dokumen-dokumen yang mirip
MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.29, 2013 KESRA. Sosial. Jaminan Kesehatan. Pelaksanaan.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MANFAAT DALAM PENGATURAN PERPRES NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS) Kesehatan. iurannya dibayar oleh pemerintah (Kemenkes, RI., 2013).

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

There are no translations available. Pertanyaan-Pertanyaan Dasar Seputar JKN dan BPJS

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

Tanya-Jawab Lengkap. BPJS Kesehatan. e-book gratis KOMPILASI OLEH: MAJALAHKESEHATAN.COM

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 39 TAHUN

Buku Saku FAQ. (Frequently Asked Questions) BPJS Kesehatan

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

Buku Saku FAQ. (Frequently Asked Questions) BPJS Kesehatan

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KONSEP PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PELAYANAN KESEHATAN

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR SERI F NOMOR PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 15 TAHUN 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BPJS KESEHATAN

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Pelayanan Kesehatan. panduan praktis. Kantor Pusat

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PRESIDEN

MATERI DJSN PELAKSANAAN PROGRAM JKN PROPINSI KALSEL Tahun

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian pasien penerima bantuan iuran. secara langsung maupun tidak langsung di Rumah sakit.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang Undang Nomor 24 tahun 2011 mengatakan bahwa. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG

Pembahasan KemenKes RI (7 Sep 2012)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG JAMINAN PELAYANAN KESEHATAN DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

ANALISIS BPJS KESEHATAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH

Akses Pelayanan Kesehatan di Era BPJS. Dr. E. Garianto, M.Kes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional pada Pelayanan Kesehatan Primer

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Prosedur Pendaftaran Peserta JKN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. IV.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah Administrasi. 1. Sebelah Utara : Kota Yogyakarta Dan Kabupaten Sleman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR SERI F NOMOR PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

PERATURAN BUPATI BATANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. BADAN PENYELENGGARA JAMINAN KESEHATAN. secara nasional berdasarkan prinsip asuransi social dan prinsip ekuitas, dengan

Jaminan Kesehatan Nasional & Peran BPJS Kesehatan Andayani Budi Lestari, SE, MM, AAK Kepala PT Askes (Persero) Divisi Regional VI

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

panduan praktis Pelayanan Kebidanan & Neonatal

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

7. Apa yang dimaksud dengan PBI (Penerima Bantuan Iuran) Jaminan Kesehatan?... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR

BAB 1 : PENDAHULUAN. health coverage di tahun Universal health coverage berarti setiap warga di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial. 6

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 45 TAHUN 2012 TENTANG

Perluasan Cakupan Peserta & Peningkatan Kolektabilitas Iuran Jaminan Sosial Bidang Kesehatan

panduan praktis Pelayanan Kesehatan

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 87 TAHUN : 2008 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 6 TAHUN 2008

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 9 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DANA KAPITASI DAN NON KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

IMPLEMENTASI PELEPASAN INFORMASI MEDIS DALAM SISTEM PEMBAYARAN E KLAIM BPJS KESEHATAN DR BIMANTORO R, AAK

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM TRAUMA CENTER

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH DI KABUPATEN SUMEDANG

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG

Dr. Hj. Y. Rini Kristiani, M. Kes. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen. Disampaikan pada. Kebumen, 19 September 2013

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 3 TAHUN 2014 T E N T A N G

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan kesehatan masyarakat, oleh karena itu mendapatkan. layanan kesehatan adalah hak setiap warga negara Indonesia.

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

WALIKOTA TASIKMALAYA

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KUDUS T E N T A N G PEMBEBASAN BIAYA PELAYANAN KESEHATAN PADA PUSKESMAS DAN KELAS III DI RUMAH SAKIT BAGI PENDUDUK KABUPATEN KUDUS

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) 1. Pengertian Jaminan Sosial adalah bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat dalam memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak. 22 Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan guna memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. BPJS Kesehatan merupakan badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan jaminan sosial dan jaminan kesehatan. 6 2. Dasar Hukum Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) dilaksanakan sesuai dengan hukum yang berlaku di negara Republik Indonesia meliputi : a. Undang-Undang Dasar 1945 23 Undang-Undang Dasar 1945, khususnya pada pasal 28 tentang Hak Asasi Manusia. Pasal 28 H ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. 2 Pada pasal 34 tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial. Pasal 34 menyebutkan bahwa negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat termasuk fakir miskin dan anak-anak terlantar serta bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan yang layak. 3 b. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 23 yang menjelaskan tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. 4 c. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 yang menjelaskan tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. 23 7

