BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN KINERJA PERAWAT DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN PERSONAL HYGIENE KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien mulai dari pasien yang tidak mampu melakukan aktivitasnya secara

Gambaran Kinerja Perawat dalam Memenuhi Kebutuhan Personal Hygiene Klien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN. pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi perkembangan individu secara fisik, mental, spiritual, dan sosial

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sebuah penyakit dengan. manifestasi dan atau ketidakmampuan psikologis atau perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,

BAB I PENDAHULUAN. faktor peningkatan permasalahan kesehatan fisik dan juga masalah kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. makna kepada orang lain dalam bentuk lambang-lambang, simbol, atau bahasabahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Summary FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA PERAWAT DI RS TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO. Abstrak

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan tubuh yang bersih meminimalkan risiko terhadap kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan

BAB I PENDAHULUAN. mendasar bagi manusia. World Health Organization (WHO) sejaterah seseorang secara fisik, mental maupun sosial.

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN DENGAN KASUS DEFISIT PERAWATAN DIRI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk lansia umur 60 tahun ke. atas di seluruh dunia sangat cepat, bahkan lebih cepat

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

SURAT PENGANTAR RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan jumlah penderita gangguan jiwa (Nurdwiyanti,2008),

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GANGGUAN JIWA DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RUANG JALAK RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG MALANG

BAB I PENDAHULUAN. kurang baik ataupun sakit. Kesehatan adalah kunci utama keadaan

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN. psikososial seperti bencana dan konflik yang dialami sehingga berdampak. meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa(keliat, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya berkembang dengan cepat jika menciptakan kepuasan dan kesetiaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan individu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan jiwa adalah proses interpesonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan di zaman global seperti sekarang

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011). mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jiwa menjadi masalah yang serius dan memprihatinkan, penyebab masalah

BAB I PENDAHULUAN. perannya dalam masyarakat dan berperilaku sesuai dengan norma dan aturan

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. Tanggal Masuk RS : 09 Desember 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada fungsi mental, yang meliputi: emosi, pikiran, perilaku,

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Menkes, 2005). Masyarakat (Binkesmas) Departemen Kesehatan dan World Health

CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi dan Evaluasi Keperawatan. Tindakan Keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses keperawatan merupakan salah satu teknik penyelesaian

BAB 1 PENDAHULUAN. Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten yang mengakibatkan

PERSONAL HYGIENE PADA PENDERITA GANGGUAN JIWA DI POLI RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya distress ( tidak nyaman, tidak tentram dan rasa nyeri ), disabilitas

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. Dr. MUHAMMAD ILDREM PROVSU

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan ini sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan jiwa seseorang. yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melainkan mengandung berbagai karakteristik yang positif yang. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. Menurut data WHO pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan

BAB 1 PENDAHULUAN. juga dengan masyarakat (Maslim, 2002 ; Maramis, 2010). masalah yang mesti dihadapi, baik menggunakan fisik ataupun psikologig

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal

BAB I PENDAHULUAN. dan kebutuhan pelayanan kesehatan secara maksimal dan global (Yani 2001

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberlakuan zona ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada 2015 nanti. ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. emosi, pikiran, perilaku, motivasi daya tilik diri dan persepsi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan mempunyai fungsi dan tugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan sebagai bentuk pelayanan profesional merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut undang undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. satu kebutuhan dasar manusia. Personal hygiene atau kebersihan diri

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius. Kesehatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan

BAB I PENDAHULUAN. masalah pada kehidupan tidak terkecuali problem sosial. kurangnya adaptasi

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PERAWATAN KEBERSIHAN DIRI (PERSONAL HYGIENE)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Menua adalah proses menghilang kemampuan jaringan secara

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit secara umum merupakan salah satu mata rantai didalam pemberian pelayanan kesehatan serta suatu organisasi dengan sistem terbuka dan selalu berinteraksi dengan lingkungannya untuk mencapai suatu keseimbangan yang dinamis mempunyai fungsi utama melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Salah satu bagian dari intitusi pelayanan kesehatan adalah rumah sakit jiwa di mana tugas dan fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan kepada klien yang mengalami gangguan jiwa maupun fisik (Haffizurraachman, 2004). Salah satu komponen ketenagaan yang menjadi ujung tombak pelayanan di rumah sakit adalah perawat. Di mana perawat yang merupakan The caring profession mempunyai kedudukan penting dalam menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena pelayanan yang diberikannya berdasarkan pendekatan bio-psiko-sosial-spiritual merupakan pelayanan yang unik dilaksanakan selama 24 jam dan berkesinambungan merupakan kelebihan tersendiri dibanding pelayanan lainnya (Departemen Kesehatan RI, 2001). Kualitas pelayanan keperawatan suatu rumah sakit dinilai dari kepuasan klien yang sedang atau pernah dirawat yang merupakan ungkapan rasa lega atau senang karena harapan tentang sesuatu kebutuhan klien terpenuhi oleh pelayanan keperawatan yang bila diuraikan berarti kepuasan terhadap kenyamanan, kecepatan, pelayanan, keramahan dan perhatian. Sementara rasa puas sendiri mempunyai nilai yang relative tergantung dari masingmasing individu (Wijono, 2003). 1

