BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, perkembangan dunia pendidikan menjadi pusat perhatian. Kesuksesan dalam pembangunan tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan dibidang ekonomi, tetapi juga kualitas sumber daya manusia. Pendidikan sendiri bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan martabat manusia. Melalui pendidikan itulah diharapkan dapat tercapai peningkatan kehidupan manusia ke arah yang lebih baik. Guru menjadi salah satu faktor utama untuk dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Tugas utama seorang guru adalah mengajar. Dalam proses pelaksanaan tugas pengajaran seorang guru harus memperhatikan banyak hal. Salah satunya yaitu ketepatan pemilihan model yang digunakan dalam mengajar. Melalui model pembelajaran yang tepat diharapkan mampu menciptakan suasana kelas yang kondusif sehingga peserta didik dapat termotivasi untuk aktif dalam belajar sehingga dapat memahami dan menguasai materi dengan mudah. Maka guru atau calon guru perlu memahami secara benar dan terampil dalam menerapkan berbagai macam model pembelajaran, serta terampil menerapkannya dalam pengajaran di kelas. Dengan begitu pembelajaran yang dilaksanakan dapat menigkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa secara optimal. Tisno Hadisubroto (1996: 21) dalam bukunya pelajaran IPA Sekolah Dasar, Piaget mengatakan bahwa pengalaman langsung yang memegang peran penting sebagai pendorong lajunya perkembangan kognitif anak. Menurut Sutrisno (2007) IPA juga sebagai prosedur dan IPA sebagai teknologi. Pada prinsipnya, mempelajari IPA sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan atau melakukan dan membantu 1
2 siswa untuk memahami alam sekitar secara lebih mendalam (Depdiknas dalam Suyitno, 2002: 7). Tetapi realitanya proses pembelajaran mata pelajaran IPA di SD tidak seperti apa yang diharapkan bisa dikatakan masih kurang/lemah. Adapun beberapa faktor yang memungkinkan yaitu: a) rendahnya motivasi siswa dalam mempelajari mata pelajaran IPA, b) kurangnya sumber-sumber buku IPA yang dibaca, c) kurangnya kreatifitas bertanya dalam kegiatan belajar mengajar, d) dangkalnya pemahaman guru terhadap media. Proses dalam kegiatan belajar mengajar, tidak dipungkiri lagi bahwa pembelajaran IPA di SD belum sesuai dengan yang diharapkan. Guru SD masih banyak belum sepenuhnya memahami bagaimana mengajar IPA yang benar dan bagaimana agar belajar IPA dilakukan dalam suasana menyenangkan. Berbagai macam keluhan dalam pembelajaran IPA di SD seperti kurang aktifnya siswa dalam mengikuti pembelajaran, malas dalam mengerjakan soal, sulit memahami materi, dan keluhan-keluhan lain dari para siswa yang berakibat pada hasil belajar IPA siswa yang rendah. Pembelajaran IPA dibutuhkan keaktifan sebagai dasar untuk dapat memahami konsep-konsep IPA terutama banyak hafalan, hal tersebut dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang digunakan agar dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran siswa dituntut untuk aktif sehingga daya ingat siswa memahami konsep terhadap apa yang dipelajari akan lebih baik. Maka kreatifitas seorang guru dituntut dalam mengajar IPA agar pembelajaran menjadi mudah dan menyenangkan. Keaktifan dalam diri seseorang didalam kelas ketika proses PBM sedang berlangsung sangat memepengaruhi proses kegiatan pembelajaran didalam kelas, apabila keaktifan yang ada pada diri siswa itu tinggi maka akan mempengaruhi hasil belajarnya akan baik. Namun, sebaliknya apabila keaktifan yang ada pada diri siswa itu rendah maka hasil belajarnya akan rendah. Maka dari itu agar hasil belajar yang dicapai pada diri siswa itu dapat tercapai dengan baik kita sebagai guru harus
3 memberikan dorongan yang yang positif kepada siswa tersebut agar mereka ketika belajar merasa nyaman,dan senang mengikuti pembelajaran didalam kelas. Dalam proses PBM di dalam kelas agar pembelajaran bisa terjadinya stimulus respon dengan baik antara guru dan siswa maka seorang guru harus bisa memberikan suasana yang membuat siswa bisa merasa nyaman, tenang dalam mengikuti materi yang disampaikan tersebut. Dengan itu maka akan muncul keaktifan siswa di dalam kelas mengutarakan pendapat mereka ketika ditanya dan dipersilakan maju di depan kelas untuk mengeluarkan ide-ide yang mereka tangkap dari pembelajaran yang sudah mereka terima dari guru. Dengan hal tersebut maka hasil belajar mereka yang di inginkan oleh guru itu akan memuaskan dan mencapai kriteria kentuntasan. Dengam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) diharapkan dapat menarik perhatian siswa agar tertarik belajar IPA, sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar pada mata pelajaran IPA. Pada model pembelajaran ini siswa dibagi ke dalam kelompok atau tim kecil, yaitu antara 4-6 orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen) selanjutnya siswa didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Permasalahan dalam penelitian ini bahwa hasil belajar siswa masih rendah peneliti melakukan pengamatan pada saat (Program Pengalaman Lapangan) PPL di SD Negeri Dukuh 01 ketika guru menjelaskan masih banyak dijumpai siswa yang malas untuk belajar, mengantuk saat mengikuti pelajaran, ada siswa yang tidak memperhatikan saat guru sedang menerangkan pelajaran, ada siswa yang sibuk dengan temannya, dan tidak membawa buku pelajaran. Padahal mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain
4 penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Dalam permasalahan tersebut, maka akan berakibat bahwa siswa tersebut tidak bisa mengikuti PBM dengan baik. Apabila di akhir kegiatan pembelajaran di berikan evaluasi sebagai tindak lanjut apakah siswa tersebut sudah benar-benar memahami, mengerti apa yang sudah didapatkan mereka pada hari ini, akan tetapi malah nilai yang di dapat tersebut masih banyak yang tidak memenuhi nilai KKM baik secara rata-rata kelas maupun proporsi ketuntasan siswa. Nilai KKM yang harus dicapai dalam pembelajaran IPA adalah 80. Pengamatan yang dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri Dukuh 01Kota Salatiga, yang berjumlah 35 orang, perempuan 15 sedangkan laki-laki 20. untuk hasil ulangan IPA siswa kelas IV, dapat dihitung rata-rata nilainya menggunakan SPPS 16. Untuk hasil nilai siswa pada ulangan semester 1 nilai tertingginya 88 dan nilai terkecilnya 65, hasil tuntas 57,1% sedangkan nilai yang tidak tuntas 42,9%. Tabel 1.1 Distribusi frekuensi Hasil Ulangan IPA Siswa Kelas IV No Interval nilai Frekuensi Peresentase (%) Mencapai KKM 80 1 87-93 1 2,9 % Tuntas 2 80-86 19 54,2 % Tuntas 3 73-79 5 14,2% Tidak Tuntas 4 65-72 10 28,7% Tidak Tuntas Total 35 100,0 KKM 80 Untuk hasil penelitian yang relevan tentang model kooperatif tipe STAD, penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan oleh Donatus yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk meningkatkan penguasaan konsep waktu pada mata pelajaran Matematika kelas 1 SD N Mronjo 02 Kecamatan Selopuro Kabupaten Blitar. Dapat disimpulkan bahwa hasil ekperimen ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran Cooperative Learning model STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas 1 SD N Mronjo 02. Peningkatan prestasi siswa ditunjukkan dari nilai rata-rata pretes dan post tes, pada pretes dengan hasil 70%. Sedangkan pada post tes meningkat menjadi 95%. jadi penerapan
5 pembelajaran Cooperative Learning model STAD dapat meningkatkan prestasi belajar matematika pada penguasaan konsep perhitungan waktu jam secara bulat. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri Dukuh 01 Kota Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, dalam penelitian ini, peneliti melakukan identifikasi masalah yaitu: 1) Keaktifan dan hasil belajar siswa rendah yang berakibat pada prestasi belajarnya juga rendah. 2) Pembelajaran dikelas yang sering menggunakan metode konvensional 3) Siswa cendung pasif dalam proses kegiatan belajar di kelas. 4) Media pembelajaran yang minim dan kurang menarik. 5) Guru kurang memberi perhatian lebih kepada siswa untuk belajar 6) Metode atau model pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang tepat dalam pembelajaran IPA. 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian ini lebih terfokus dan tidak menimbulkan perbedaan penafsiran mengenai judul penelitian, maka penulis membatasi objek-objek penelitian ini sebagai berikut: 1) Penerapan model pembelajaran IPA yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division). 2) Peneliti hanya meneliti siswa kelas IV SD Negeri Dukuh 01 Kota Salatiga
6 3) Indikator dalam belajar siswa adalah seberapa besar peningkatan hasil belajar yang dicapai siswa terhadap pembelajaran IPA. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut: 1) Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Dukuh 01 Kota Salatiga semester 2 tahun pelajaran 2013/2014? 2) Bagaimana model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Dukuh 01 Kota Salatiga semester 2 tahun pelajaran 2013/2014? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1) Untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Dukuh 01 Kota Salatiga semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) pada mata pelajaran IPA. 2) Untuk mendiskripsikan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) yang terbukti dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Dukuh 01 Kota Salatiga semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014. 1.6 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini memiliki beberapa manfaat, antara lain: 1.6.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini sebagaai sarana untuk manambah referensi dan bahan kajian khasanah ilmu penetahuan dibidang pendidikan dan untuk penelitian lanjutan
7 mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (student team achievement division) untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri Dukuh 01 Kota Salatiga semester 2 tahun pelajaran 2013/2014. 1.6.2 Manfaat Secara Praktis a. Bagi Siswa 1) Proses pembelajaran ini dapat membantu meningkatkan keaktifan belajar siswa sehingga dapat menyelesaikan soal-soal dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Divisions) maka hasil ketuntasan belajar siswa juga meningkat. 2) Memperbaiki praktik pembelajaran dengan sasaran akhir 3) Meningkatkan keterampilan siswa dalam mempraktikan ilmu yang sudah mereka peroleh dalam kerja nyata. b. Bagi Guru 1) Hasil penelitian ini memberikan informasi dan masukan kepada guru, khususnys guru IPA bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Divisions) ini dapat digunakan untuk menyelenggarakan pembelajaran yang lebih menarik dan kreatif. 2) Guru mendapat kesmpatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilanya. 3) Memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya sehingga pembelajaran tersebut dapat terlaksana dengan baik. c. Bagi Sekolah 1) Hasil penelitian ini memberikan sumbangan khususnya dalam rangka perbaikan pembelajaran IPA. 2) Sekolah yang gurunya sudah mampu membuat inovasi perubahan maka perbaikan pembelajaran memberi kesempatan yang besar bagi guru dan
8 sekolah untuk berkembang. Hal ini dapat sebagai bahan pertimbangan dan kajian untuk disebarluaskan pada sekolah lain. d. Penelitian Lanjutan Hasil dari penelitian ini juga dapat dimanfaatkan oleh pihak pihak yang membutuhkan bagi peneliti lanjutan yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Divisions) dalam pelajaran IPA di SD. Dalam meningkatkan keaktifan dan mencapai hasil belajar yang baik.