,6% dari kasus diabetes melitus dan 63,2% dari kasus hipertensi masih belum terdiagnosis. Keadaan ini mengakibatkan penanganan menjadi sulit, terjadi komplikasi bahkan berakibat kematian lebih dini. Kasus PTM untuk wilayah Provinsi Jawa Tengah Berdasar Riset Kesehatan dasar pada tahun 2012, PTM tertinggi adalah kelompok penyakit jantung dan pembuluh darah. Dari total 1.212.167 kasus dari 34 kabupaten yang dilaporkan sebesar 66,51% (806.208 kasus), diikuti Diabetes Melitus sebesar 16,58%, dan PPOK sebesar 1,61%. Prevalensi penduduk dengan tekanan darah tinggi secara nasional sebesar 30,9%. Prevalensi tekanan darah tinggi 135

pada perempuan (32,9%) lebih tinggi dibanding dengan laki-laki (28,7%). Prevalensi di perkotaan sedikit lebih tinggi (31,7%) dibandingkan dengan pedesaan (30,2%). Prevalensi semakin meningkat seiring dengan pertambahan umur. Prevalensi obesitas (Indeks Massa Tubuh atau IMT =25 27 dan IMT =27) sebesar 33,5%, sedangkan penduduk obese dengan IMT =27 saja sebesar 20,6%. Pada penduduk yang obesitas, prevalensi lebih tinggi pada perempuan (41,4%) dibandingkan pada laki-laki (24,0%). Prevelansi lebih tinggi di perkotaan (38,3%) daripada perdesaan (28,2%). Sedangkan menurut kelompok umur, obesitas tertinggi pada kelompok umur 40-49 tahun (38,8%) (Profil Kesehatan Indonesia, 2016). Berbagai faktor risiko PTM diantaranya adalah merokok dan keterpaparan terhadap asap rokok, diet/pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, konsumsi minuman beralkohol, dan riwayat keluarga (keturunan). Adapun faktor risiko terjadinya PTM adalah obesitas, tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, dan kolesterol tinggi. Prinsip upaya pencegahan tetap lebih baik dari pengobatan. Upaya pencegahan penyakit tidak menular lebih ditujukan kepada faktor risiko yang telah diidentifikasi. Sehubungan dengan hal tersebut, Kementerian Kesehatan telah mengembangkan program pengendalian PTM sejak tahun 2006 (Profil Kesehatan Indonesia, 2016). Salah satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang baru dikembangkan oleh Pemerintah sesuai dengan rekomendasi WHO agar memusatkan penanggulangan PTM melalui tiga komponen utama, yaitu surveilans faktor risiko, promosi kesehatan, dan pencegahan melalui inovasi dan reformasi manajemen pelayanan kesehatan adalah pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular (Posbindu PTM) (Kemenkes, 2012). Diperlukan suatu upaya deteksi dini terkait dengan pencegahan berbagai PTM. Deteksi secara dini dapat dilakukan dengan pengecekan status gizi, tekanan darah, biokimia darah (khususnya glukosa darah, kolesterol) secara rutin. Tentunya hasil pada saat deteksi dini dapat digunakan sebagai dasar pencegahan atau penanganan masalah kesehatan masyarakat sehingga masyarakat dapat hidup secara berkualitas. Berdasarkan data dari Puskesmas Kemangkon, di Desa Toyareka sudah terdapat Pos Pelayanan Terpadu (Posbindu), tetapi yang aktif hanya di RW 2 dari 4 RW. Dari Hasil pemeriksaan di Bina Keluarga Lansia, posbindu dan Bina Keluarga Remaja secara keseluruhan yaitu nilai tekanan darah yang yang tinggi (>140 mmhg) sebanyak 57 ibu (36,31%). Nilai gula darah yang tinggi (>180 mg/dl) sebanyak 8 ibu (5,1%). Nilai asam urat yang tinggi (>5,7 mg/dl) sebanyak 52 ibu (33,12%). Nilai kolesterol yang tinggi (>200 mg/dl) sebanyak 14 ibu (8,92%). Hasil pemeriksaan di Bina Keluarga Lansia, posbindu dan Bina Keluarga Remaja secara keseluruhan yaitu nilai tekanan darah yang yang tinggi (>140 mmhg) sebanyak 57 ibu (36,31%). Nilai gula darah yang tinggi (>180 mg/dl) sebanyak 8 ibu (5,1%). Nilai asam urat yang tinggi (>5,7 mg/dl) sebanyak 52 ibu (33,12%). Nilai kolesterol yang tinggi (>200 mg/dl) sebanyak 14 ibu (8,92%). Apabila masyarakat mempunyai keterampilan yang memadai tentang deteksi dini dan