repository.unimus.ac.id

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK. Kata kunci: anak balita, perkembangan, indeks antropometri, pertumbuhan, motorik kasar

BAB I PENDAHULUAN. Usia toddler merupakan usia anak dimana dalam perjalanannya terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan adalah salah satu ciri khas pada. anak yang pasti terjadi, dimulai dari masa konsepsi

KERANGKA ACUAN STIMULASI DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG (SDIDTK) ANAK

PENILAIAN STATUS GIZI BALITA (ANTROPOMETRI) Saptawati Bardosono

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, deteksi, intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes

Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) 1. Pengertian Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan pada masa pra sekolah merupakan tahap

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang

PINTAR BANANA SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI KUALITAS BALITA DI RW 04 DAN RW 05 DESA ROWOSARI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. (Wong, 2009). Usia pra sekolah disebut juga masa emas (golden age) karena pada

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berkualitas. Dukungan gizi yang memenuhi kebutuhan sangat berarti

BAB I PENDAHULUAN. diulang lagi, maka masa balita disebut sebagai masa keemasan (golden period),

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekurangan gizi terutama pada anak-anak akan mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional di bidang kesehatan adalah upaya yang. dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang sering terjadi pada anak balita, karena anak. balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga

PENGEMBANGAN DAN UJI COBA ALAT PUTAR STATUS GIZI BALITA (STANDAR WHO 2005) Leni Sri Rahayu, Ony Linda, Zulazmi Mamdy dan Evindyah Prita Dewi 1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lima tahun pertama kehidupan anak adalah masa yang sangat penting karena

BAB I PENDAHULUAN. badan kurang dari 2500 gram saat lahir 1, sedangkan Berat Badan Lahir

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. apabila prasyarat keadaan gizi yang baik terpenuhi. Masalah gizi yang sering

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

BAB 1 PENDAHULUAN. sulit diharapkan untuk berhasil membangun bangsa itu sendiri. (Hadi, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Periode lima tahun pertama kehidupan anak (masa balita) merupakan masa

BAB 1 PENDAHULUAN. mortalitasnya yang masih tinggi. Diare adalah penyakit yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periode penting dalam masa tumbuh kembang seorang anak adalah masa

KERANGKA ACUAN KERJA STIMULASI, DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG ( SDIDTK)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan gizi masih menjadi masalah yang serius. Kekurangan gizi

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Tahapan perkembangan merupakan tingkatan tumbuh dan

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan, karena masa balita

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya

JUKNIS PELAKSANAAN KELAS GIZI TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada pertengahan tahun 2008 karena penurunan ekonomi global.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan salah satu unsur penting sebagai penentu dalam peningkatan kualitas

HUBUNGAN STATUS GIZI BERDASARKAN INDEKS ANTROPOMETRI TUNGGAL DAN ANALISIS LANJUT DATA RISKESDAS 2007 YEKTI WIDODO & TIM

BAB I PENDAHULUAN. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang kekurangan gizi dengan indeks BB/U kecil dari -2 SD dan kelebihan gizi yang

BAB I PENDAHULUAAN. Masa balita adalah masa kehidupan yang sangat penting dan perlu

BAB I PENDAHULUAN. dari 400 gr di waktu lahir menjadi 3 kali lipatnya seteleh akhir tahun ketiga

BAB I PENDAHULUAN. yaitu faktor genetik dan non genetik, seperti lingkungan, nutrisi, dan penyakit.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa balita merupakan periode penting dalam proses. tumbuh kembang manusia. Pertumbuhan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Guna. mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita, orang tua perlu

BAB I PENDAHULUAN. pertama kali posyandu diperkenalkan pada tahun 1985, Posyandu menjadi. salah satu wujud pemberdayaan masyarakat yang strategis

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa emas (golden age) dalam rentang. perkembangan seorang individu, pada masa ini anak mengalami

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan salah satu indikator masalah gizi yang menjadi fokus

BAB 1 PENDAHULUAN. Down, gangguan mental dan lain-lain. Oleh karena itu penyimpangan

Oleh : Suyanti ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kamatian ibu dan bayi. menurut World Health Organization



BAB I PENDAHULUAN. terutama penyakit infeksi. Asupan gizi yang kurang akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sumber daya yang berkualitas tidak hanya dilihat secara fisik namun

BAB I PENDAHULUAN. fisik. Pertumbuhan anak pada usia balita sangat pesat sehingga memerlukan

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBITAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. (Departemen Kesehatan, 2009). Di Indonesia tahun 2012 tercatat jumlah bayi

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh rendahnya status gizi dan kesehatan penduduk Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena

DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG (DDTK)

GAMBARAN PERKEMBANGAN BALITA GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stunting atau pendek merupakan salah satu indikator gizi klinis yang dapat memberikan gambaran gangguan keadaan

BAB I PENDAHULUAN. usia dini, 50% akan mencapai kemampuan kemudian, 75% anak akan mencapai

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI. Hari Anak-Anak Balita 8 April SITUASI BALITA PENDEK