2 Supaya kualitas pelayanan keperawatan memberikan kepuasan kepada pengguna jasa dalam hal ini pasien, maka perawat memerlukan pendidikan, motivasi, beban kerja yang sesuai, penghargaan dan pelatihan-pelatihan yang mendukung di dalam pemberian asuhan keperawatan (Haffizurraachman, 2004). Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) yang dilakukan Kementerian Kesehatan pada 2010, prevalensi masalah mental emosional yakni depresi dan ansietas ada sebanyak 11,60 persen dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 24.708.000 jiwa. Kemudian prevalensi gangguan jiwa berat yakni psikosis ada sekitar 0,46 persen dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 1.065.000 juta jiwa. Sebanyak 70 % klien dengan gangguan jiwa yang datang ke RSJ dengan kondisi tidak terawat atau mengalami gangguan perawatan diri. Kondisi klien datang dengan pakaian yang kumal, tubuh yang bau, rambut kumal dan adanya kerusakan kulit (Riskesdas, 2010). Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Dr. Amino Gondohutomo merupakan salah satu RSJ yang menjadi pusat rujukan klien dengan gangguan jiwa. Pada awal tahun 2010 terdapat 300 (69 %) klien dengan skizofrenia dan mengalami peningkatan menjadi 430 (76%) kasus skizofrenia pada tahun 2012.Di mana klien skizofrenia yang di rawat rata-rata mengalami kondisi gangguan perawatan diri khususnya personal hygiene (65 %) karena ketika di rumah klien tidak mendapatkan perawatan dari keluarga. Kebutuhan personal hygiene yang tidak dipenuhi akan memiliki dampak kepada klien yaitu berupa dampak fisik yaitu klien mudah terserang berbagai penyakit kulit, mukosa mulut dan kuku. Dampak psikososial yaitu gangguan interaksi sosial dalam aktivitas hidup sehari-hari klien yang kurang mendapatkan perawatan diri akan ditolak oleh masyarakat karena personal hygiene yang tidak baik, klien mempunyai harga diri rendah

3 khususnya dalam hal identitas dan perilaku, klien menganggap dirinya tidak mampu untuk mengatasi kekurangannya (Wartonah, 2010). Melihat kondisi tersebut perawat kesehatan jiwa dituntut memiliki kinerja yang baik dalam memenuhi kebutuhan tersebut yang dilakukan melalui pemberian asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar dan prosedur. Akan tetapi pada kenyataannya kebutuhan dasar klien di rumah sakit jiwa Dr. Amino Gondohutomo masih sering terabaikan khususnya kebutuhan akan personal hygiene. Kondisi ini terlihat dari penampilan klien seperti bajunya yang tidak rapi, bau yang khas, penampilan rambut yang tidak rapi. Kondisi tersebut terjadi karena perawat tidak sepenuhnya memberikan pelayanan kepada klien yang membutuhkan kebutuhan personal hygiene, kondisi ini diperberat dengan menurunnya motivasi perawat karena kejenuhan, butuhnya imbalan(penghargaan) serta penurunan minat/ kemalasan yang kemudian membuat personal hygiene klien skizofrenia di rumah sakit jiwa sering dinomorduakan. Kondisi klien di RSJ Dr. Amino Gondohutomo saat ini adalah banyak klien yang ketika sudah dirawat masih bau, rambut tidak rapi, kondisi sikat gigi yang tidak layak pakai, handuk yang digunakan secara bersama-sama, tidak memakai alas kaki. Kondisi tersebut adalah 90% dari total pasien dengan skizofrenia. Sebagai contoh di ruang 12 pada pagi hari jam lima klien sudah diminta mandi sendiri, gosok gigi dan melakukan perawatan diri tanpa pendampingan perawat sepenuhnya. Sikat gigi yang dipakai merupakan sikat gigi bersama (digunakan bersama, bukan milik pribadi), handuk yang digunakan juga dipakai bersama-sama. Keadaan tersebut sejalan dengan penelitian mengenai hubungan faktorfaktor kinerja dengan pelaksanaan SOP sindrom defisit perawatan diri di rumah sakit jiwa Prof. DR. HB. Sa anin Padang tahun 2010 di mana menyebutkan hanya 23,1% perawat yang bekerja sesuai SOP, 35,9% yang