penanganan awal termasuk mencari pertolongan yang tepat maka kecacatan dan kematian akibat dari penyakit asam urat, kolesterol dan gula ini dapat diminimalkan. Sehubungan dengan hal tersebut perlu memberdayakan masyarakat dalam hal pelatihan dan pendampingan Pendampingan ketrampilan pemeriksaan gula darah, asam urat dan A. Solusi Yang Ditawarkan Solusi yang ditawarkan dalam penerapan Pengabdian Masyarakat ini adalah: Penyuluhan tentang penyakit Hipertensi, Diabetes Militus dan Asam Urat di Bina Keluarga Lansia dan Bina Keluarga Remaja. Pendampingan dan pelatihan tentang ketrampilan melakukan pengukuran IMT, tekanan darah, pemeriksaan gula darah, asam urat dan Menyediakan buku saku tentang deteksi dini penyakit Hipertensi, Diabetes Militus dan Asam Urat. Menyediakan kartu screening hasil pemeriksaan tekanan darah, BB dan TB (IMT), gula darah, asam urat serta Gambar 1. Kartu screening kesehatan II. TARGET LUARAN Target luaran yang akan dihasilkan dari kegiatan Pengabdian Masyarakat ini adalah: Meningkatanya informasi dan edukasi tentang penyakit Hipertensi, Diabetes Militus dan Asam Urat di Bina Keluarga Lansia dan Bina Keluarga Remaja. Kader di Bina Keluarga Lansia dan Bina Keluarga Remaja dapat melakukan pengukuran IMT, tekanan darah, pemeriksaan gula darah, asam urat dan Buku saku tentang deteksi dini penyakit Hipertensi, Diabetes Militus dan Asam Urat. 136

peningkatan, kadar normal, cara menangani masalah, Gambar 2. Buku Saku Kartu screening hasil pemeriksaan tekanan darah, BB dan TB (IMT), gula darah, asam urat serta III. METODE PELAKSANAAN Pengabdian masyarakat dilaksanakan Di Bina Keluarga Lansia sebanyak 30 kader dan Bina Keluarga Remaja sebanyak 30 kader. Pelaksanaan pada tanggal 25-28 Juni 2018. A. Materi Screening asam urat, gula darah, kolesterol meliputi pengertian, faktor penyebab peningkatan, kadar normal, cara menangani masalah. B. Metode/tahap-tahap pelaksanaan Pendekatan kepada tokoh masyarakat mengenai kegiatan yang akan dilakukan Sosialisasi kegiatan dan mendata peserta dan menetapkan tempat kegiatan Menyiapkan materi pelatihan dan alat-alat pendukung. Sarana pendukung pada kegiatan ini antara lain alat-alat pemeriksaan Menyiapkan sumber daya manusia yang terlibat (pelaksana, ketua dan anggota Bina Keluarga Lansia dan Bina Keluarga Remaja, bidan, kader, mahasiswa) Nara sumber adalah dari team pelaksana Bidan Desa Toyareka dan Puskesmas Kemangkon Membuat undangan ke para peserta dan diberikan kepada peserta 3 hari sebelum kegiatan. Pelaksanaan kegiatan Pendampingan dan pelatihan Komunikasi, informasi dan edukasi tentang Kesehatan lansia : Screening asam urat, gula darah, kolesterol meliputi pengertian, faktor penyebab Gambar 3. Pelaksanaan kegiatan C. Evaluasi Sebelum Dan Sesudah Kegiatan Pengabdian 137

Pendampingan dan pelatihan pemeriksaan Pemeriksaan Tinggi Badan, Berta Badan, Tekanan darah, gula darah, asam urat dan kolesterol sebagai kelompok pendukung kesehatan reproduksi dan kesehatan lansia. Gambar 5. Ketrampilan pemeriksaan gula darah, asam urat dan kolesterol di Bina Keluarga Lansia kolesterol di Bina Keluarga Lansia ada perubahan signifikan untuk ketrampilan responden. Ketrampilan sebanyak 2 ibu (10%), setelah dilakukan pendampingan dan pelatihan tertinggi adalah ketrampilan baik sebanyak 11 ibu (55%). B. Pendampingan dan Pelatihan ketrampilan pemeriksaan gula darah, asam urat dan kolesterol Di Bina Keluarga Remaja Gambar 4. Kader dan anggota yang dilatih pemeriksaan Badan, Berta Badan, Tekanan darah, gula darah, asam urat dan Melakukan evaluasi dan refleksi kembali serta penyempurnaan terhadap program yang telah dibuat dan ditindak lanjuti melalui program selanjutnya berkolaborasi dengan bidan desa. Monitoring dan evaluasi untuk bidan Puskesmas Kemangkon tentang hasil pemeriksaan asam urat, gula darah dan kolesterol sebagai deteksi penyakit gout, Diabetes Militus dan Penyakit jantung melalui kartu kontrol hasil pemeriksaan. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pendampingan dan Pelatihan ketrampilan pemeriksaan gula darah, asam urat dan kolesterol di Bina Keluarga Lansia Gambar 6. Ketrampilan pemeriksaan gula darah, asam urat dan kolesterol di Bina Keluarga Remaja kolesterol di Bina Keluarga Remaja ada perubahan signifikan untuk ketrampilan responden. Ketrampilan sebanyak 3 ibu (15%), setelah dilakukan pendampingan dan pelatihan tertinggi adalah ketrampilan baik sebanyak 13 ibu (65%). Ketrampilan kader di Bina Keluarga Lansia dan Bina Keluarga Remaja di dukung oleh beberapa faktor ketrampilan teknis antara lain umur, pendidikan atau pengetahuan, pekerjaan, lama menjadi kader serta kemampuan kader yang menunjukkan unsur kematangan dan ketrampilan yang dapat di peroleh dari pendidikan, latihan dan pengetahuan tersebut. 138

Ketrampilan yang kurang sebanyak 6 ibu (30 %), 4 ibu (20%) dan ketrampilan cukup sebayak 12 (60%) dan 13 ibu (65%) yang di miliki kader menunjukan bahwa kemampuan yang di miliki oleh kader di Bina Keluarga Lansia dan Bina Keluarga Remaja belum maksimal dalam melakukan pemeriksaan gula darah, asam urat dan Hal ini disebabkan karena pada awal sebelum pelatihan dan pendampingam semua kader belum pernah mencoba melakukan pemeriksaan dan merasa takut melihat darah. pemeriksaan gula darah, asam urat dan kolesterol di Bina Keluarga Lansia ada perubahan signifikan, ini terbukti dengan perubahan ketrampilan baik meningkat sebelum pendampingan dan pelatihan ketrampilan baik sebanyak 2 ibu (10%) menjadi ketrampilan baik sebanyak 11 ibu (55%). Di Bina Keluarga Remaja ada perubahan signifikan sebanyak 3 ibu (15%), menjadi ketrampilan baik sebanyak 13 ibu (65%). Respon peserta pendampingan dan pelatihan sangat antusias serta bersemangat, sehingga kegiatan berjalan lancar. DAFTAR PUSTAKA [1] Atun A. 2010. Lansia Sehat dan Bugar. Jakarta: Kreasi Wacana [2] Baziad A.2010.Menopause dan Permasalahanya. Jakarta: YBPSP [3] Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, (2015) Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015. http://dinkesjatengprov.go.id/v2015/dokumen/profil2015/profil_201 5_fix.pdf [4] Kemenkes RI, 2010, Penuntun Hidup Sehat, Jakarta [5] Kemenkes RI. 2012. Petunjuk Teknik Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu TPM). Jakarta [6] Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. http://www.depkes.go.id/resources/download/general/hasil%20risk esdas%202013.pdf [7] Kemenkes RI.2014. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta [8] Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta [9] Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Kader di Bina Keluarga Lansia dan Bina Keluarga Remaja mendukung kegiatan pencegahan penyakit tidak menular khususnya penyakit hipertensi asam urat dan Diabetes Militus, dilaksanakan dalam bentuk dapat melakukan pemeriksaan gula darah, asam urat dan B. Saran Kepada Bina Keluarga Lansia, Posbindu dan Bina Keluarga Remaja agar rutin melaksanakan screening Diabetes Militus, koleterol dan Penyakit asam urat setiap 6 bulan dengan memanfaatkan anggota/ kader yang sudah dilatih untuk pemeriksaan Tinggi Badan, Berta Badan, Tekanan darah, gula darah, asam urat dan kolesterol terutama kepada peserta yang tekanan darah tinggi, kadar gula darah, asam urat dan kolesterol terdeteksi tinggi melebihi normal. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada DRPM Ditjen Penguatan Risbang RISKTEKDIKTI dan STIKES Harapan Bangsa Purwokerto yang mendanai penelitian ini, kader kesehatan di Bina Keluarga Lansia dan Bina Keluarga Remaja, serta Bidan Desa Toyareka yang banyak membantu terselenggara penelitian ini. 139