BAB III METODE DAN DESAIN PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Berkaitan dengan permasalahan yang digunakan oleh peneliti dalam rangka meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan menjelaskan fenomena fisis, maka digunakan sebuah metode untuk mengetahui seberapa besar peningkatan yang diperoleh pada kelas yang diterapkan pembelajaran ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen (Syaodih,2007:58). Jenis eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu quasi experiment karena tidak melakukan pengacakan subjek pada kelas eksperimen dan kontrol (Schumacher dan Mc. Millan, 2007). Dengan desain eksperimen yang digunakan berupa Randomized Control Group Pretest-Posttest Design,(Syaodih,2007:204) Adapun desain penelitian yang dimaksud: Tabel 3.1. Desain Eksperimen Kelas Tes Awal Perlakuan Tes Akhir Eksperimen O P 1 O Kontrol O P 2 O Keterangan : X : PembelajaranCTL dengan pendekatan multi representasi Y : PembelajaranCTL tanpa pendekatan multi representasi O : Tes awal dan tes akhir Sebelum melakukan pembelajaran, masing- masing kelas diberi tes awal.soal tes tersebut meliputi soal pemahaman konsep dan kemampuan menjelaskan fenomena fisis.jawaban tes awal siswa kemudian diperiksa untuk ditindak lanjuti.selanjutnya, dilakukan pembelajaran, dimana pada kelas eksperimen, dilakukan pembelajaran dengan pendekatan multi representasi, dan pada kelas kontrol, dilakukan pembelajaran tanpa pendekatan multi representasi. Setelah dilakukan pembelajaran, kepada dua kelas tersebut dites kembali dengan
menggunakan tes yang sama persis dengan tes awal, yang kemudian disebut tes akhir. Selanjutnya dihitung nilai gain yang dinormalisasi untuk mengetahui besar peningkatannya, untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, yang dilakukan dengan uji perbedaan rata-rata nilai gain yang dinormalisasi. B. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi merupakan objek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X pada salah satu SMA di kabupaten Sumedang, yang terdiri dari 8 kelas. Sampel penelitian dipilih satu kelas untuk kelas ekperimen dan satu kelas untuk kelas kontrol.sampel dipilih secara acak melalui undian seluruh kelas populasi, Pada kelas kontrol dilakukan pembelajaran CTL tanpa pendekatan multi representasi, dan pada kelas eksperimen dilakukan pembelajaran CTL dengan pendekatan multi representasi.
C. Prosedur Penelitian Langkah- langkah penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini, dapat dilihat seperti pada gambar 3.2. Studi Pendahuluan Perumusan Masalah Studi literatur : Pendekatan Multi Representasi, Pemahaman konsep, kemampuan menjelaskan fenomena fisis Instrumen skala sikap Observasi keterlaksanaan model Penyusunan Rencana Pembelajaran CTL dengan penerapan multi representasi pada materi Suhu dan kalor, LKS Validasi, Uji Coba, Revisi Penyusunan Instrumen tes 1. Tes pemahaman konsep 2. Tes kemampuan menjelaskan fenomena fisis. pretest Kelompok eksperimen dengan Pembelajaran CTL dengan penerapan multi representas Kelompok kontrol denganpembelajaran CTL tanpa penerapan multi representasi posttest Pengolahan dan analisis data Keterangan ------------------- penerapan tahapan Kesimpulan Gambar 3.2. Alur Penelitian
D. Instrumen Penelitian Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian, penulis menyiapkan instrumen, yaitu berupa tes, angket tanggapan siswa dan lembar observasi kegiatan siswa dan guru. 1. Instrumen Tes Soal pemahaman konsep digunakan untuk mengukur pemahaman konsep siswa dalam materi Suhu dan Kalor. Soal tersebut berisi 35 soal dalam bentuk pilihan ganda lima pilihan jawaban yang meliputi pemahaman translasi, interpretasi dan ekstrapolasi. Tiap soal yang dijawab benar, diberi skor 1 dan soal yang dijawab salah diberi skor 0. Soal menjelaskan fenomena fisis dalam materi Suhu dan Kalor digunakan untuk mengukur kemampuan menjelaskan fenomena fisis siswa terhadap materi suhu dan kalor. Soal tersebut berisi 12 soal dalam bentuk pilihan ganda beralasan, dengan kriteria skor 0 2, dengan penilaian sebagai berikut : Tabel 3.2. Pemberian Skor Tes Kemampuan menjelaskan fenomena fisis Pilihan Jawaban Alasan Skor Benar Benar 2 Benar Salah 1 Salah Salah 0 2. Instrumen Skala Sikap Skala sikap ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang tanggapan siswa terhadap pendekatan multi representasi pada pembelajaran konsepsuhu dan Kalor.Skala ini memuat daftar pertanyaan dan pernyataan terkait penerapan pendekatan multi representasi yang dilaksanakan. Menghitung persentase hasil angket tanggapan siswa menggunakan rumus(sugiyono, 2008). % persetujuan = jumlahskoryangdiperolehpadatiapitem x 100% jumlahskoridealuntukseluruhitem
