BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia merupakan proses alamiah dan berkesinambungan secara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. diastolic (Agrina, et al., 2011). Hipertensi sering dijumpai pada orang

BAB I PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan lunak untuk. memperbaiki kerusakan yang dideritanya disebut menua aging

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

The 7 th University Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat menyebabkan meningkatnya Umur Harapan Hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. berumur 60 tahun atau lebih. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.

BAB I PENDAHULUAN. dewasa, dimana pada masa ini seseorang akan mengalami penurunan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN. dapat terlepas dari aktivitas dan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejak bayi,

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

I. PENDAHULUAN. satu sasaran dalam pembangunan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai hal yang menyusahkan, bahkan membahayakan jiwa. Namun di era

BAB I PENDAHULUAN. kualitas makanan sehari-hari. Namun, akhir-akhir ini muncul berbagai. garam yang mampu memicu penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

BAB.I PENDAHULUAN. biologis, fisiologis, psikososial, dan aspek rohani dari penuaan. Penuaan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut badan organisasi dunia World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 1,2 milyar. Pada tahun 2000 diperkirakan jumlah lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Hipertensi diperkirakan

PENGARUH SENAM HIPERTENSI LANSIA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI PANTI WREDA DARMA BHAKTI KELURAHAN PAJANG SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) adalah komitmen negara terhadap rakyat

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menuju masyarakat Indonesia sehat, tindakan yang harus dilakukan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. diastolik diatas 90 mmhg (Depkes, 2007).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kasus yang belum terselesaikan. Disisi lain juga telah terjadi peningkatan

olahraga secara teratur, diet pada pasien obesitas, menjaga pola makan, berhenti merokok dan mengurangi asupan garam (Tedjasukmana, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB I PENDAHULUAN. kaum lanjut usia, namun juga telah diderita usia dewasa bahkan usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia (lanjut usia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: usia pertengahan (middle age) adalah tahun, lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kesehatan yang baik merupakan suatu kondisi dimana tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, salah satunya kehidupan sosial ekonomi dunia. Sejak pertengahan 2007,

Isesreni *, Aida Minropa

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari seluruh total

BAB 1 : PENDAHULUAN. penderita mengalami komplikasi pada organ vital seperti jantung, otak, maupun ginjal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi alam dan masyarakat yang sangat kompleks, menyebabkan

BAB IV HASIL PENELITIAN. Sukoharjo dengan luas wilayah Ha yang merupakan 9,40% dari luas. dataran rendah dan sebagian merupakan dataran tinggi.

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi masyarakat di negara maju maupun negara berkembang telah


ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. A DENGAN MASALAH UTAMA KARDIOVASKULER : HIPERTENSI KHUSUSNYA NY. S DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

Disusun Oleh : MIA JIANDITA

BAB I PENDAHULUAN. Self Medication menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Memasuki masa tua berarti mengalami perubahan baik secara fisiologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pula kelompok lanjut usia (lansia) di masyarakat (Sudiarto, 2007). Berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan proses alamiah dan berkesinambungan secara bertahap yang dimulai bayi, masa kanak-kanak, remaja, lanjut usia serta individu juga mengalami perubahan baik secara anatomi, fisiologis, dan biokimia mulai dari sel, sampai sistem organ sehingga mempengaruhi keadaan fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Fatimah, 2010). Pada tahun 2004-2015 usia harapan hidup di Indonesia meningkat dari 68,6 tahun menjadi 70,8 tahun. Sebaran jumlah lansia di Indonesia terbanyak berada di provinsi DIY sebanyak 13,4% sedangkan yang terendah berada di provisi Papua sebanyak 2,8%. Data yang didapat dari Profil Kesehatan Kota Surakarta pada tahun 2014 tentang jumlah penduduk lansia di Surakarta sebanyak 50.246 jiwa yang terdiri dari 23.866 lansia laki-laki dan 29.380 lansia perempuan (Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2016). Peningkatan jumlah lansia juga bisa mempengaruhi aspek kehidupan mereka, seperti perubahan psikologis, fisik, biologis, sosial, dan mulai timbul penyakit degeneratif karena proses penuaan tersebut. Penyakit yang banyak duderita oleh lansia di Indonesia menurut Department of Health Houshold Survey on Health yang dikutip dalam Azizah (2011), yaitu hipertensi dengan presentase sebesar 15,7% diurutan paling atas dan penyakit muskuloskeletal dengan persentase sebesar 14,5% diurutan setelahnya. 1