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahun pertama dalam kehidupannya yang merupakan. lingkungan bagi anak untuk memperoleh stimulasi psikososial.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dengan segala hasil yang ingin dicapai, di setiap negara

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan toddler. Anak usia toddler yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB I PENDAHULUAN. mengancam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat diperlukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu ukuran fisik. penduduk (Depkes, 2004). Guna menyukseskan hal tersebut maka

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

Kartu Menuju Sehat (KMS)

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANGSARI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan diarahkan pada meningkatnya mutu SDM yang berkualitas. Salah

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan satu sama lain tetapi sifatnya berbeda, namun ke dua nya. mengenal faktor resiko pada anak usia toddler.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MODEL PENENTUAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan prevalensi balita gizi pendek menjadi 32% (Kemenkes RI, 2010).

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) dengan ambang batas (z-score) antara -3

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang akhir-akhir ini muncul di dunia. Di seluruh dunia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan pada Provinsi Jawa Barat 2007 dijumpai dari balita yang. terancam bergizi buruk sebanyak bayi.

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu program prioritas pembangunan kesehatan dalam periode tahun 2015-2019 difokuskan pada penurunan prevalensi balita pendek (stunting) sebagai salah satu upaya peningkatan status gizi masyarakat, dengan target penurunan prevalensi stunting adalah 28%. Menurut WHO 2014, prevalensi balita stunting menjadi masalah kesehatan masyarakat jika prevalensinya 20% atau lebih. Dibandingkan beberapa negara tetangga, prevalensi balita stunting di Indonesia tertinggi dan Global Nutrition Report tahun 2014 menunjukkan Indonesia termasuk dalam 17 negara, di antara 117 negara, yang mempunyai tiga masalah gizi yaitu stunting, wasting dan overweight pada balita. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 mengenai balita stunting adalah 37,2% jika dibandingkan tahun 2010 (35,6%) dan tahun 2007 (36,8) tidak menunjukkan penurunan yang signifikan ( Kemenkes RI,2016). Stunting adalah retardasi pertumbuhan linier dengan defisit dalam panjang atau tinggi badan sebesar kurang dari -2 SD Z-Skor, menurut baku rujukan pertumbuhan (WHO-NCHS). Kejadian stunting mempunyai konsekuensi jangka pendek dan panjang yang merugikan dan berhubungan dengan meningkatnya morbiditas dan mortalitas anak, menurunnya perkembangan kognitif, motorik, sosial emosi, menurunnya performa sekolah dan kemampuan kapasitas pembelajaran, menurunnya kapasitas kerja dan produktivitas, rendahnya tinggi badan ibu saat dewasa dan meningkatnya obesitas dan kejadian penyakit tidak menular (Black et. al., 2013). Periode emas dalam kehidupan balita dicirikan oleh pertumbuhan dan perkembangan yang berlangsung pesat tapi rentan terhadap kekurangan gizi. Tumbuh kembang pada periode ini perlu diperhatikan secara cermat agar jika terjadi kelainan dapat terdeteksi sedini mungkin. Deteksi dini dapat dilakukan melalui penilaian pertumbuhan fisik dan penilaian perkembangan motorik anak. Penilaian pertumbuhan fisik dengan pengukuran berat badan dan panjang badan atau tinggi badan untuk menentukan status gizi anak. Penilaian perkembangan 1

2 motorik dengan menggunakan instrumen khusus yaitu Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) (Kemenkes RI, 2012). Penelitian Hizni, dkk tahun 2010 menemukan bahwa stunting lebih berhubungan dengan aspek keterlambatan perkembangan bahasa anak dan motorik halus. Kelompok balita tidak stunting memiliki perkembangan bahasa dan kognitif yang lebih tinggi daripada kelompok balita stunting. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rosidi dan Syamsianah, 2012 di Kota Semarang menunjukkan bahwa ukuran antropometri yang berhubungan dengan perkembangan motorik kasar adalah tinggi badan dalam bentuk indeks tinggi badan berdasarkan Umur (TB/U) dan indeks massa tubuh berdasarkan Umur (IMT/U). Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Febrikaharisma dan Probosari, 2013 menunjukkan tidak ada hubungan antara status TB/U dengan fungsi motorik anak usia 2-4 tahun dan disarankan perlu adanya pemantauan perkembangan motorik balita secara rutin oleh puskesmas dan meningkatkan peran serta orang tua dengan memberikan pengertian dan penyuluhan saat kegiatan posyandu agar selalu mendapat informasi mengenai status gizi dan perkembangan motorik. Prevalensi kasus stunting di Jawa Tengah berdasarkan Riskesdas tahun 2010 yaitu sebanyak 33,9% dan mengalami peningkatan ditahun 2013 yaitu sebesar 37%. Berdasarkan data pemantauan status gizi balita di Puskesmas Duren, terjadi peningkatan kejadian stunting sebanyak 6,08% dari 2016 sampai 2017. Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang anak (SDIDTK) sudah dilaksanakan di Puskemas Duren sejak tahun 2008. Program ini bertujuan melakukan stimulasi yang memadai agar perkembangan kemampuan gerak/motorik kasar dan halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian pada anak berlangsung secara optimal sesuai dengan umurnya dan mendeteksi sedini mungkin penyimpangan tumbuh kembang yang terjadi pada balita.capaian Kinerja Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) anak balita dan pra sekolah (0-5 th) Puskesmas Duren tahun 2016 adalah 88,9%.Target DDTK Kabupaten Semarang tahun 2016 adalah 90% (Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2016).

