BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penting dalam suatu proses penjualan. Fungsi SPG antara lain melaksanakan promosi

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN EKSTROVERT DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FKIP PBSID UMS SKRIPSI

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal. individu maupun kelompok. (Diah, 2010).

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KREATIVITAS PADA MAHASISWA

maupun kelompok. Didalam menghadapi lingkungan, individu akan bersifat aktif

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap perilakunya seseorang perlu mencari tahu penyebab internal baik fisik,

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lain. Hubungan antar manusia dapat terjalin ketika

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. dengan komunikasi adalah kecemasan komunikasi. masalah-masalah yang banyak terjadi pada remaja maupun dewasa dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PSIK FK UMY) menggunakan

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sosial di lingkungan sekolah. Dalam melaksanakan fungsi interaksi sosial, remaja

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan komunikasi memiliki kaitan yang sangat erat, segala sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial yang setiap harinya menjalin hubungan

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa mengalami kecemasan komunikasi dapat terjadi didalam kelas, forum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai

BAB I PENDAHULUAN. bersaing, bergaul, ekspresi diri, harga diri dan lain-lain. Menurut Maslow (dalam Hambali 2013: ) bahwa setiap manusia

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan anak merupakan sebuah proses yang indah di mata

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial yang hidup bermasyarakat, individu tidak dapat terlepas dari

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA PENYALAHGUNA NAPZA SELAMA MASA REHABILITASI

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

BAB I PENDAHULUAN. ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. serta kebutuhan memungkinkan terjadinya konflik dan tekanan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Sebagai makluk hidup sosial, seorang individu sejak lahir hingga sepanjang hayat

BAB I PENDAHULUAN. muda, yaitu suatu masa dengan rentang usia dari 18 sampai kira-kira umur 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. benar. Proses yang baik dan benar hampir selalu melalui perjalanan yang panjang,

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal. digunakan untuk dapat berhubungan dengan orang lain adalah melalui

ELEMEN DALAM HUMAN RELATION

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidupnya, tetapi perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adaperilaku pendidikan yang tidak dilahirkan oleh proses komunikasi, baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Ia hanya dapat hidup berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk hidup sosial, dalam kesehariannya senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan

PENGARUH PENYESUAIAN DIRI TERHADAP KECEMASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA DI PANTI ASUHAN MUSLIMIN

BAB I PENDAHULUAN. dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju. dewasa. Dimana pada masa ini banyak terjadi berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi adalah peristiwa sosial yang terjadi ketika manusia berinteraksi

Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

BAB I PENDAHULUAN. merasakan tentang dirinya (sense of self) serta bagaimana cara individu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesuksesan, karena dengan kepercayaan diri yang baik seseorang akan mampu

BAB II LANDASAN TEORI. A. Wanita

BAB I PENDAHULUAN. yang membuat diri mereka berbeda dari orang lain. Tingkat lanjutan dari proses

KEPECAYAAN DIRI YAITU SUATU KEMAMPUAN PENAMPILAN HIDUP SEHARI-HARI YANG DISADARI, BAIK BERUPA AKTIVITAS FISIK ATAUPUN PSIKIS

BAB 2 TINJUAN PUSTAKA. dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualis bagi

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. membantu mereka melewati fase-fase perkembangan. Dukungan sosial akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa yang membutuhkan dorongan atau koneksi

KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fahmi Dewi Anggraeni, 2013

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Indonesia baik yang masih berstatus sebagai pelajar, mahasiswa, ataupun yang

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL (KEPUTUSASAAN )

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017

ETIKA BERKOMUNIKASI. ALREFI, M.Pd UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2016

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

Komunikasi dan Etika Profesi

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa, pada masa tersebut mahasiswa memiliki tanggung jawab terhadap masa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

Struktur Pertukaran Sosial Antara Atasan dan Bawahan di PT. Sirkulasi Kompas Gramedia Yogyakarta. Edwin Djaja / Ninik Sri Rejeki

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada manusia yang sempurna, artinya semua orang pernah. mengalami situasi sulit. Ada beberapa orang yang sebenarnya memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Masa peralihan atau masa transisi di mana para remaja belum bisa sungguh-sungguh

1. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan dengan semangat yang menggebu. Awalnya mereka menyebut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengalaman berbicara di depan umum pun tidak terlepas dari perasaaan ini.