Pasal 1 ayat (3) menyebutkan bahwa dana jaminan sosial adalah dana milik seluruh peserta berupa kumpulan iuran dan hasil pengembangannya dikelola oleh BPJS guna pembiayaan program jaminan sosial. Selain itu pada pasal 3 menyebutkan bahwa BPJS bertujuan untuk mewujudkan terlaksananya jaminan dan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan / atau anggota keluarganya. 7 3. Peserta Peserta jaminan kesehatan yaitu setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat selama 6 bulan di Indonesia yang telah membayar iuran. 7 Peserta BPJS Kesehatan dibagi menjadi 2 golongan yaitu : a. Penerima Bantuan Iuran (PBI), merupakan peserta BPJS Kesehatan meliputi fakir miskin dan orang tidak mampu, 24 sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 8 Dana kesehatan untuk peserta PBI bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). 5 b. Bukan Penerima Bantuan Iuran (Non PBI), merupakan peserta BPJS yang bukan termasuk golongan PBI. 8 Non PBI terdiri dari : 1) Pekerja Penerima Upah (PPU) adalah setiap orang yang bekerja yang menerima gaji atau upah, 24 dan anggota keluarganya meliputi Pegawai Negeri Sipil (PNS), Anggota TNI, Anggota POLRI, Pejabat Negara, Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri, dan Pegawai Swasta. 8 2) Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) yaitu setiap orang yang bekerja atau berusaha atas risiko sendiri, 24 dan anggota keluarganya seperti pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri. 8 3) Bukan pekerja dan anggota keluarganya meliputi Investor, Pemberi kerja, Penerima Pensiun, Veteran, Perintis Kemerdekaan, 8

Janda, Duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis Kemerdekaan. 8 4) Warga Negara Asing (WNA) yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 bulan. 8 4. Fasilitas Kesehatan Bagi Peserta Fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan meliputi : a. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama terdiri dari : 1) Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Non Perawatan dan Puskesmas Perawatan (Puskesmas dengan Tempat Tidur). 2) Fasilitas Kesehatan milik Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polisi Republik Indonesia (POLRI) a) TNI Angkatan Darat : Poliklinik Kesehatan dan Pos Kesehatan b) TNI Angkatan Laut : Balai Kesehatan A dan D, Balai Pengobatan A, B dan C, Lembaga Kesehatan Kelautan dan Lembaga Kedokteran Gigi. c) TNI Angkatan Udara : Seksi Kesehatan TNI AU, Lembaga Kesehatan Penerbangan dan Antariksa (Laksepra) dan Lembaga Kesehatan Gigi & Mulut (Lakesgilut). d) POLRI : Poliklinik Induk POLRI, Poliklinik Umum POLRI, Poliklinik Lain milik POLRI dan Tempat Perawatan Sementara (TPS) POLRI. 3) Praktek Dokter Umum / Klinik Umum, meliputi : Praktek Dokter Umum Perseorangan, Praktek Dokter Umum Bersama, Klinik Dokter Umum / Klinik 24 Jam, Praktek Dokter Gigi, Klinik Pratama dan RS Pratama. b. Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan terdiri dari : 1) Rumah Sakit, meliputi: RS Umum (RSU), RS Umum Pemerintah (RSUP), RS Umum Pemerintah Daerah (RSUD), RS Umum TNI, RS Umum Bhayangkara (POLRI), RS Umum Swasta, RS Khusus, RS Khusus Jantung (Kardiovaskular), RS Khusus Kanker (Onkologi), RS Khusus Paru, RS Khusus Mata, RS Khusus 9