Untuk pertanyaan positif maka dikaitkan dengan nilai SS = 4, S= 3, TS = 2 dan STS = 1, dan sebaliknya untuk pertanyaan negatif (Riduwan, 2010). Dalam mengkategorikan persentase tanggapan siswa, dilakukan dengan cara: a. Menentukan persentase rentang (R) tanggapan. R = persentase maksimum persentase minimum R = 100% -25% = 75% b. Menentukan panjang kelas (P) dan tabel kategori tanggapan siswa. Panjang kelas tiap tanggapan ditentukan dari perbandingan panjang rentang kelas (R) dengan banyaknya kategori (K) tanggapan. P = R K = 75% 4 = 18,75% Berdasarkan panjang kelas tersebut, maka pengkategorian persentase tanggapan siswa dapat dilihat pada table 3.3, sebagai berikut: Tabel 3.3 Pengkategorian persentase tanggapan siswa Batasan Persentase (%) Kategori 25,00 < tanggapan siswa 43,75 Sangat Tidak Setuju ( sangat negatif) 43,75 < tanggapan siswa 62,50 Tidak Setuju ( negatif) 62,50 < tanggapan siswa 81,25 Setuju ( positif) 81,25 < tanggapan siswa 100 Sangat Setuju (sangat positif) Siswa diminta memberikan tanda cek ( ) pada pernyataan atau pertanyaan yang terdapat pada angket.skala sikap tanggapan siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran. 3. Lembar Observasi Lembar observasi digunakan untuk mengungkap keterlaksanaan pembelajaran yang belum terangkat melalui tes dan skala sikap berupa aktivitas guru dan siswa yang dilakukan dalam proses pembelajaran dengan pendekatan multi representasi. Pedoman observasi dipersiapkan peneliti sebelum pelaksanaan penelitian.
4. Kelayakan Instrumen Penelitian Menurut Arikunto (2011:72) sebuah tes yang dapat dikatakan baik harus memenuhi syarat diantaranya valid dan reliable. Untuk itu dilakukan analisis instrument untuk menguji validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran. Hasil analisis instrumen secara lengkap terdapat pada lampiran. a) Uji Validitas Validitas merupakan ukuran kesahihan suatu instrumen sehingga mampu mengukur apa saja yang harus atau hendak diukur. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara lengkap (Arikunto,2011:73). Pengujian validitas isi dilakukan dengan cara meminta pertimbangan (judgement) para ahli, dengan tujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang disusun sudah mengukur apa yang hendak diukur (ketepatan). Pengujian validitas isi dilakukan dengan melihat kesesuaian antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang diajarkan (SK dan KD) dan indikator pemahaman konsep serta ketepatan dalam menjelaskan fenomena fisis.jumlah tenaga ahli yang digunakan dalam validitas isi adalah tiga orang, terdiri dari dua orang bergelar doktor fisika, dan satu orang guru SMA yang bergelar master.hasil dari ketiga tenaga ahli yang dimintai pertimbangan (judgement), diperoleh kesimpulan bahwa intrumen pemahaman konsep dan kemampuan menjelaskan fenomena fisis pada materi suhu kalor yang disusun sudah memenuhi validitas isi dan dapat digunakan untuk keperluan penelitian.tetapi ada beberapa hal terkait redaksi yang perlu diperbaiki. b) Uji Reliabilitas Uji reliabilitas tes bertujuan untuk mengukur tingkat keajegan soal yang digunakan.tes dikatakan terpercaya jika dapat mengahasilkan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali. Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukan ketetapan (Arikunto,2011:74). Untuk menguji reliabilitas dalam penelitian ini digunakan tes-retest, yaitu dilakukan dengan cara mencobakan instrument beberapa kali pada responden. Jadi dalam hal ini, instrumennya sama, respondennya sama dan waktunya berbeda.