LAMPIRAN A : SKALA PENELITIAN A-1 Skala Kecemasan pada Penderita Diabetes Mellitus A-2 Skala Konsep Diri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak akan bisa tahan untuk hidup sendiri di dunia ini. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

BAB I PENDAHULUAN. Remaja dalam arti adolescence (Inggris) berasal dari kata latin adolescere tumbuh ke

GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R.

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB II TINJAUAN TEORETIS

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK

I. PENDAHULUAN. dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, sering

NO : TB : BB : PETUNJUK PENGISIAN 1. Berikan tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB II LANDASAN TEORI. A. Interaksi Sosial. Walgito (2007) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan antara

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak akan pernah terlepas dari interaksi sosial, membutuhkan orang lain, dan selalu berusaha menjalin hubungan dengan sesamanya melalui komunikasi. Proses komunikasi terjadi saat manusia dapat menyampaikan informasi, ide, konsepsi, pengetahuan, perasaan, sikap, perbuatan, kepada sesamanya secara timbal balik, sebagai penyampai maupun penerima komunikasi. Komunikasi dapat dilakukan secara verbal, maupun non verbal. Komunikasi secara verbal dilakukan melalui berbicara dan menulis, sedangkan komunikasi non verbal dilakukan dengan tindakan atau atribusi yang dilakukan seseorang untuk bertukar makna, dan mencapai tujuan tertentu. Barker (dalam DeVito, 1997), menyatakan bahwa saat berkomunikasi menggunakan waktu sebesar 16 % untuk berbicara dan 14 % untuk menulis, sedangkan menurut Mulyana (2005) bahwa komunikasi non verbal dapat dilihat melalui ekspresi wajah, nada suara, gerakan anggota tubuh, kontak mata, rancangan ruang, polapola perabaan, gerakan ekspresif, dan perbedaan budaya. Oleh sebab itu, manusia tidak dapat dilepaskan dari berbicara, berekspresi, serta bergerak saat melakukan proses komunikasi. Proses komunikasi tidak selamanya berjalan lancar dan efektif karena gangguan internal lebih sulit dikendalikan seperti faktor-faktor psikologis, yaitu perasaan cemas, rendah diri, dan tidak percaya diri saat berkomunikasi, 1

2 sedangkan perubahan fisiologis yang terjadi ketika cemas yaitu denyut jantung, pernafasan, dan tekanan darah yang meningkat. Remaja dihadapkan pada masalah dari dalam yakni, kesulitan berkomunikasi atau sering disebut sebagai hambatan komunikasi (communication apprehension) (Rakhmat, 2007). Remaja yang mengalami hambatan komunikasi (communication apprehension) akan merasa sulit dan merasa cemas ketika harus berkomunikasi antar pribadi dengan manusia lain, sehingga tidak mampu mencerminkan rasa kehangatan, keterbukaan, dan dukungan. Peristiwa komunikasi antar pribadi sebenarnya mampu menimbulkan perasaan senang bagi pihak yang bersangkutan atau menjadi peristiwa yang tidak menarik, dan bahkan cenderung untuk dihindari. Masalah kecemasan berkomunikasi ternyata merupakan suatu masalah yang menarik, sehingga banyak peneliti di luar negeri yang melakukan penelitian. Hasil penelitian Croskey (dalam Mariani, 1991) menunjukkan bahwa 15-20% remaja di Amerika Serikat menderita hambatan komunikasi (communication apprehension). Burgoon dan Ruffner (dalam Wulandari, 2004) yang melakukan penelitiannya di Amerika Serikat mengemukakan bahwa 10-20% populasi di Amerika Serikat mengalami kecemasan berkomunikasi yang sangat tinggi, dan sekitar 20% yang mengalami kecemasan komunikasi yang cukup tinggi. Dalam penelilitian yang dilakukan di Indonesia oleh PKBI (2007) menyebutkan bahwa 19% remaja Yogyakarta mengalami masalah terkait dengan komunikasi (dalam Nuraeni, 2010). Penelitian yang dilakukan Nuraeni (2010) menemukan bahwa dari hasil analisis data menunjukkan tingkat kepercayaan diri