Bersalin, RS Khusus Kusta, RS Khusus Jiwa, RS Khusus lain yang telah terakreditasi, RS Bergerak dan RS Lapangan. 2) Balai Kesehatan, meliputi: Balai Kesehatan Paru Masyarakat, Balai Kesehatan Mata Masyarakat, Balai Kesehatan Ibu dan Anak serta Balai Kesehatan Jiwa. c. Fasilitas kesehatan penunjang yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan tetapi merupakan jejaring dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) maupun Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan (FKTL) yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, terdiri dari : 1) Laboratorium Kesehatan 2) Apotek 3) Unit Transfusi Darah 4) Optik 8 5. Manfaat dan Layanan BPJS Kesehatan a. Manfaat Manfaat adalah guna atau faedah. Pemanfaatan adalah suatu proses atau perbuatan memanfaatkan sesuatu hal. 25 Manfaat BPJS Kesehatan yaitu peserta dan anggota keluarganya yang sudah terdaftar berhak mendapatkan pelayanan kesehatan secara menyuluruh (komprehensif) meliputi pelayanan kesehatan perorangan, berupa pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilakukan berdasarkan kebutuhan medik sesuai dengan standar pelayanan medik. 9 b. Layanan Layanan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan sebuah perusahaan kepada konsumen yang telah menggunakan produknya. 26 Suatu pelayanan akan terbentuk jika terdapat proses pemberian layanan tertentu dari pihak penyedia layanan terhadap pihak yang dilayani. 27 Dalam pelaksanaannya pelayanan memiliki lima dimensi yaitu : 10

1) Tangiable (bukti fisik) Berupa fasilitas-fasilitas penunjang, petugas dan sarana komunikasi yang menyertai. 28 Penelitian lain menyebutkan bahwa Tangiable yang ada di Puskesmas berupa komputer dan jaringan wifi untuk mendata pasien BPJS, ruang tunggu yang bersih, televisi dan koran. 29 2) Reliability ( keandalan) Merupakan kemampuan memberikan pelayanan secara cepat, akurat dan memuaskan. 28 Penelitian lain menyebutkan bahwa Reliability yang ada di Rumah Sakit berupa pelayanan, pemeriksaan laboratorium dan kunjungan dokter yang cepat serta prosedur administrasi yang praktis. 30 3) Responsive (daya tanggap) Yaitu keinginan para petugas dalam membantu para pengguna dan memberikan pelayanan yang tanggap. 28 Penelitian lain menyebutkan bahwa Responsive yang ada di Puskesmas meliputi petugas Puskesmas memberikan pelayanan yang baik, cepat dan tanggap terhadap pasien BPJS maupun pasien Non BPJS serta disediakan kotak saran jika masyarakat punya keluhan terhadap pelayanan yang diterima. 29 4) Assurance (jaminan) Mencakup hal berupa pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan dapat dipercaya yang dimiliki oleh para petugas, bebas dari bahaya, resiko dan keragu-raguan. 28 Penelitian lain menyebutkan bahwa Assurance yang ada di Rumah Sakit berupa keahlian dokter dalam menetapkan diagnosis, keterampilan dan pengetahuan tenaga kesehatan dan jaminan keamanan dalam pelayanan yang diberikan. 30 11

5) Emphaty (empati) Meliputi kemudahan menjalin hubungan terhadap pengguna layanan berupa komunikasi yang baik, perhatian dan memahami kebutuhan mereka. 28 Dari penjelasan di atas, maka dapat ditarik suatu kesamaan pendapat bahwa pemanfaatan layanan BPJS Kesehatan yaitu suatu proses yang dilakukan oleh peserta BPJS Kesehatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan secara komprehensif yang menjadi haknya. c. Layanan BPJS Kesehatan meliputi : 1) Pelayanan Kesehatan Yang Dijamin Pelayanan kesehatan yang dijamin oleh BPJS Kesehatan meliputi : a) Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama, meliputi pelayanan kesehatan non spesialistik yang mencakup 8 : 1. Administrasi pelayanan (biaya administrasi pendaftaran berobat, penyediaan dan pemberian surat rujukan ke fasilitas kesehatan lanjutan) 2. Pelayanan promotif dan preventif, meliputi: a. Kegiatan penyuluhan kesehatan tentang pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat b. Imunisasi dasar meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri Pertusis Tetanus dan Hepatitis-B (DPTHB), Polio dan Campak c. Keluarga Berencana (KB) seperti konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi dan tubektomi, kecuali pemasangan Intra Uterin Device (IUD) / Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dan Implant / Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) d. Skrining kesehatan guna mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak selanjutnya seperti Diabetes Mellitus 12

