HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTIVITAS SEHARI-HARI DI DESA NGILIRAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANEKAN KABUPATEN MAGETAN Agus Widodo STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK Meningkatnya usia harapan hidup penduduk dapat menyebabkan peningkatan jumlah lansia dari tahun ketahun. Peningkatan jumlah lansia akan menyebabkan berbagai masalah kesehatan yang menyebabkan penurunan produktifitas lansia. Penurunan produktifitas pada lansia terjadi karena penurunan fungsi, sehingga dapat menyebabkan lansia mengalami penurunan kemandirian dalam melaksanakan kegiatan harian. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi gambaran tingkat kemandirian dalam memenuhi activities daily living. Desain penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional.total sampel sebanyak 62 lansia yang berusia 60 tahun ke atas. Instrumen menggunakan kuesioner dan pengukuran instrument menggunakan barthel index. Teknik analisa data menggunakan Spearman Rho. Hasil penelitian menunjukkan dukungan keluarga kepada lansia sebanyak 49 responden (79%) mendapat dukungan keluarga yang tinggi, 12 responden (19,4%) mendapat dukungan keluarga yang sedang, dan 1 responden (1,6%) mendapat dukungan keluarga yang rendah, terdapat 13 responden (21%) masuk kategori tergantung sedang dan 49 responden (79%) masuk kategori independen/mandiri. Dengan menggunakan analisis Spearman Rho menunjukkan hasil yaitu nilai ρ = 0,000 < = 0,05 dan nilai r = 0,998, Artinya ada hubungan yang positif dan signifikan antara dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa Ngiliran Wilayah Kerja Puskesmas Panekan Kabupaten Magetan Peningkatan dukungan keluarga terhadap lansia sangat diperlukan untuk kemandirian lansia. Puskesmas disarankan melakukan penyuluhan terhadap keluarga secara intensif agar mereka memberikan dukungan yang lebih besar kepada lansia. Kata Kunci: Kemandirian Lansia,Aktivitas Sehari-hari, Dukungan Keluarga PENDAHULUAN Menurut WHO dan Undang-Undang No 13 Tahun 1998 kesejahteraan lanjut usia pada pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, akan tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Padilla, 2013). Menurut World Population Prospects tahun 2012, penduduk Indonesia antara tahun 2015 2020 memiliki proyeksi rata-rata usia harapan hidup sebesar 71,7%. Meningkat 1% dari tahun 2010-2015. Meningkatnya usia harapan hidup, dapat menyebabkan peningkatan jumlah lanjut usia dari tahun ketahun (Kemenkes RI, 2012). Di Magetan jumlah populasi lansia pada tahun 2015 sebesar 104.654 jiwa dan tahun 2016 meningkat menjadi115.832 jiwa, sedangkan jumlah lansia di wilayah kerja Puskesmas Panekan sebanyak 3.065 jiwa (Dinkes Kabupaten Magetan, 2016). Masa lanjut usia merupakan suatu siklus kehidupan manusia secara alami, tidak dapat dihindari oleh siapapun. Proses menjadi lansia, baik secara fisik maupun psikologis akan ditandai kemunduran fungsi-fungsi anggota tubuh yang akan dapat menimbulkan masalah atau gangguan akan memperoleh aktivitas sehari-hari. Misalnya dalam kelambatan bergerak, kurang cepat beraksi, berkurangnya daya tahan tubuh, berkurangnya sistem kesehatan reproduksi dan lain-lain (BKKBN, 2012). Upaya yang dilakukan dalam menangani masalah kesehatan usia lanjut adalah upaya pembinaan kesehatan, pelayanan SURYA 57 Vol. 10, No. 02, Agustus 2018
kesehatan dan perawatan (Friedman, 2010). Orang lanjut usia yang mengalami kemunduran fisik, juga akan mempengaruhi kemandiriannya dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Mandiri adalah kebebasan untuk bertindak, tidak tergantung pada orang lain, tidak terpengaruh pada orang lain dan bebas mengatur diri sendiri atau aktivitas seseorang, baik individu maupun kelompok dari berbagai kesehatan atau penyakit. Mandiri juga dikatakan merawat diri sendiri atau merawat diri dan dapat melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (Stanley & Beare, 2007). Masalah yang begitu kompleks memerlukan tindakan untuk segera diatasi, maka diperlukan dukungan keluarga misalnya melalui perawatan sehari-hari yang cukup misal perawatan kebersihan perorangan seperti kebersihan gigi dan mulut, kebersihan kulit dan badan, serta kebersihan rambut. Dukungan keluarga tersebut dimaksudkan agar lansia mampu mandiri atau mendapatkan bantuan yang minimal dan memandirikan lansia (Nugroho, 2008). Di Desa Ngiliran terdapat 161 