2 Dengan bertambahnya usia harapan hidup, maka berdampak terhadap penyakit degeneratif seperti hipertensi. Hal ini bisa dilihat dari perubahan yang terjadi pada lansia, seperti contoh terjadi perubahan kardiovaskular, akibat perubahan kardiovaskular ini mengakibatkan tekanan darah meningkat atau hipertensi pada lansia (Maryam, 2008:55). Banyak masyarakat berasumsi bahwa ada keluhan dan tanda-tanda yang menunjukkan seseorang terkena hipertensi, padahal tidak demikian. Hipertensi tidak menunjukkan keluhan dan tanda yang khusus, karena itulah hipertesi biasanya disebut sebagai silent killer. Bahkan beberapa fakta membuktikan bahwa satu dari empat penderita hipertensi tidak menyadari bahwa mereka menderita hipertensi (Dewi & Familia, 2010:31). Hipertensi sudah membunuh 9,4 juta warga dunia setiap tahun. WHO memperkirakan, seiring dengan jumlah penduduk yang membesar jumlah penderita hipertensi juga akan terus meningkat. Pada 2025 mendatang, diperkirakan kurang lebih 29 persen warga dunia menderita hipertensi. Saat ini persentase penderita hipertensi didominasi oleh negara berkembang. Data Global Status Report on Noncommunicable Disease 2010 dari WHO menyebutkan, negara ekonomi berkembang 40 persen nya penderita hipertensi, sedangkan ekonomi maju hanya 35 persen. Negara Afrika memegang posisi tertinggi hipertensi yaitu 46 persen. Sementara negara Amerika menempati posisi buncit sebanyak 35 persen. Di kawasan Asia Tenggara, 36 persen orang dewasa menderita hipertensi. Di Indonesia, kejadian hipertensi diperkirakan 6-15 %, ada banyak penderita yang belum

3 terjangkau oleh pelayanan kesehatan, khususnya di daerah pedesaan. Oleh karena peningkatan angka hipertensi yang tinggi, tindakan penanggulangan hipertensi telah banyak dilakukan dan tersedia banyak obat untuk mengatasi hipertensi tetapi tata laksana hipertensi masih jauh dari berhasil. Data NHANES 2005-2008 di Amerika Serikat menunjukkan dari semua penderita hipertensi, hanya 76,9% yang menderita hipertensi, namun hanya 47,8% yang berusaha mencari terapi. Sebanyak 70,9% pasien menjalani terapi, 52,2% mencapai kontrol tekanan darah target (Tedjasukmana, 2012). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Surakarta (2015), hipertensi masuk dalam 10 besar penyakit di Puskesmas. Apabila dilihat berdasarkan penyakit tidak menular maka hipertensi berada di urutan pertama. Kasus yang ditemukan pada tahun 2014 dari laporan Puskesmas se-surakarta sebanyak 65.252 kasus (hipertensi essensial). Angka tersebut sama dengan jumlah kasus tahun 2013 sebanyak 65.252 kasus. Hal ini menunjukkan bahwa pada penyakit degeneratif penting dan harus mendapat perhatian yang serius dari hampir semua pihak, khususnya hipertensi yang dapat menyebabkan komplikasi apabila tidak ditangani dengan tepat. Oleh karena itu berbagai upaya dari segala pihak telah banyak dilakukan dalam mengatasi permasalahan hipertensi. Mulai dari pengobatan farmakologis maupun non-farmakologis. Telah banyak penderita yang melakukan terapi farmakologis, namun hal tersebut tidak baik bagi penderita khususnya lansia apabila mengonsumsi obat-obatan dalam jangka panjang, oleh karena itu saat ini ada banyak terapi non-farmakologis yang

