BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara ( UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 ). Pendidikan menurut Siswoyo (2007: 21) merupakan proses sepanjang hayat dan perwujudan pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi dalam rangka pemenuhan dan cara komitmen manusia sebagai mahluk individu dan mahluk sosial serta mahluk tuhan. Sugiarto (2007: 3) menyatakan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha yang di lakukan secara sadar dan sengaja untuk merubah tingkah laku manusia baik secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Definisi di atas dapat di simpulkan bahwa pendidikan adalah suatu proses sadar dan terencana dari setiap individu maupun kelompok untuk membentuk pribadi yang baik untuk mengembangkan potensi yang ada dalam upaya mewujudkan cita-cita dan tujuan yang diharapkan. Pendidikan tidak hanya mengembangkan pola pikir saja tapi juga mengembangkan semua potensi yang ada di dalam diri seseorang. Jadi pendidikan menyangkut semua aspek pada kepribadian seseorang tersebut menjadi lebih baik. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini melalui jalur formal pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Pengertian guru di perluas menjadi pendidik dikotomis tentang pendidikan dan tenaga kependidikan. Di jelaskan pada 1
2 ayat 2 yakni pendidikan merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran. Hasil motivasi berprestasi, melakukan bimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Pada dasarnya pendidikan sangat penting, dengan adanya seorang guru pendidikan bisa tercapai, guru memegang peranan penting dalam suatu pendidikan yaitu pada komponen proses belajar mengajar. Guru tidak hanya sebagai penyampai materi saja, akan tetapi guru juga sebagai motivator, fasilitator, dan sebagai sentral pendidikan. Guru sebagai pengatur serta sebagai pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah sebagai pengarah berjalannya suatu kegiatan belajar mengajar di laksanakan. Oleh karena itu guru harus memahami siswa-siswanya, guru harus bisa membuat suasana kelas menjadi menyenangkan, jika suatu pembelajaran itu menyenangkan siswa akan menganggap bahwa belajar itu menjadi suatu hal yang menyenangkan tidak membosankan. Sehingga apa yang di jelaskan guru pada siswa akan mudah memahami. Belajar merupakan perubahan yang dapat diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau pelatihan. (Gagne dalam bukunya The Conditions Of Learning 1997). Dari definisi di atas belajar dapat di simpulkan bahwa sebuah perubahan dalam diri manusia, yang dapat di lihat bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas seperti tingkah laku, perubahan tingkah laku akan berbeda ketika belum belajar dan sudah belajar, belajar juga dapat peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman keterampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi
3 juga merupakan suatu proses penemuan (Trianto, 2011: 153). Belajar IPA sangat penting untuk siswa terutama untuk mengenal dirinya sendiri dan lingkungan alam sekitar. Pada proses belajar secara langsung dengan alam, dapat mempermudah memahami alam sekitar secara nyata. Pada penerapannya IPA di lakukan dengan bijaksana, supaya tidak berdampak negatif terhadap lingkungan alam. Guru mengharapkan agar siswa dapat memahami setiap materi yang diajarkan, siswa pun mengharapkan agar guru dapat menyampaikan atau menjelaskan pelajaran dengan baik, sehingga memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Secara umum para siswa sekolah dasar khususnya pada pebelajaran IPA belum sesuai harapan, ada beberapa hal yang menyebabkannya yaitu 1. Model pembelajaran kurang menyenangkan 2. Selalu menghafalkan materi 3. Guru hanya terpacu pada buku paket 4. Guru kurang memanfaatkan lingkungan Masih banyak siswa kelas 4 di SDN Sidorejo Lor 02 ini yang kurang memahami penjelasan guru. Ada siswa yang nilainya selalu rendah, bahkan ada siswa yang tidak bisa mengerjakan soal atau jika mengerjakan soal jawabannya kurang tepat. Semua itu menunjukkan bahwa guru harus selalu mengadakan perbaikan secara terus menerus dalam pembelajarannya, agar masalah-masalah kesulitan belajar siswa (lampiran 9) dapat di atasi, sehingga hasil belajar siswa dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Masalah-masalah yang dialami oleh siswa dalam pembelajaran tidak muncul begitu saja, tetapi ada faktor-faktor penyebabnya. Apabila guru mampu mengidentifikasi penyebab timbulnya masalah yang dialami oleh siswa, maka guru tersebut dapat melakukan penanganan-penanganan yang tepat dalam memecahkan masalah pembelajarannya. Contoh masalah yang sering muncul dalam pembelajaranya yaitu siswa kurang memahami penjelasan guru, siswa tidak mengerti