Reliabilitas adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg atau tidak berubah rubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda.nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas. Teknik korelasi yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes adalah yang dikemukakan oleh pearson, yang dikenal dengan rumus korelasi product moment angka kasar (Arikunto, 2011) : N XY X Y r xy = N X 2 X 2 N Y 2 Y 2 Keterangan : r xy = koefisien korelasi X = skor rata-rata tes pertama Y = skor rata-rata tes kedua N = jumlah sampel Harga r menunjukan indeks korelasi antara dua variabel yang dikorelasikan, kemudian nilai r tersebut diinterpretasikan pada tabel 3.3. Tabel 3.3.Interpretasi koefisien korelasi nilai r Interval koefisien Tingkat hubungan 0,80 1,00 Sangat tinggi 0,60 0,79 Tinggi 0,40 0,59 Cukup 0,20 0,39 Rendah 0,00 0,19 Sangat Rendah (Sumber :Arikunto, 2011)
c) Uji Tingkat Kesukaran Soal Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau terlalu sukar.soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauan. Bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran, besarnya antara 0.00 1.00.Uji tingkat kesukaran soal dilakukan untuk mengetahui apakah suatu butir soal tergolong sukar, sedang atau tergolong mudah.untuk mengetahui tingkat kesukaran butir soal, dihitung dengan menggunakanmicrosoft Excel 2010. Persamaan yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran dengan proporsi yang menjawab benar adalah: Keterangan : p = B S M N p = proporsi yang menjawab benar atau tingkat kesukaran x = banyaknya peserta tes yang menjawab benar Sm = skor maksimum N = jumlah peserta tes Kriteria tingkat kesukaran menurut Arikunto(2011:225) dapat dilihat seperti pada tabel 3.4. Tabel 3.4. Klasifikasi Tingkat Kesukaran Butir Soal Proporsi Kriteria 0,00 0,30 Sukar 0,31 0,70 Sedang 0,71 1,00 Mudah d) Uji Daya Pembeda Butir Soal Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa berkemampuan rendah. Pembagian kelompok berkemampuan tinggi dan siswa berkemampuan rendah dapat diacu
dari pendapat Kelly (1939) dalam Ahiri Jafar (2011) bahwa indeks daya beda butir yang lebih stabil dan sensitive dapat dicapai dengan menggunakan rumus 27% kelompok atas dan 27% kelompok bawah. Uji daya pembeda soal dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tiap butir soal mampu membedakan kemampuan antara siswa kelompok atas dan kelompok bawah, dihitung dengan menggunakan Microsoft Excel.Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks daya beda butir (D) adalah : Keterangan : D = JA JB N JA : Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar JB : Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar N : Jumlah salah satu kelompok Klasifikasi daya pembeda, menurut Arikunto (2011:232) dapat dilihat dalam tabel 3.5. Tabel 3.5. Kriteria Daya Pembeda Butir Soal ID Klasifikasi 0,00 0,20 Jelek 0,21 0,40 Cukup 0,41 0,70 Baik 0,71 1,00 Baik sekali Negatif e) Hasil Pengujian Instrumen Tidak baik, harus dibuang Berdasarkan hasil uji coba instrumen terhadap soal pemahaman konsep, dan kemampuan menjelaskan fenomena fisis didapatkan bahwa reliabilitas instrument sebesar 0,96 dan 0,95 artinya ada korelasi yang sangat tinggi antara tes yang pertama dan tes yang kedua, artinya instrument tersebut mempunyai reliabilitas yang sangat tinggi. Sedangkan hasil uji coba lainnya untuk soal pemahaman konsep dapat dilihat pada tabel 3.6.
