Semiloka Nasional Kebencanaan Pusat Studi Kebumian, Bencana dan Perubahan Iklim-LPPM ITS & HAPPI JATIM Surabaya, 11 Desember 2018

dokumen-dokumen yang mirip
PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM

PENANGANAN TERPADU DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DI WILAYAH PESISIR, LAUTAN DAN PULAU

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KERANGKA RAPERMEN TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN BATAS SEMPADAN PANTAI

BAB I PENDAHULUAN. antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di

PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 ayat (2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI BANGKA TENGAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

BAB I PENDAHULUAN. Potensi wilayah pesisir dan laut Indonesia dipandang dari segi. pembangunan adalah sebagai berikut ; pertama, sumberdaya yang dapat

GUBERNUR SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

BAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan Salomon, dalam Rahayu et al. (2006), untuk mengurangi dampak perubahan

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut

BAB I PENDAHULUAN. (Estradivari et al. 2009).

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI NELAYAN

TINJUAN PUSTAKA. Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN PERLINDUNGAN

Modul 1 : Ruang Lingkup dan Perkembangan Ekologi Laut Modul 2 : Lautan sebagai Habitat Organisme Laut Modul 3 : Faktor Fisika dan Kimia Lautan

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk kedalam negara kepulauan yang memiliki garis

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

POTENSI EKOLOGIS KEANEKARAGAMAN HAYATI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Metode Identifikasi

DAFTAR PUSTAKA. 1. BAKOSURTANAL, Pusat Survei Sumber Daya Alam Laut Buku Tahunan. Bogor.

BAB I PENDAHULUAN. Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai

KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN. Deputi Bidang SDA dan LH

Definisi dan Batasan Wilayah Pesisir

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

EKOSISTEM LAUT TROPIS (INTERAKSI ANTAR EKOSISTEM LAUT TROPIS ) ANI RAHMAWATI JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNTIRTA

Tantangan Ke Depan. 154 Tantangan Ke Depan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di

DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DIREKTORAT KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL LAUT

MODUL 5: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM BAHAYA GENANGAN PESISIR

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat pulih (seperti minyak bumi dan gas serta mineral atau bahan

Keterkaitan Rencana Strategis Pesisir dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai Timur

SUMBER DAYA HABIS TERPAKAI YANG DAPAT DIPERBAHARUI. Pertemuan ke 2

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa

92 pulau terluar. overfishing. 12 bioekoregion 11 WPP. Ancaman kerusakan sumberdaya ISU PERMASALAHAN SECARA UMUM

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat. Selain keunikannya, terdapat beragam fungsi yang dapat dihasilkan

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

EKOSISTEM SEBAGAI MODAL ALAM

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2015 TENTANG PENGAMANAN PANTAI

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya, tergenang secara terus menerus atau musiman, terbentuk secara alami

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir

BAB I PENDAHULUAN. seolah tidak pernah berhenti membangun. mengubah pula susunan alamiah yang mendominasi sebelumnya.

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh

BAB IV KEMANFAATAN PEMETAAN ENTITAS ENTITAS EKOSISTEM DALAM PERSPEKTIF PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 09/PRT/M/2010 Tentang PEDOMAN PENGAMANAN PANTAI MENTERI PEKERJAAN UMUM,

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN EKOSITEM PERAIRAN

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

KAJIAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN KAMPUNG LAUT KABUPATEN CILACAP TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Terumbu karang merupakan komponen ekosistem utama pesisir dan laut

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

ABSTRAK. Kata Kunci: ekowisata pesisir, edukasi, hutan pantai, konservasi, perencanaan. iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

I. PENDAHULUAN. Menurut Tomlinson(1986), mangrove merupakan sebutan umum yang digunakan

I. PENDAHULUAN. terumbu karang untuk berkembangbiak dan hidup. Secara geografis terletak pada garis

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Mangrove

10. Pemberian bimbingan teknis pelaksanaan eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut di wilayah laut kewenangan daerah.

EKOSISTEM LAUT DANGKAL EKOSISTEM LAUT DANGKAL

EKOSISTEM. Yuni wibowo

Transkripsi:

Semiloka Nasional Kebencanaan Pusat Studi Kebumian, Bencana dan Perubahan Iklim-LPPM ITS & HAPPI JATIM Surabaya, 11 Desember 2018

Ekosistem pesisir dan laut (estuaria, mangrove, lamun, terumbu karang dan pantai) menghasilkan sekitar 43% sumberdaya alam dan jasa lingkungan (Costanza, et.al, 1997) 85% kehidupan biota laut tropis bergantung pada ekosistem pesisir (Berwick,1982) 80-90% output perikanan berasal dari perairan dangkal/pesisir (FAO, 1998) Menyediakan nutrisi bagi sekitar 3 milyar manusia, dan menghasilkan sekitar US$ 70 milyar pertahun perdagangan produk perikanan dunia.

Menyediakan jasa kelautan bagi kegiatan pariwisata, transportasi laut, industri bioteknologi dan industri maritim. Merupakan multiple-use zone dimana berlaku regim open access. Berperan sebagai pereduksi pencemaran perairan, memerangkap sedimen dari daratan, dan penyanggah erosi.