tipe 2, Hipertensi, Kanker Leher Rahim, Kanker Payudara, dan lain-lain 3. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis 4. Tindakan non spesialistik, operatif maupun non operatif 5. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai 6. Transfusi darah (kasus kegawatdaruratan maternal proses persalinan dan kegawatdaruratan lain seperti penyakit thalasemia / keadaan tubuh yang tidak bisa membentuk hemoglobin, haemofilia/ darah sukar membeku dan penyakit lain sesuai dengan rekomendasi dokter) 7. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama 8. Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi medis. 9 b) Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan seperti pelayanan kesehatan rawat jalan dan rawat inap, yang mencakup 8 : 1. Administrasi pelayanan (biaya administrasi pendaftaran, penerbitan surat eligibilitas dan pembuatan kartu pasien) 2. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan sub spesialis 3. Tindakan medis spesialistik, bedah maupun non bedah 4. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai 5. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan 6. Rehabilitasi medis 7. Pelayanan darah 8. Pelayanan kedokteran forensik klinik (pembuatan visum et repertum / surat keterangan medik berdasarkan pemeriksaan forensik) 9. Pelayanan jenazah (pemulasaran jenazah tidak termasuk peti mati dan mobil jenazah) 10. Perawatan inap di ruang non intensif dan intensif, meliputi : 13

a. Ruang perawatan kelas III bagi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang iurannya dibayarkan oleh Pemerintah dan Peserta Bukan Penerima Upah (PBPU) serta Peserta bukan pekerja yang telah membayar iuran sebesar Rp.25.500,-. b. Ruang perawatan kelas II bagi peserta, pensiunan maupun anggota keluarga dari Pegawai Negeri Sipil (PNS), TNI, POLRI dengan golongan ruang I dan II, Pekerja Penerima Upah (PPU) dan Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri dengan gaji 1,5 (satu koma lima) kali penghasilan tidak kena pajak dengan status kawin dan mempunyai 1 (satu) anak beserta anggota keluarganya dan Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) serta peserta bukan pekerja yang telah membayar iuran sebesar Rp.42.500,-. c. Ruang perawatan kelas I bagi pejabat negara, peserta maupun pensiunan serta anggota keluarga dari PNS, TNI, POLRI dengan golongan ruang III dan IV, Veteran dan Perintis Kemerdekaan, janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis Kemerdekaan, peserta Pekerja Penerima Upah (PPU) dan Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri dengan gaji 1,5 (satu koma lima) sampai dengan 2 (dua) kali penghasilan tidak kena pajak dengan status kawin dan mempunyai 1 (satu) anak beserta anggota keluarganya dan peserta Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) serta peserta bukan pekerja yang telah membayar iuran sebesar Rp.59.500,-. 9 c) Persalinan (hanya sampai anak ketiga, tanpa melihat anak hidup/meninggal) 8 d) Ambulan. Ambulan hanya diberikan untuk pasien rujukan dari fasilitas kesehatan satu ke fasilitas kesehatan lainnya. 8 14

2) Pelayanan Kesehatan Yang Tidak Dijamin Pelayanan kesehatan yang tidak dijamin oleh BPJS Kesehatan meliputi: a) Tanpa melalui prosedur b) Dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. c) Yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan kerja d) Yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas e) Dilakukan di luar negeri f) Tujuan estetik / kecantikan g) Mengatasi infertilitas / ketidaksuburan h) Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi) i) Penyakit akibat ketergantungan obat dan atau alkohol j) Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri k) Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional l) Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi dan susu m) Akibat bencana pada masa tanggap darurat, kejadian luar biasa dan wabah n) Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan manfaat jaminan kesehatan yang diberikan dan klaim perorangan. 8 15