orang lansia, banyak di antaranya yang menderita penyakit hipertensi, persendian tulang, rematik, penyakit pencernaan seperti gastritis, ulcus dan diare, diabetes mellitus, penyaki, stroke, dan lain-lain. Dari studi pendahuluan terhadap 20 orang lansia didapatkan 13 orang (65%) lansia mendapat dukungan keluarga yang baik, dari 13 orang lansia 11 diantaranya dapat melakukan aktivitas secara mandiri dan 2 orang lansia mempunyai ketergantungan dalam melakukan aktivitas pada keluarganya. Empat orang (20%) lansia mendapat dukungan yang cukup, dari 4 orang lansia tersebut 3 diantaranya mampu melakukan aktivitas secara mandiri dan 1 orang lansia tergantung pada keluarganya. Pada 2 orang (10%) lansia kurang mendapatkan dukungan keluarga dan 2 orang lansia dapat melakukan aktivitas secara mandiri. Hasil penelitian tentang kemandirian lansia di Kampung KarangWerdha Puntodewo 1 Kelurahan Bunulrejo Malang terhadap lansia (60-74 tahun) menunjukkan dari 43 responden terdapat 39 orang (90,70%)lansia yang mandiri dalam pemenuhan Activity Daily Living (ADL) dan sebanyak 4orang (9,30%) lansia yang tergantungsebagian dalam pemenuhan Activity Daily Living (ADL) (Chuluq, dkk, 2012). Berdasarkan uraian teori dan fenomena di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang Hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa Ngiliran wilayah kerja Puskesmas Panekan Kabupaten Magetan. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan adalah analitik dengan rancangan korelasional yang mengkaji hubungan antar variabel. Dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan dan mengkaji berdasarkan teori yang ada. Pada jenis ini variabel independen dan dependen dinilai secara simultan pada satu saat, jadi tidak ada tindak lanjut. Tentunya tidak semua subjek penelitian harus diobeservasi pada hari atau waktu yang sama. Akan tetapi baik variabel independen maupun variabel dependen dinilai hanya satu kali saja (Nursalam, 2013). Penelitian ini menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari. Populasi dalam penelitian ini adalah para lansia yang ada di desa Ngiliran wilayah kerja Puskesmas Panekan, Kabupaten Magetan yang berjumlah 161 orang. Teknik sampling menggunakan Simple Random Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 62 orang. Variabel penelitian yang ingin diteliti, yaitu variabel bebas dengan variabel terikat.kerangka konseptual dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila penelitian berkenaan dengan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka perlu dilakukan deskripsi teoritis masing-masing variabel dengan argumentasi terhadap variasi besarnya variabel yang diteliti. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data umum terdiri dari karakteristik responden meliputi: jenis kelamin, pendidikan, danpekerjaan,. Setelah data umum dipaparkan dilanjutkan dengan data khusus yang di dasarkan pada variabel yang diukur, SURYA 58 Vol. 10, No. 02, Agustus 2018
yaitu dukungan keluarga dan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari. Desa Ngiliran terdiri atas 20 Rukun Tetangga, 2 Rukun Warga, dan 3 dusun yaitu Dusun Ngluman, Blebang, dan Gandu.Terdapat satu Puskesmas pembantu di Desa Ngiliran dengan satu dokter umum yaitu Dr. Iin Yasinta D. dan satu orang bidan yaitu B. Hamidah. Posyandu balita ada lima, masing-masing di Dusun Ngluman 2 posyandu, Dusun Blebang 2 posyandu, dan Dusun Gandu 1 posyandu. Posyandu Balita diadakan setiap bulan sekali yaitu pada minggu ke dua. Kegiatan posyandu dikelola oleh bidan desa dibantu oleh para kader. Sedangkan posyandu lansia ada dua yaitu di Dusun Ngluman dan Dusun Gandu. Posyandu lansia diadakan setiap bulan. Kegiatan posyandu lansia antara lain pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan, senam lansia, dan berbagai penyuluhan tentang hidup sehat untuk lansia. Jarak Desa Ngiliran ke Puskesmas Panekan 3 km. Jumlah penduduk Desa Ngiliran adalah 2.916 jiwa dan yang berusia lanjut sejumlah 161 jiwa. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Usia Responden di Desa Ngiliran Wilayah Kerja Puskesmas Panekan Kabupaten No Usia F % 1 60 65 23 37,10 2 66 70 16 25,81 3 71 75 14 22,58 4 75 ke atas 9 14,52 Dari tabel 1 diketahui responden yang paling banyak adalah yang berusia 60-65 tahun sebanyak 23 orang (37,10). Tabel 2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin No Jenis Kelamin F % 1 Laki Laki 34 54,84 2 Perempuan 28 45,16 Dari tabel 2 diketahui bahwa berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 34 orang (54,84%). Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pendidikan No Pendidikan Responden F % 1 Tidak Sekolah 17 27,42 2 SD 21 33,87 3 SMP 15 24,19 4 SMA 9 14,53 5 Perguruan Tinggi 0 0 Dari tabel 3 diketahui bahwa responden paling banyak adalah yang berpendidikan SD sebanyak 21 responden atau 33,87. Tabel 4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan No Pekerjaan Responden F % 1 Pensiunan 9 14,51 2 Wiraswasta 12 19,36 3 Petani/buruh tani 41 66,13 Dari tabel 4 diketahui bahwa bekerja sebagai petani/buruh tani sebanyak 41 responden atau 66,13%. Tabel 5 Distribusi Frekuensi Riwayat Kesehatan Responden di Desa Ngiliran Wilayah Kerja Puskesmas Panekan Kabupaten Magetan tahun 2016 No Masalah Kesehatan F % 1 Hipertensi 24 37,71 2 Strok 3 4,84 3 Jantung 12 19,36 4 Rematik 4 6,45 5 Lain-lain 19 30,65 Dari tabel 5 diketahui bahwa menderita penyakit hipertesi sebanyak 24 responden atau 37,71%. SURYA 59 Vol. 10, No. 02, Agustus 2018
Table 6 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga No Dukungan Keluarga F % 1 Rendah 1 1,6 2 Sedang 12 19,4 3 Tinggi 49 79,0 Jumlah 62 100 Dari tabel 6 diketahui bahwa sebagian besar lansia di Desa Ngiliran mendapat dukungan keluarga yang tinggi yaitu 49 orang responden (79%). Tabel 7 Distribusi Frekuensi Kemandirian Lansia dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari-hari No Kemandirian Lansia F % 1 Dependent total 0 0 2 Dependent berat 0 0 3 Dependent sedang 13 21 4 Dependent ringan 0 0 5 Independent/mandiri 49 79 Jumlah 62 100 Dari tabel 7 diketahui bahwa kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa Ngiliran sebagian besar masuk kategori mandiri yaitu sebanyak 49 orang responden (79%) Sebagian besar lansia mandiri (49 lansia atau 79%) di Desa Ngiliran adalah mereka yang memiliki usia di bawah 70 tahun. Menurut observasi peneliti, hal ini dikarenakan keadaan lansia yang masih sehat, baik fisik maupun fisiologisnya masih normal dan tidak ada gangguan pada bagian tubuh tertentu. Mereka masih bekerja sebagai petani. PENUTUP 1. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Dukungan keluarga kepada lansia sebagian besar 49 responden (79%) dengan kriteria tinggi. 2) Kemandirian lansia terhadap pemenuhan aktivitas sehari-hari sebagian besar 49 responden (79%) masuk kategori independen/mandiri. 3) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa Ngiliran Wilayah Kerja Puskesmas Panekan Kabupaten Magetan 2. Saran Dari hasil penelitian yang telah lakukan, maka dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut : 1) Bagi Masyarakat Desa Ngiliran Disarankan bagi keluarga agar menyediakan waktu untuk melayani dan mendengarkan lansia yang sakit sehingga diharapkan lansia dapat lebih nyaman dan membuat kesehatan lansia terkontrol dengan baik dan dapat meningkatkan status kesehatannya. 2) Bagi Puskesmas Panekan Kabupaten Magetan Diharapkan pihak puskesmas secara kontinyu melakukan home visit bagi lansia yang tidak mampu agar tetap terjaga kesehatan dan kemandiriannya. 3) Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini bisa dijadikan referensi untuk peneliti lain yang akan melakukan penelitian bidang yang sama, namun disarankan untuk peneliti selanjutnya menambah jumlah variabel yang mempengaruhi kemandirian lansia. DAFTAR PUSTAKA BKKBN. 2012. Lansia. http://www.bkkbn.go.id. Diakses pada tanggal 12 Januari 2016. Chuluq Ar, Chusnul, Fathoni, M., Hidayati, Zakiyah. 2010. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian Dalam Pemenuhan Activity Daily Living (ADL) Pada Lansia Wanita di Kampung Karang Werdha Puntodewo 1 Kelurahan Bunulrejo Malang. Jurnal. Fakultas Keperawatan Universitas Brawijaya Malang. Diakses tanggal 21 Januari 2016 Dinkes Kabupaten Magetan. 2016. Jumlah Lanjut Usia di Kabupaten Magetan. Magetan Friedman, Marilyn M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori dan Praktek. Jakarta : EGC SURYA 60 Vol. 10, No. 02, Agustus 2018
Kemenkes RI. 2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta : Kemenkes RI. Nugroho. 2008. Mengenal Usia lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika. Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika. Stanley dan Beare. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC. SURYA 61 Vol. 10, No. 02, Agustus 2018