3 berada pada kategori tinggi ada 33 siswa dengan prosentase 40% dan kecemasan komunikasi interpersonal siswa berada pada kategori rendah ada 62 siswa dengan prosentase 75%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal. Komunikasi Interpersonal berlangsung diantara individu, bersifat mempribadi dan dibangun atas sendi-sendi pengakuan dan penghargaan yang tinggi atas martabat manusiawi. Komunikasi Interpersonal (kerap disebut juga komunikasi antarpribadi) mampu memanusiawikan manusia sebagai pribadi yang pantas dan selayaknya dihormati, dihargai dan diberdayakan (Rakhmat, 2007). Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan (05 April 2011) bahwa siswa-siswi memiliki konsep diri yang positif dimana siswa-siswi bisa menerima keadaannya yang diperlihatkan dengan siswa-siswi memiliki kepercayaan diri yang tinggi seperti siswa-siswi tidak mencontek ketika ulangan di kelas akan tetapi siswa-siswi merasakan kecemasan komunikasi interpersonal dalam hari-harinya di sekolah. Hal ini bisa dilihat dari beberapa siswa yang ketika mengobrol dengan temannya siswa mengalami perasaan tidak menyenangkan. Ketika mengobrol dengan teman, seolah-olah pembicaraan tersebut memojokkannya lalu menghindar dari kerumunan itu dan memilih sendiri padahal temannya itu hanya bercanda. Menurutnya perasaan itu muncul begitu saja dan sulit dihilangkan. Selain itu salah satu siswa mengatakan bahwa jika berkomunikasi dengan temannya hanya sekedar mengobrol biasa di jam istirahat dan merasa bingung untuk memposisikan dirinya, jika berkumpul bersama dalam suatu kelompok kecil

4 siswa terlihat khawatir, tertekan dari tangan yang selalu berkeringat, serta gugup nampak bingung dalam memulai pembicaraan dan takut topik pembicaraannya tidak menarik. Selain itu jika ada masalah dengan temannya, siswa tersebut tidak berani mengutarakan isi hatinya. Siswa lebih memilih diam karena jika dibicarakan khawatirnya akan memperpanjang masalah dan takut jika siswa ditinggalkan teman-temannya. Hal tersebut adalah salah satu ciri kecemasan komunikasi interpersonal yaitu meninggalkan situasi yang menimbulkan kecemasan. Tumbuh kembangnya kecemasan komunikasi interpersonal dipengaruhi oleh konsep diri (Suliswati, 2005). Rakhmat (2007) mengemukakan bahwa konsep diri mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku individu, yaitu individu akan bertingkah laku sesuai dengan konsep diri yang dimiliki. Misalnya bila seorang individu berpikir bahwa dirinya bodoh, individu tersebut akan benar - benar menjadi bodoh. Sebaliknya apabila individu tersebut merasa bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk mengatasi persoalan, maka persoalan apapun yang dihadapinya pada akhirnya dapat diatasi. Ini karena individu tersebut berusaha hidup sesuai dengan label yang diletakkan pada dirinya. Dengan kata lain sukses komunikasi interpersonal banyak bergantung pada kualitas konsep diri seseorang, positif atau negatif. Konsep diri penting artinya karena individu dapat memandang diri dan dunianya, mempengaruhi tidak hanya individu berperilaku, tetapi juga tingkat kepuasan yang diperoleh dalam hidupnya. Pandangan terhadap diri meliputi gambaran mengenai siapa dan bagaimana diri seseorang, apa saja kekuatan dan

5 kelemahannya, selanjutnya akan mengarahkan seseorang untuk mengukur sejauhmana hal-hal tertentu dapat dilakukan atau tidak dapat dilakukannya (Hidajat dalam Setyani, 2007). Konsep diri dapat bersifat psikis dan fisik serta dapat berkembang menjadi konsep diri positif atau negatif (Brooks dalam Rahmat, 2007). Remaja yang memiliki konsep diri positif akan menyukai dan menerima keadaan dirinya sehingga akan mengembangkan rasa percaya diri, harga diri, dan mampu melihat dirinya secara realistis. Remaja dengan konsep diri realistis akan lebih mampu menentukan tujuan yang sesuai dengan kemampuannya, sehingga akan lebih mudah mencapai tujuan tersebut (Adiyanti, 2006). Remaja dengan konsep diri positif akan memandang positif tuntutan - tuntutan dari sekolah, orang tua, dan teman sebaya karena memiliki pandangan yang positif terhadap kualitas kemampuannya. Remaja dengan konsep diri positif tidak akan mudah putus asa karena memiliki keyakinan pasti berhasil dengan kepandaiannya, meskipun mengalami kegagalan akan tetap bersikap positif. Remaja mampu memperbaiki diri dengan mengevaluasi usaha yang telah dilakukannya dan kemudian memperbaikinya (Arini dalam Setyani 2007). Remaja yang memiliki konsep diri positif akan memiliki dorongan mandiri lebih baik, dapat mengenal serta memahami dirinya sendiri sehingga dapat berprilaku efektif dalam berbagai situasi. Konsep diri positif bukanlah suatu kebanggaan yang besar tentang diri tetapi berupa penerimaan diri sehingga bisa melakukan komunikasi interpersonal dengan teman teman dan guru. Remaja yang memiliki konsep diri positif dapat memahami dan menerima sejumlah faktor