3 Berdasarkan permasalahan tersebut, mendasari penulis untuk melakukan penelitian mengenai perbedaan tumbuh kembang balita stunting dan tidak stunting di wilayah kerja Puskesmas Duren. 1.2 Rumusan Masalah Adakah perbedaan tumbuh kembang balita stunting dan tidak stunting di wilayah kerja Puskesmas Duren? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui perbedaan tumbuh kembang balita stunting dan tidak stunting di wilayah kerja Puskesmas Duren. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan status gizi dengan Indeks BB/U pada balita stunting dan tidak stunting di wilayah kerja Puskesmas Duren. b. Mendeskripsikan status gizi dengan Indeks BB/TB pada balita stunting dan tidak stunting di wilayah kerja Puskesmas Duren. c. Mendeskripsikan perkembangan balita dengan skrining KPSP pada balita stunting dan tidak stunting di wilayah kerja Puskesmas Duren. d. Menganalisis perbedaan pertumbuhan berdasarkan indeks BB/U pada balita stunting dan tidak stunting di wilayah kerja Puskesmas Duren. e. Menganalisis perbedaan pertumbuhan berdasarkan indeks BB/TB pada balita stunting dan tidak stunting di wilayah kerja Puskesmas Duren. f. Menganalisis perbedaan perkembangan motorik kasar, motorik halus, kemampuan bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian balita stunting dan tidak stunting di wilayah kerja Puskesmas Duren.

4 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti a. Untuk mengimplementasikan pengetahuan yang telah didapat secara akademis di masyarakat. b. Untuk mengetahui perbedaan tumbuh kembang balita stunting dan tidak stunting. 1.4.2 Bagi Puskesmas Bahan masukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan bayi dan balita. 1.4.3 Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Dapat dijadikan masukan informasi dalam menyusun kebijakan dan strategi program-program kesehatan terutama yang berhubungan dengan pelayanan gizi masyarakat.

5 1.5 Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Daftar Keaslian Penelitian NO Nama, judul,tahun Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1 Hizni A, Julia M dan Variabel bebas : Hubungan bermakna Gamayanti I L, Status stunted dan hubungannnya Status stunted Variabel terikat : Perkembangan anak antara perkembangan motorik halus, motorik kasar, perkembangan dengan balita bahasa, tinggi badan perkembangan anak ibu dengan status balita di wilayah stunted. Pesisir Pantai Utara Hubungan yang Kecamatan bermakna antara Lemahwungkuk pendidikan ibu, Kota Cirebon, Tahun 2010 pekerjaan ibu dengan perkembangan anak. Status stunted paling berhubungan dengan keterlambatan perkembangan bahasa anak. 2 Rosidi A dan Syamsianah A, Optimalisasi Perkembangan Motorik Kasar dan Ukuran Antropometri Anak Balita di Posyandu Balitaku Sayang Kelurahan Jangli Kecamatan Tembalang Kota Semarang, Tahun 2012 3 Febrikaharisma M H, Probosari E, Hubungan antara TB/U dengan Fungsi Motorik Anak Usia 2-4 Tahun, Tahun 2013 Variabel bebas : Pendidikan Ibu, Pekerjaan Ibu, Jenis kelamin balita, Indeks BB/U, Indeks TB/U, Indeks BB/TB, IMT/U Variabel terikat : Perkembangan motorik kasar balita Variabel bebas : TB/U Variabel terikat : Fungsi motorik anak usia 2-4 tahun Ukuran antropometri yang berhubungan dengan perkembangan motorik kasar adalah tinggi badan dalam bentuk indeks tinggi badan berdasarkan umur (TB/U) dan indeks massa tubuh berdasarkan umur (IMT/U). Tidak terdapat hubungan antara status TB/U dengan fungsi motorik anak usia 2-4 tahun. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian bertujuan melihat perbedaan tumbuh kembang pada balita stunting dan tidak stunting dengan populasi penelitian adalah balita umur 12-59 bulan. Lokasi penelitian pada balita di wilayah kerja Puskesmas Duren Kabupaten Semarang dan belum pernah dilakukan penelitian sejenis di tempat tersebut

6 sebelumnya. Ukuran antropometri yang digunakan adalah indeks berat badan berdasarkan umur (BB/U) dan berat badan berdasarkan tinggi badan (BB/TB).Berbeda dengan ketiga penelitian diatas yang menggunakan Tes Denver II untuk menilai perkembangan motorik, pada penelitian ini penilaian perkembangan dengan menggunakan instrumen Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) menurut umur.