4 dikembangkan untuk mengatasi masalah hipertensi pada lansia. Dalam penelitian ini akan membahas pengobatan hipertensi non-farmakologis dengan cara memberi terapi aktivitas fisik senam lansia dan slow deep breathing. Latihan yang baik bagi lansia adalah dengan beraktivitas dan berolahraga. Jenis olahraga yang dapat dipilih lansia sebagai aktivitas fisik adalah senam. Melakukan olahraga secara teratur dapat memperlambat atau mencegah hilangnya fungsi organ. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa senam pada lansia bisa mengurangi berbagai macam resiko hipertensi. Penurunan tersebut menstimulasi kerja saraf perifer khususnya saraf parasimpatis yang bisa menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah sehingga terjadi penurunan darah sistol dan diastol (Moniaga, 2013). Salah satu senam yang dapat dilakukan pada lansia hipertensi adalah senam lansia. Latihan ini dilakukan 3 sampai 5 kali dalam seminggu selama 20-30 menit, dengan periode pemanasan dan pendinginan. Senam lansia merupakan olahraga yang ringan dan mudah dilakukan, memiliki gerakan yang dinamis, memberikan perasaan senang dan semangat serta beban yang sedikit. Aktifitas ini membantu tubuh menjaga kebugaran dan tetap segar karena mampu melatih tulang menjadi kuat, mendorong kerja jantung agar optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas di dalam tubuh. Aktifitas ini dapat membentuk dan membenarkan sikap dan gerak serta memperlambat proses degenerasi karena proses penuaan, juga mempermudah dalam penyesuaian kesehatan jasmani khususnya kesehatan kardiovaskuler dalam adaptasi kehidupan lansia (Nugroho, 2008).

5 Terapi lain yang dapat dilakukan adalah pemberian slow deep breathing. Slow deep breathing merupakan teknik relaksasi yang disadari berfungsi untuk mengatur pernapasan secara dalam dan lambat (Martini, 2006). Penelitian menunjukkan bahwa latihan slow deep breathing dapat memberikan hasil yang baik dan efektif untuk menurunkan tekanan darah dibandingkan dengan seseorang yang tidak melakukan latihan. Keefektifan latihan ini dilakukan sebanyak 6x/menit bernafas normal dan kontrol pernafasan lambat pada penderita hipertensi (Sepdianto, Nurachmah, dan Gayatri, 2010). Berdasarkan survei awal yang peneliti lakukan di Puskesmas Purwosari pada tanggal 19 November 2016, diperoleh jumlah lansia hipertensi wilayah Purwosari sebanyak 453 jiwa. Setelah peneliti melakukan wawancara terhadap 7 lansia hipertensi di wilayah tersebut didapatkan hasil bahwa sebanyak 4 responden dalam mengatasi hipertensi melakukan senam rutin 2x/bulan dan mengonsumsi obat dari dokter, 2 responden dalam mengatasi hipertensi hanya melakukan senam rutin selama 2x/bulan, dan 1 responden dalam mengatasi hipertensi tidak melakukan apa-apa. Upaya puskesmas terhadap klien hipertensi adalah dengan mengadakan senam lansia 2x/bulan, pemeriksaan laboratorium rutin, konsultasi dokter, dan penyuluhan kesehatan. Meskipun sudah dilakukan upaya dari puskesmas, namun tekanan darah lansia hipertensi disana masih tidak ada perubahan. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk mengkaji dan meneliti lebih jauh dengan melakukan kombinasi terhadap dua terapi latihan tersebut

6 karena belum ada penelitian yang menggabungkan kedua terapi tersebut yang kemudian dipaparkan pada penelitian dengan judul pengaruh slow deep breathing terhadap tekanan darah lansia hipertensi yang mendapat senam lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Puwosari. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas diambil rumusan masalah yaitu: Adakah pengaruh pemberian slow deep breathing terhadap tekanan darah lansia hipertensi yang mendapat senam lansia? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian slow deep breathing terhadap tekanan darah lansia hipertensi yang mendapat senam lansia. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui tekanan darah pada lansia hipertensi yang mendapat senam lansia sebelum dilakukan slow deep breathing. b. Mengetahui tekanan darah pada lansia hipertensi yang mendapat senam lansia sesudah dilakukan slow deep breathing. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Manfaat penelitian ini bagi peneliti agar menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh pemberian slow deep breathing terhadap tekanan darah lansia hipertensi yang mendapat senam lansia.