6 yang sangat bermacam macam tentang dirinya sendiri. Dalam hal ini remaja dapat menerima dirinya secara apa adanya dan akan mampu mengkoreksi diri atau lebih mengenal dirinya, serta kelemahan dan kelebihan yang dimiliki. Remaja dengan konsep diri yang negatif cenderung memiliki pendekatan yang negatif dalam menghadapi tuntutan-tuntutan dari sekolah, orang tua, dan teman sebaya karena memiliki gambaran diri dan evaluasi diri yang negatif. Remaja dengan konsep diri negatif cenderung tidak mengetahui kelemahan dan kelebihannya sehingga merasa tidak mampu melakukan apapun (Calhoun dan Acocella, 1995). Remaja yang memiliki konsep diri negatif apapun yang dicapainya dianggap tidak berharga dibandingkan dengan yang dicapai orang lain. Orang semacam ini sangat mungkin mengalami kecemasan karena menghadapi informasi dirinya sendiri yang tidak dapat diterimanya dengan baik..seseorang dengan konsep diri negatif terlalu banyak atau bisa juga terlalu sedikit harapan dalam hidupnya, yang sebenarnya tidak sesuai dengan keadaan dirinya. Oleh karena tidak punya harapan, maka tidak mengharapkan suatu kesuksesan apapun, sehingga tidak akan pernah merasa sukses. Bisa juga sebaliknya, karena harapannya terlalu tinggi, maka apa yang telah dicapainya dianggap masih jauh dari harapannya. Dengan kata lain, orang dengan konsep diri negatif mempunyai pengharapan yang tidak realistis (Aristorahadi, 2008). Berdasarkan uraian serta permasalahan yang muncul maka penulis merumuskan pertanyaan penelitian yaitu. Apakah ada hubungan antara konsep diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal? Berdasarkan rumusan masalah

7 tersebut maka peneliti tertarik untuk mengkaji secara empirik dengan mengadakan penelitian berjudul: Hubungan Antara Konsep Diri dengan Kecemasan Komunikasi Interpersonal pada Remaja. B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal pada remaja. 2. Untuk mengetahui peran konsep diri terhadap kecemasan komunikasi interpersonal pada remaja. 3. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat kecemasan komunikasi interpersonal pada remaja. 4. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat konsep diri pada remaja. 5. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh aspek-aspek konsep diri terhadap kecemasan komunikasi interpersonal pada remaja. C. Manfaat Penelitian Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini antara lain: 1. Bagi Kepala Sekolah, diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan tentang konsep diri terhadap kecemasan komunikasi interpersonal siswa sehingga dapat dijadikan acuan dalam mengambil kebijakan yang bermanfaat tentang komunikasi interpersonal yang baik.

8 2. Bagi Guru Kelas, dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan dalam memberi bantuan kepada siswa yang mempunyai masalah dengan komunikasi interpersonalnya. 3. Bagi Siswa, membantu siswa untuk dapat meningkatkan konsep diri yang positif sehingga tidak adanya kecemasan komunikasi interpersonal sehingga dapat menunjang keterbukaan diri siswa. 4. Bagi Orang Tua, diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan tentang hasil penelitian yaitu untuk mengetahui gambaran mengenai konsep diri, sehingga peran orang tua dalam kaitannya dengan kecemasan komunikasi interpersonal dapat berjalan dengan semestinya. 5. Bagi Peneliti Lain, dapat dijadikan referensi untuk mengadakan penelitian sejenis atau mengembangkan lagi penelitian ini sehingga menambah wacana yang sudah ada sebelumnya.