4 memiliki motivasi tinggi, dan 66,7% menilai imbalan yang mereka terima kurang cukup (Fidora, 2010). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anissa, (2010) di RSUD Sumedang didapatkan hasil bahwa dari 65 responden sebanyak 75,4% memiliki motivasi intrinsik dan 26,6% memiliki motivasi ekstrinsik, hal ini menyatakan bahwa faktor motivasi intrinsik perawat sangat berperan dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene pasien. Mengingat masih rendahnya perhatian dan pelayanan perawat terhadap kebutuhan personal hygiene selama di rumah sakit maka peneliti ingin mengetahui sejauh mana gambaran kinerja perawat dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene di rumah sakit jiwa daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang. B. Rumusan Masalah Keterbatasan serta ketidakmampuan karena gangguan fisik maupun mental klien di rumah sakit menyebabkan klien tidak dapat memenuhi kebutuhan personal hygiene-nya, sehingga perawatlah yang harus ikut andil dalam pemberian asuhan keperawatan akan kebutuhan personal hygiene. Akan tetapi kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar klien terutama masalah personal hygiene klien skizofrenia masih rendah yaitu sebanyak 65%, sehingga masih banyak kasus-kasus personal hygiene klien skizofrenia di rumah sakit jiwa sering terabaikan. Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan pertanyaan masalah yaitu : Bagaimanakah gambaran kinerja perawat dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene klien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang.

5 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mendiskripsikan kinerja perawat dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene klien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan kinerja asuhan keperawatan pada fase pengkajian dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene klien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang. b. Mendiskripsikan kinerja asuhan keperawatan dalam ketepatan penegakan diagnosa keperawatan pada pemenuhan kebutuhan personal hygiene klien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang. c. Mendiskripsikan kinerja asuhan keperawatan dalam membuat perencanaan pada pemenuhan kebutuhan personal hygiene klien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Dr.Amino Gondohutomo Semarang. d. Mendiskripsikan kinerja asuhan keperawatan dalam penerapan implementasi pada pemenuhan kebutuhan personal hygiene klien skizoprenia di Rumah Sakit Jiwa Dr.Amino Gondohutomo Semarang. e. Mendiskripsikan evaluasi kinerja asuhan keperawatan personal hygiene pada klien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Amino Gondohutomo Semarang. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Perawat a. Memberikan informasi bagi perawat dalam meningkatkan kemampuan pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan kebutuhan personal hygiene.

6 b. Dasar perbaikan untuk meningkatkan keterampilan intrapersonal dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan kebutuhan personal hygiene 2. Bagi Institusi Rumah Sakit a. Sebagai masukan untuk meningkatkan pengelolaan klien dengan kebutuhan personal hygiene. b. Sebagai sumber informasi dan pertimbangan bagi rumah sakit untuk strategi dan usaha peningkatan mutu pelayanan kesehatan jiwa khususnya dalam pemenuhan personal hygiene klien di rumah sakit. 3. Bagi institusi Pendidikan a. Dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu keperawatan sebagai sumber data / referensi bagi peneliti selanjutnya tentang kebutuhan personal hygiene klien skizofrenia di rumah sakit. b. Sebagai tambahan sumber bacaan di perpustakaan institusi pendidikan

7 E. Keaslian penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Judul penelitian Kinerja perawat dalam Nama peneliti Erlin Natsir Variabel penelitian Kinerja, Jenis penelitian Deskripsi Hasil Responden dengan Tahun penelitian 2006 melaksanakan asuhan keperawatan di rumah sakit dan factor yang dan Joeharno Asuhan keperawatan dengan pendekatan observasional motivasi kerja cukup sebagian besar terdistribusi pada memepengaruhinya kinerja cukup sebanyak 31 responden (54,4%) sedangkan responden dengan pengetahuan kurang sebagian besar terdistribusi pada kinerja cukup sebanyak 26 responden (67,7%). Hubungan faktor-faktor Irma Kinerja, Deskripsi 23,1% perawat yang 2010 kinerja dengan pelaksanaan SOP sindrom defisit perawatan Fidora SOP defisit perawatan diri dengan pendekatan crossectional bekerja sesuai SOP, 35,9% yang memiliki motivasi diri di RSJ Prof. DR. HB tinggi, dan 66,7% Sa anin Padang menilai imbalan yang mereka terima kurang cukup Gambaran motivasi Siti Anissa, Motivasi, Kuantitatif Dari 65 responden 2010 perawat dalam Wiwi personal deskristif sebanyak 75,4% pemenuhan kebutuhan Mardiah, hygiene, memiliki motivasi personal hygiene pasien Irman perawat intrinsic dan 26,6% di ruang rawat inap Somantri, memiliki motivasi RSUD Sumedang ekstrinsik