3) Alur dan Prosedur Mendapatkan Pelayanan a) Alur Gawat darurat 1 1 Identitas peserta (Kartu BPJS Kesehatan) Rujuk balik 2 2 Surat Rujukan Identitas Peserta (Kartu BPJS Kesehatan dan Kartu Keluarga) Gambar 2.1 Alur mendapatkan layanan BPJS Kesehatan Keterangan : 1. Peserta mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan primer membawa identitas peserta berupa kartu BPJS Kesehatan. Jika dalam kondisi gawat darurat maka diperbolehkan langsung ke fasilitas kesehatan sekunder maupun tersier untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Individu Fasilitas Kesehatan Sekunder / Tersier 2. Untuk memperoleh pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan sekunder/tersier, maka peserta harus membawa surat rujukan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan primer dan identitas peserta berupa kartu BPJS Kesehatan dan Kartu Keluarga. Fasilitas Kesehatan Primer b) Prosedur Prosedur mendapatkan pelayanan BPJS Kesehatan yaitu: 1. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama a. Sudah terdaftar di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan 16

b. Peserta memperoleh pelayanan kesehatan pada FKTP yang terdaftar c. Peserta memperoleh pelayanan rawat inap di FKTP sesuai dengan indikasi medis. 8 2. Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan a. Peserta datang ke BPJS Center Rumah Sakit dengan menunjukkan kartu peserta dan menyerahkan surat rujukan dari FKTP atau surat perintah kontrol pasca rawat inap b. Peserta menerima Surat Eligibilitas Peserta (SEP) untuk mendapatkan pelayanan lanjutan c. Peserta memperoleh pelayanan rawat inap di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan (FKTL) sesuai dengan indikasi medis. 8 3. Pelayanan Kegawat Daruratan Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan kesehatan yang harus diberikan secepatnya untuk mencegah kematian, keparahan maupun kecacatan, sesuai dengan kemampuan fasilitas kesehatan. Pelayanan kesehatan saat keadaan gawat darurat meliputi : a. Peserta langsung memperoleh pelayanan di setiap fasilitas kesehatan. b. Peserta boleh mendapatkan pelayanan yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, tetapi harus segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan setelah keadaan gawat daruratnya teratasi. c. Biaya yang ditanggung dari pelayanan kegawatdaruratan ditagihkan langsung oleh fasilitas kesehatan ke BPJS Kesehatan. 8 17

4) Penghentian Pelayanan Pengehentian pelayanan kesehatan oleh BPJS Kesehatan dikarenakan : a) Bagi Pekerja Penerima Upah (PPU), jika terjadi keterlambatan pembayaran iuran lebih dari 3 bulan, maka pelayanan kesehatan dihentikan sementara. b) Bagi Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) dan Bukan Pekerja, jika terjadi keterlambatan pembayaran iuran lebih dari 6 bulan, maka pelayanan kesehatan dihentikan sementara. 8 B. Persepsi 1. Pengertian Persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. 31 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu. 25 Persepsi yaitu pengamatan terhadap objek, peristiwa atau hubunganhubungan yang diperoleh dari hasil menyimpulkan informasi dan mengartikan pesan. 32 Definisi lain dari persepsi adalah suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsangan yang diterima seseorang menjadi sesuatu yang memiliki arti dan terjadi dalam diri individu. Persepsi diperoleh individu dalam bentuk stimulus / rangsangan dalam berbagai macam bentuk, tergantung dari stimulus yang mendapat respon dan perhatian dari individu yang bersangkutan. 33 Setiap orang cenderung melihat benda yang sama dengan cara yang berbeda. Adanya perbedaan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pengetahuan, pengalaman, dan sudut pandangnya. Persepsi berkaitan dengan cara pandang seseorang terhadap suatu objek tertentu dengan cara yang berbeda melalui alat indera kemudian mengartikannya. Persepsi positif maupun negatif terjadi apabila ada stimulus/ rangsangan yang memicunya dan ada peristiwa yang membukanya. Persepsi 18

merupakan hasil kerja otak dalam memahami atau menilai suatu hal yang terjadi disekitarnya. 34 Dari penjelasan di atas, maka dapat ditarik suatu kesamaan pendapat bahwa persepsi merupakan kemampuan otak dalam memahami atau menilai suatu hal dari hasil stimulus / rangsangan yang didapat melalui alat indera. 2. Syarat Terjadinya Persepsi Syarat syarat terjadinya persepsi adalah sebagai berikut : a. Ada objek yang dipersepsi b. Ada perhatian, merupakan langkah awal tahap persepsi c. Adanya alat indera / reseptor untuk menerima stimulus d. Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak untuk mendapatkan respon. 35 3. Faktor faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Persepsi Ada 2 faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang yaitu sebagai berikut : a. Faktor internal adalah faktor yang terdapat pada orang yang mempersepsikan stimulus tersebut. Faktor internal terdiri dari : 1) Pengalaman 2) Harapan 3) Kebutuhan 4) Motivasi 5) Emosi 6) Budaya 36 Beberapa penelitian yang dilakukan menyebutkan bahwa faktor internal yang mempengaruhi persepsi adalah pengalaman individu 37 atau masyarakat 38, harapan individu 37 atau orang tua 39, kebutuhan individu 37, motivasi individu 40, emosi ibu hamil 41, dan budaya masyarakat 38 atau organisasi 42. b. Faktor eksternal adalah faktor yang melekat pada objek yang dipersepsi. Faktor eksternal terdiri dari : 19