Tabel 3.6. Hasil uji coba instrument pemahaman konsep No Reliabilitas Tingkat kesukaran Daya pembeda r xy Makna p Kategori D klasifikasi 1 0.77 Mudah 0.375 cukup dipakai 2 0.67 Sedang 0.25 cukup dipakai 3 0.63 Sedang 0.25 cukup dipakai 4 0.73 Mudah 0.125 jelek dibuang 5 0.73 Mudah 0.25 cukup dipakai 6 0.23 Sukar 0.25 cukup dipakai 7 0.23 Sukar 0.125 jelek dibuang 8 0.57 Sedang 0.25 cukup dipakai 9 0.37 Sedang 0.25 cukup dipakai 10 0.33 Sedang 0.25 cukup dipakai 11 0.60 Sedang 0.5 baik dipakai 12 0.70 Sedang 0.5 baik dipakai 13 0.77 Mudah 0.25 cukup dipakai 14 0.33 Sedang 0.25 cukup dipakai 15 0.30 Sukar 0.25 cukup dipakai 16 0.63 Sedang 0.625 baik dipakai 17 0.47 Sedang 0.25 cukup dipakai 18 0.73 Mudah 0.375 cukup dipakai 19 0.73 Mudah 0.25 cukup dipakai 20 sangat 0.33 Sedang 0.375 cukup dipakai 0.96 21 tinggi 0.63 Sedang 0.5 baik dipakai 22 0.77 Mudah 0.125 jelek dibuang 23 0.40 Sedang 0.25 cukup dipakai 24 0.23 Sukar 0.125 jelek dibuang 25 0.33 Sedang 0.625 baik dipakai 26 0.57 Sedang 0.375 cukup dipakai 27 0.60 Sedang 0.375 cukup dipakai 28 0.77 Mudah 0.375 cukup dipakai 29 0.23 Sukar 0.25 cukup dipakai 30 0.37 Sedang 0.5 baik dipakai 31 0.20 Sukar 0.25 cukup dipakai 32 0.27 Sukar 0.375 cukup dipakai 33 0.60 Sedang 0.25 cukup dipakai 34 0.90 Mudah 0.375 cukup dipakai 35 0.73 Mudah 0.125 jelek dibuang 36 0.73 Mudah 0.375 cukup dipakai 37 0.70 Sedang 0.5 baik dipakai 38 0.33 Sedang 0.375 cukup dipakai 39 0.57 Sedang 0.25 cukup dipakai 40 0.67 Sedang 0.25 cukup dipakai Ket
Tabel 3.7. Hasil Uji Coba Instrumen kemampuan menjelaskan fenomena fisis No Reliabilitas Tingkat kesukaran Daya pembeda r xy Makna p Kategori D klasifikasi Ket 1 0.70 Sedang 0.25 cukup dipakai 2 0.78 Mudah 0.375 cukup dipakai 3 0.60 Sedang 0.375 cukup dipakai 4 0.58 Sedang 0.25 cukup dipakai 5 0.50 Sedang 0.375 cukup dipakai 6 0.50 Sedang 0.375 cukup dipakai 0,95 Sangat tinggi 7 0.58 Sedang 0.375 cukup dipakai 8 0.28 Sukar 0.25 cukup dipakai 9 0.45 Sedang 0.5 baik dipakai 10 0.40 Sedang 0.25 cukup dipakai 11 0.48 Sedang 0.375 cukup dipakai 12 0.27 Sukar 0.375 cukup dipakai E. Pengolahan dan Analisis Data Setelah lembar jawaban pada tes awal dan tes akhir diperiksa dan diberi skor, kemudian dihitung pencapaian skornya, baik secara total untuk butir soal pemahaman konsep maupun kemampuan menjelaskan fenomena fisis. 1. Pencapaian Skor tes awal dan tes akhir Untuk mengetahui pencapaian tes awal dan tes akhir, dilakukan dengan cara membandingkan skor yang diperoleh, terhadap skor maksimal idealnya lalu dikalikan 100%. Hal tersebut dilakukan untuk tinjauan secara total pada soal pemahaman konsep dan kemampuan menjelaskan fenomena fisis. Perhitungan persentase ini, dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut : P = X N x100% Keterangan : P : Besar Persentase X : Skor yang diperoleh N : Skor Maksimal ideal 2. Pencapaian N-gain Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep dan kemampuan menjelaskan fenomena fisis, yang diperoleh melalui pretest dan posttest dihitung dengan menggunakan rumus N-gain yang dikembangkan oleh Hake (1998 ).