4 bentuk benda secara nyata yang dibicarakan oleh guru pada pembelajaran IPA pada materi bagian - bagian tumbuhan. Pada materi tersebut pasti banyak memerlukan contoh nyata dari lingkungan alam sekitar, maka dapat disayangkan apabila dalam pembelajaran IPA khususnya pada materi bagian-bagian tumbuhan tidak memanfaatkan lingkungan sekitar, seperti contoh dalam mengetahui tulang daun itu seperti apa? Siwa belum tahu secara nyata antara tulang daun menjari dan bentuk tulang daun yang lain yang mudah ditemukan dilingkungan sekitar sekolah. Dari hal tersebut perlu sebuah pemikiran dan tindakan agar siswa dalam mempelajari materi bagian-bagian tumbuhan tidak mengalami kesulitan, sehingga tujuan yang dibuat oleh guru dapat tercapai dengan mendapatkan hasil yang optimal dan memuaskan bagi semua pihak. Maka dari itu pemilihan metode pembelajaran yang tepat dapat membantu siswa dalam memahami pelajaran IPA untuk materi bagian-bagian tumbuhan. Banyak metode pembelajaran yang beragam jenis, antara metode satu dengan yang lainnya memiliki kelebihan dan kelemahan. Guru dalam pemilihan metode yang di gunakan harus betul-betul sesuai dengan topik yang akan dibahas. Penggunaan metode Kontekstual (Contexstual Teaching and Learning) dengan memperhatikan kognitif anak pada kelas 4. Apakah ada perbedaan hasil belajar menggunakan metode kontekstual dengan hanya menggunakan ceramah saja. Hal ini menarik untuk di lakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan Kontekstual (Contexstual Teaching and Learning) di SDN Sidorejo Lor 02. Penggunaan metode Kontekstual ini diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa, sehingga tidak hanya guru saja yang aktif, akan tetapi siswa juga terlibat fisik, intelektual dan emosional sehingga pembelajaran tentang bagian-bagian tumbuhan yang disampaikan oleh guru mudah diserap dan dapat diingat oleh siswa dengan waktu yang lama sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penelitian ini dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Kontekstual (Contexstual Teaching and Learning)
5 Pada Siswa Kelas 4 SDN Sidorejo Lor 02 Kecamatan Sidorejo Lor 02 Kota Salatiga Semester 1 Tahun 2016/2017. 1.2 IDENTIFIKASI MASALAH Beberapa permasalahan yang dapat di identifikasi pada latar belakang di atas pada pembelajaran IPA tentang bagian-bagian tumbuhan di SD Negeri Sidorejo Lor 02 yaitu a. Guru kurang memanfaatkan alat lingkungan alam dan metode pembelajaran yang kurang tepat sehingga siswa sulit memahami materi yang disampaikan. b. Pada saat pembelajaran berlangsung aktifitas siswa masih rendah karena siswa masih terlihat pasif dan guru hanya mengacu pada banyaknya materi. c. Dalam pembelajaran IPA pada materi bagian-bagian tumbuhan siswa belum pernah di ajak belajar langsung keluar lingkungan sekolah. d. Pada saat belajar di kelas guru hanya menyampaikan materi sehingga dalam berfikir, siswa hanya bisa membayangkan saja. e. Akibat dari penggunaan model pembelajaran yang kurang menarik bagi siswa hasil belajar siswa pun kurang maksimal. 1.3 PEMBATASAN MASALAH Berdasarkan masalah yang di uraikan dalam identifikasi masalah terlalu luas. Sehingga tidak mungkin dapat diteliti dalam penelitian ini satu-persatu. Oleh karena itu penelitian ini difokuskan pada a. Penerapan model pembelajaran Kontekstual (Contexstual Teaching and Learning) pada pembelajaran IPA kelas 4 SD Negeri Sidorejo Lor 02. b. Peningkatan proses dan hasil belajar IPA KD 2.4 Menjelaskan hubungan antara struktur bunga dengan fungsinya.
6 1.4 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : a. Bagaimana penerapan model pembelajaran Kontekstual (Contexstual Teaching and Learning) dalam meningkatkan proses pembelajaran IPA Kelas 4 SDN Sidorejo Lor 02 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester 1 Tahun 2016/2017? b. Apakah peningkatan proses pembelajaran IPA melalui model Kontekstual (Contexstual Teaching and Learning) dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 4 di SD Negeri Sidorejo Lor 02 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017? 1.5 TUJUAN PENELITIAN Sesuai dengan rumusan masalah yang telah di tentukan, maka tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah a. Menerapkan model pembelajaran Kontekstual (Contexstual Teaching and Learning) untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 SD Negeri Sidorejo Lor 02 semester 1 tahun pelajaran 2016/2017. b. Meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri Sidorejo Lor 02 semester 1 tahun pelajaran 2016/2017 melalui penerapan model Kontekstual (Contexstual Teaching and Learning). 1.6 MANFAAT PENELITIAN 1.6.1 Manfaat Teoritis Manfaat teoritis penelitian ini yaitu memberikan gambaran mengenai pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran Kontexstual (Contexstual Teaching And Learning) untuk meningkatkan proses dan hasil belajar IPA.
7 1.6.2 Manfaat Praktis Adapun manfaat yang dapat di peroleh melalui penelitian ini, yaitu : a. Bagi Siswa Meningkatkan proses belajar siswa melalui kerja kelompok dan melatih siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. b. Bagi Guru Sebagai pedoman dan bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran yang tepat untuk menciptakan suasana pembelajaran yang efektif sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan terutama pada mata pelajaran IPA. c. Bagi Sekolah Memberikan masukan berupa pengetahuan kepada pihak sekolah sebagai instansi pendidikan agar mengembngkan pembelajaran yang kreatif dan inovatif salah satu contohnya adalah pembelajaran menggunakan model Kontekstual (Contexstual Teaching And Learning) dalam rangka meningkatkan proses dan hasil belajar IPA.