7 2. Bagi Instansi Pendidikan Penelitian ini diharapan bisa menambah referensi dan informasi bagi mahasiswa dan dosen khususnya tentang hipertensi pada lansia. 3. Bagi Masyarakat Manfaat penelitian ini bagi masyarakat adalah menambah wawasan pengetahuan tentang hipertensi pada lansia. E. Keaslian Penelitian 1. Yanti, N (2016), melakukan penelitian berjudul Pengaruh slow deep breathing terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas I Denpasar Timur, penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian pre-eksperimental. Desain yang digunakan adalah one group pre test post test design dengan intervensi berupa latihan slow deep breathing selama 21 hari 2 kali dalam sehari. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 28 orang berusia 35-80 tahun yang dipilih dengan teknik sampling probability sampling jenis simple random sampling. Waktu penelitian berlangsung 28 hari dari tanggal 28 Maret sampai 25 April 2016. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat untuk karakteristik responden dan analisa bivariate untuk pengaruh slow deep breathing terhadap tekanan darah. Uji bivariat menggunakan Wilcoxon karena data tidak terdistribusi normal, dengan hasil nilai signifikan (p)=0,000 yang berarti p<0,05 dengan tingkat kesalahan 5% maka H0 (nol) ditolak. H0 (nol) ditolak artinya slow deep breathing memberi pengaruh terhadap tekanan darah

8 pada penderita hipertensi. Kesimpulannya adalah ada pengaruh pemberian slow deep breathing terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan penggunaan slow deep breathing sebagai terapi non farmakologis untuk hipertensi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah jumlah variable, tempat penelitian, desain penelitian, jumlah sample, dan teknik sampling. 2. Kristmas, S (2013), melakukan penelitian yang berjudul slow deep breathing dalam menurunkan nyeri kepala pada penderita hipertensi, desain penelitian ini adalah kuasi eksperimen menggunakan pre-post test dengan grup kontrol menggunakan tehnik total sampling sebanyak 11 responden. Data dianalisis dengan uji t dependent. Penelitian pada 11 responden dengan 7 kelompok intervensi dan 4 kelompok kontrol selama 4 minggu mulai dari bulan Oktober Desember 2013. Hasil menunjukkan tidak ada pengaruh SDB (Slow Deep Breathing) terhadap penurunan rata-rata nyeri kepala dengan p value (0,200). Namun, berdasarkan hasil pengukuran secara manual menunjukkan adanya penurunan skala nyeri kepala yang lebih maksimal pada kelompok yang dilakukan SDB dibandingkan dengan kelompok Non-SDB, sehingga SDB tetap dapat digunakan sebagai intervensi keperawatan mandiri dalam menurunkan nyeri kepala. Rekomendasi untuk penelitian ini adalah SDB dapat digunakan sebagai intervensi nyeri kepala pada penderita hipertensi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang

9 akan dilakukan adalah jumlah variable, desain penelitian, dan jumlah sample. 3. Isesreni (2012), melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh senam lansia terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi di RW II, RW XIV, dan RW XXI kelurahan Surau Gadang wilayah kerja puskesmas Nanggalo Padang pada tahun 2011, penelitian ini menggunakan desain pretest posttest design yang dilakukan dari tanggal 3 September 1 Oktober 2012. Pengambilan sampel digunakan teknik total sampling dimana seluruh populasi dijadikan sampel yang sudah memenuhi kriteria sampel dengan jumlah 30 responden. Analisis dilakukan dengan menggunakan program komputer dengan uji Wilcoxon. Hasil penelitian ini tekanan darah lansia hipertensi sebelum dilakukan senam lansia dapat dilihat bahwa (46,7%) memiliki tekanan darah 150 mmhg, dan (3,3%) memiliki tekanan darah 170 mmhg karena disebabkan oleh faktor usia, semakin tua usia seseorang maka resiko terhadap penyakit semakin meningkat pula termasuk penyakit hipertensi. Setelah dilakukan senam lansia dapat dilihat bahwa paling banyak (36,7%) berada pada tekanan darah 140 mmhg, dan paling sedikit (3,3%) memiliki tekanan darah 160 mmhg. Hal ini disebabkan karena responden rutin 3 kali seminggu melakukan senam lansia, selain itu efek dari olahraga senam lansia yang dilakukan secara teratur dapat melancarkan peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Hasil uji statistik didapatkan p value 0,000 (p<0,05) sehingga Ha diterima yaitu

10 terdapat pengaruh yang signifikan terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi setelah dilakukan senam lansia. Lansia yang mengalami hipertensi diharapkan melakukan latihan senam lansia secara efektif dan teratur serta hal lain yang tercakup dalam penatalaksanaan senam lansia. Dan tidak cepat berpuas diri, walaupun telah terjadi penurunan tekanan darah, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup lansia dan produktifitas dalam kehidupan sehari-hari. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah jumlah variable, tempat penelitian, jumlah sample, dan teknik sampling.