1) Kontras 2) Perubahan intensitas 3) Pengulangan (repetition) 4) Sesuatu yang baru (novelty) 5) Sesuatu yang menjadi perhatian banyak orang. 36 Penelitian yang telah dilakukan menyebutkan bahwa faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi yaitu kontras 43, intensitas penayangan iklan 44, pengulangan iklan 44, sesuatu yang baru 44, sesuatu yang menjadi perhatian banyak orang melalui iklan 44. 4. Proses Persepsi Proses terbentuknya persepsi terdiri dari beberapa tahapan, yaitu : a. Stimulus atau rangsangan Proses terjadinya persepsi diawali ketika seseorang dihadapakan pada suatu rangsangan / stimulus yang ada di sekitar lingkungannya. b. Registrasi Dalam proses registrasi, memperlihatkan gejala berupa mekanisme fisik yang berupa penginderaan. c. Interpretasi Suatu aspek yang penting berupa proses memberikan arti pada stimulus/rangsangan yang diterimanya. Proses interpretasi tergantung pada cara pendalaman, motivasi dan kepribadian seseorang. 45 C. Dukungan Keluarga 1. Pengertian Dukungan adalah sesuatu yang didukung, sokongan maupun bantuan. 25 Dukungan dapat diartikan sebagai bantuan atau sokongan yang diterima seseorang dari orang lain. Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang terhubung karena adanya hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi dan 20

mempunyai peran masing-masing sehingga dapat menciptakan dan mempertahankan kebudayaan. 46 Setiap individu sejak lahir berada di dalam suatu kelompok terutama keluarga. Keluarga akan membuka kemungkinan untuk dipengaruhi atau mempengaruhi anggota keluarga lain. Oleh karena itu dalam sebuah kelompok terutama keluarga akan berlaku aturan-aturan dan norma-norma sosial tertentu sehingga membentuk suatu perilaku individu yang berada didalamnya, termasuk perilaku individu menyikapi masalah-masalah kesehatan. 47 Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional. 46 Dukungan keluarga terhadap seseorang dapat dipengaruhi oleh tipe keluarga. Tipe keluarga yang dianut oleh masyarakat di Indonesia adalah tipe keluarga tradisional meliputi : a. Keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak (anak kandung atau anak angkat). b. Keluarga besar (extended family), yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang masih mempunyai ikatan darah, misalnya kakek, nenek, paman dan bibi. c. Keluarga dyad yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri tanpa anak. d. Single parent yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak kandung atau anak angkat. e. Keluarga usia lanjut yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri yang berusia lanjut. 48 2. Fungsi Keluarga Keluarga memiliki beberapa fungsi meliputi : a. Fungsi Afektif Gambaran dari kekuatan keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lain, 21

saling menghargai dan tercipta kehangatan di dalam keluarga. Anggota keluarga mengembangkan konsep diri yang positif, mengasuh, menerima, mendukung, cinta kasih, dan menghargai sehingga kebutuhan psikososial keluarga terpenuhi. b. Fungsi Sosialisasi Sosialisasi dalam keluarga berfungsi untuk menciptakan interaksi atau hubungan diantara anggota keluarga, mempelajari beberapa hal berupa disiplin, norma, budaya, dan perilaku yang berhubungan interaksi. c. Fungsi Ekonomi Keluarga dapat memenuhi kebutuhan dari anggota keluarga berupa sandang, pangan dan papan. d. Fungsi Kesehatan Keluarga mempunyai kemampuan dalam bertanggungjawab merawat anggota keluarga lain dengan penuh kasih sayang serta dapat mengatasi masalah kesehatan yang sedang dihadapi. 49 3. Jenis jenis Dukungan Keluarga Jenis jenis dukungan keluarga meliputi : a. Dukungan Emosional Keluarga merupakan tempat yang aman dan damai untuk beristirahat dan menenangkan pikiran. Setiap orang pasti membutuhkan bantuan dari keluarga. Dalam menghadapi sebuah masalah kita merasa terbantu jika ada anggota keluarga lain yang mau mendengarkan dan memperhatikan masalah yang sedang dihadapi. b. Dukungan Penilaian Keluarga dapat menjadi penengah dan fasilitator dalam pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Adanya dukungan dan perhatian keluarga merupakan sebuah bentuk penghargaan positif bagi individu. 22