Keterangan : S post = skor tes akhir S pre = skor tes awal S maks = skor maksimal g = S post S pre S maks S pre Agar mudah dalam menyajikannya pada bentuk grafik, skala nilai gain tersebut diadaptasi dalam bentuk persen, seperti dilihat pada persamaan berikut : g% = %S post %S pre 100 %S pre Untuk memudahkan dalam menginterpretasi perolehan nilai gain, digunakan kategori dan konversi N-gain seperti tabel 3.8. Tabel 3.8. Kriteria N-gain No. Nilai Konversi N-gain(%) Kategori 1 g > 0,7 g > 70 Tinggi 2 0,3 < g < 0,7 30 < g < 70 Sedang 3 g < 0,3 g < 30 Rendah 3. Pengujian Hipotesis Untuk mengetahui diterima atau ditolaknya hipotesis penelitian yang diajukan, dilakukan uji perbedaan rata-rata terhadap N-gain kelas eksperimen dan kelas control. Pengujian dilakukan dengan menggunakan SPSS 19, dan Excel. Adapun taraf signifikansi yang digunakan pada penelitian ini adalah α = 0,05. Untuk melaksanakan uji perbedaan rata-rata, digunakan uji t bila data yang diperoleh memenuhi syarat parametrik atau uji Mann-Whitney bila syarat parametric tidak terpenuhi. Untuk mengetahui dipenuhi tidaknya syarat parametrik, dilakukan uji normalitas sebaran datadan homogenitas varians N-gain dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov. Informasi normalitas sebaran data dapat diketahui dari nilai signifikansi
output-nya, jika nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari nilai α = 0,05, maka sebaran data tersebut terdistribusi normal, dan jika diperoleh sebaliknya, berarti sebaran data tersebut tidak berdistribusi normal. Pengujian homogenitas varians dilakukan dengan menggunakan uji Levene pada taraf signifikansi α = 0,05. Informasi homogenitas varians dapat diketahui dari nilai signifikansi output-nya, jika nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar daripada nilai α = 0,05, maka varians kelompok data tersebut sama besar atau homogen, dan jika diperoleh sebaliknya, berarti varians kedua kelompok data tersebut tidak sama besar atau tidak homogen. Bila kedua syarat parametrik telah terpenuhi, maka untuk melaksanakan uji perbedaan rata-rata digunakan uji t berupa Independent sampel test, dan bila tidak terpenuhi digunakan Mann-Whitney test. Hipotesis dikatakan terbukti jika (H A : µ e > µ k ) atau jika terdapat perbedaan rata-rata N-gain yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, atau jika nilai signifikansi hitung lebih kecil dari 0,05 (p-value< α = 0,05). 4. Korelasi pemahaman konsep dan kemampuan menjelaskan fenomena fisis Untuk melihat adanya korelasi antara pemahaman konsep dan kemampuan menjelaskan fenomena fisis, maka digunakan rumus korelasi product moment, yaitu (Arikunto, 2011) : N XY X Y r xy = N X 2 X 2 N Y 2 Y 2 Sedangkan untuk mencari seberapa besar kontribusi pemahaman konsep terhadap kemampuan menjelaskan fenomena fisis digunakan rumus koefisien determinan (Riduwan, 2010), yaitu : 2 KP = r xy x 100% 5. Analisis Data Skala Sikap Penilaian sikap merupakan proses pengumpulan informasi untuk digunakan dalam pengambilan keputusan tentang sikap siswa terhadap mata pelajaran, proses pembelajaran, guru, kurikulum, program pembelajaran dan kebijakan yang berhubungan dengan pendidikan (Ahiri, 223:2011). Pengolahan data dilakukan
dengan cara mencari persentase tanggapan siswa terhadap pendekatan multi representasi. Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan untuk mengolah data tersebut adalah dengan : 1. Menghitung jumlah jawaban SS, S, N, TS dan STS yang diisi pada format skala sikap siswa terhadap pembelajaran. 2. Melakukan perhitungan persentase skala sikap siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan persamaan berikut : % Sikap reponden = Responden yang menjawab SS, S, N, TS atau STS responden x 100% Untuk memudahkan dalam menginterpretasi tanggapan tersebut digunakan kriteria, dengan menggunakan interval (Riduwan, 2010) seperti pada tabel 3.9. Alternatif jawaban (%) Tabel 3.9. Kriteria Skala Sikap Deskripsi 100 Seluruh responden 75 < J < 100 Hampir seluruh responden 50 Sebagian besar responden 25 < J <50 Hampir setengahnya dari jumlah responden 0 < J <25 Sebagian kecil responden 0 Tidak seorang pun responden 6. Pengolahan Data Observasi Data mengenai keterlaksanaan pembelajaran CTL dengan pendekatan multi representasi merupakan data yang diambil dari observasi.data ini merupakan keterlaksanaan pembelajaran fisika baik untuk siswa maupun guru.pengolahan data dilakukan dengan mencari porsentase keterlaksanaan model pembelajaran. Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan untuk mengolah data tersebut adalah dengan : 1. Menghitung jumlah jawaban ya dan tidak yang observer isi pada format keterlaksanaan pembelajaran. 2. Melakukan perhitungan porsentase keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan persamaan berikut :
%keterlaksanaan model = observer yang menjawab ya atau tidak observer seluruhnya x 100% Untuk mengetahui kategori keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru, dapat diinterpretasikan pada tabel 3.10, dengan interval (Riduwan, 2010). Tabel 3.10. Keterlaksanaan pembelajaran KMP (%) KMP = 0 Kriteria Tak satu pun kegiatan terlaksana 0 < KMP < 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana 25 < KMP < 50 Hampir setengah kegiatan terlaksana KMP = 50 Setengah kegiatan terlaksana 50 < KMP < 75 Sebagian besar kegiatan terlaksana 75 < KMP < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana KMP = 100 KM = Keterlaksanaan Model Seluruh kegiatan terlaksana