Perubahan iklim Peningkatan pencemaran dari daratan dan laut Penurunan keanekaragaman hayati dan produktivitas perairan pesisir Over-eksploitasi sumberdaya hayati/ikan pesisir Peningkatan populasi penduduk di wilayah pesisir Peningkatan industri di wilayah pesisir

Meningkatnya radiasi ultra violet dan suhu Meningkatnya CO 2 di laut, sehingga meningkatkan keasaman laut Berubahnya sirkulasi air laut dan upwelling karena meningkatnya stabilitas vertikal Berubahnya badai musiman, arus permukaan, dan presipitasi Naiknya muka air laut

Perubahan Iklim Peningkatan suhu atmosfir (0,2-0,3 o C per dekade) Ekosistem Pesisir Ekosistem mangrove, lamun, terumbu karang dan pulaupulau kecil Dampak Ekspansi mangrove dan lamun ke lintang yang lebih tinggi Perubahan komposisi, laju pertumbuhan, dan siklus reproduksi spesies mangrove dan lamun Peningkatan laju pemutihan karang Kerentanan karang yang lebih tinggi terhadap berbagai jenis penyakit Pola dinamika dan pertumbuhan populasi fitoplankton yang berubah, yang menyebabkan keseimbangan dan produktivitas ekosistem (marak alga yang berbahaya) Eutrofikasi pada muara dan laguna, yang

Perubahan Iklim Kenaikan permukaan laut (1,0-3,0 mm/tahun) Ekosistem Pesisir Ekosistem mangrove, lamun, terumbu karang dan pulaupulau kecil Dampak Migrasi dan hilangnya habitat Ekspansi mangrove dan lamun ke arah daratan Erosi pada sisi yang menghadap ke laut dari mangrove dan lamun Perubahan pola zonasi mangrove Peningkatan tutupan karang di lingkar terumbu tepi Penurunan efisiensi mangrove, lamun dan terumbu karang dalam perlindungan pesisir Penggenangan air laut di laguna dan pulau karang dataran

Perubahan Iklim Perubahan Presipitasi Ekosistem Pesisir Ekosistem mangrove, lamun, terumbu karang dan pulaupulau kecil Dampak Menurunnya salinitas tanah dan meningkatnya kandungan air dengan meningkatnya curah hujan akan meningkatkan pertumbuhan mangrove dan sebaliknya Berubahnya komposisi fauna dan zonasi tergantung pada toleransi thd salinitas Menurunnya penutupan karang pada terumbu tepi Meningkatnya kerentanan karang thd tekanan lingkungan Meningkatnya laju sedimentasi, nutrien dan kontaminan lain pada terumbu karang

Mitigasi Bencana adalah upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik secara struktur atau fisik melalui pembangunan fisik alami dan/atau buatan maupun nonstruktur atau nonfisik melalui peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana di wilayah pesisir dan pulaupulau kecil. (PP N0. 64 Tahun 2010 tentang Mitigasi Bencana di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil)

Bahaya bencana alam terjadi pada lingkungan alami yang menjadi tempat dimana kita hidup. Bencana hanya terjadi bila bahaya bencana bersentuhan dengan aktivitas manusia (dengan manusia dan harta bendanya). Bahaya bencana alam tidak dapat dikelola, sedangkan aktivitas manusia dapat dikelola. Mitigasi dampak bahaya bencana alam melibatkan pengelolaan aktivitas manusia.

Perlindungan ekosistem pesisir Preservasi gumuk pasir Sempadan pantai Pengendalian erosi dan sedimentasi Preservasi dan restorasi lahan basah Preservasi habitat Stabilisasi kelerengan pantai

Tonnes CO2/ha Stok Karbon Tersimpan sebagai Biomassa (± 160 ton C/ha) Carbon sequestration in a Rhizophora apiculata Mangrove forest 650 600 550 500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 R 2 = 0,9833 0 5 10 15 20 25 30 35 40 Age (years) Sumber: Pieter van Eijk, 2009 12

2.67 Ton C/ha/th Produktivitas Primer Bersih 13.8 T/ha/thn 1.17 Ton C/ha/th Bahan org partikel (POC)/Bahan org. terlarut (DOC) 10 Ton C/ha/th (tdk diketahui nasibnya) Sumber: IUCN 2009

~ 68% Produktivitas Primer Bersih 4 - >8 Ton/ha/thn ~ 0,83 Ton C/ha/th ~ 24% Sumber: IUCN 2009

Lamun merupakan pembenam karbon alamiah yang lebih besar daripada hutan alami Amazon 1.02 t C ha -1 tahun 1 (Grace et al. 1993) Up to 17 t C ha -1 tahun 1 (Duarte et al. 2005)

McLeod et al (2011) Komunitas tumbuhan pesisir berkontribusi sebesar 46,9% pembenaman karbon di dasar laut.

Karbon tersimpan dalam substrat lamun bisa lebih daripada dalam tanah hutan Foruqurean et al (2012)

Mitigasi bencana berbasis ekosistem pesisir: sangat penting, efektif biaya, manfaat ganda. Bukan satu-satunya solusi: perlu dikaitkan dengan masyarakat dan pendekatan berbasis rekayasa. Memerlukan banyak penelitian untuk mengangkat potensinya secara utuh.