c. Dukungan Instrumental Keluarga merupakan sumber pertolongan dalam hal pengawasan dan kebutuhan individu. Keluarga dapat menjadi sarana dalam mencari solusi yang dapat membantu individu dalam melaksanakan aktivitasnya. d. Dukungan Informasional Keluarga berfungsi sebagai penyebar dan pemberi informasi. Dengan adanya informasi dari keluarga maka dapat membantu individu dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya. 46 4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga Faktor faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga meliputi : a. Faktor Internal 1) Tahap perkembangan 2) Pendidikan dan tingkat pengetahuan 3) Faktor emosi 4) Spiritual b. Faktor Eksternal 1) Praktik di keluarga 2) Faktor sosioekonomi 3) Latar belakang budaya 50 Hasil penelitian lain menyebutkan bahwa yang mempengaruhi dukungan keluarga meliputi tahap perkembangan, pendidikan dan pengetahuan, faktor emosi, spiritual, praktik di keluarga, faktor sosioekonomi, latar belakang budaya yang diterapkan di keluarga. 51 23

D. Hubungan Persepsi dan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Layanan BPJS Kesehatan Menurut Lawrence Green perilaku seseorang dalam peningkatan status kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi : 1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factor), meliputi pengetahuan, sikap, persepsi, kepercayaan, nilai, dan norma yang diyakini seseorang. 36 2. Faktor Pemungkin (Enabling Factor) adalah faktor lingkungan yang memfasilitasi perilaku seseorang, 36 meliputi fasilitas kesehatan, layanan kesehatan, keterjangkauan fasilitas kesehatan, kebijakan pemerintah (Peraturan Perundang-Undangan) serta kemampuan petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan. 52 3. Faktor Penguat (Reinforcing Factor) yaitu perilaku orang lain yang berpengaruh meliputi dukungan keluarga, teman, guru, pemegang kebijakan kesehatan, tokoh masyarakat dan tokoh agama. 36,52 Beberapa penelitian yang dilakukan menyebutkan bahwa yang mempengaruhi minat masyarakat dalam pemanfaatan layanan kesehatan dalam program BPJS dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu tingkat pendidikan suami 18, atau peserta 19, pengetahuan suami 18, atau peserta 19,21, dukungan suami 18, pemahaman peserta 20, keyakinan peserta 21, kepercayaan peserta 21, dan persepsi peserta 53. 24

E. Kerangka Teori Faktor Predisposisi Pengetahuan Undang-Undang Dasar 1945 Sikap Sikap Persepsi Sikap Kepercayaan Sikap Nilai Sikap Faktor Pemungkin Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional Fasilitas kesehatan Sikap Layanan kesehatan Sikap Keterjangkauan Sikap Kebijakan Pemerintah Pemanfaatan Layanan BPJS Kesehatan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Faktor Penguat Dukungan Keluarga Dukungan Teman Dukungan Pemegang Kebijakan Tokoh Masyarakat Tokoh Agama Gambar 2.2 Kerangka Teori Sumber : Modifikasi Teori Lawrence Green dalam Pemanfaatan Layanan BPJS Kesehatan 36,52 25

F. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Persepsi Pemanfaatan Layanan BPJS Kesehatan Dukungan Keluarga Gambar 2.3 Kerangka Konsep G. Hipotesis 1. Ada hubungan persepsi peserta dengan pemanfaatan layanan BPJS Kesehatan 2. Ada hubungan dukungan keluarga dengan pemanfaatan layanan BPJS Kesehatan 26