Filosofi dalam pendidikan ini mengartikan belajar dan pembelajaran

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Pendidikan membuat manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan. Menurut Suharjo (2006: 1), pendidikan memainkan peranan. emosi, pengetahuan dan pengalaman peserta didik.

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya, karena kualitas pendidikan merupakan. tingkat kesejahteraan masyarakat pada suatu negara. Melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2009:171) mengemukakan

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Media,2003), hlm 6. 1 UU RI No.20 th 2003 Bab II pasal 3 tentang SISDIKNAS, (Bandung: Fokus

BAB I PENDAHULUAN. nasional, pasal 1 ayat (1) dikemukakan bahwa :

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak hanya berlangsung pada satu tahap perkembangan saja

BAB I PENDAHULUAN. proses pendidikan pada umumnya yang bertujuan membawa anak didik atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Salah satu masalah yang sering dihadapi pendidikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Peneliti menjelaskan di dalam bab ini tentang: latar belakang masalah,

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepada metode pembelajaran dengan siswa dari tingkat kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ivo Aulia Putri Yatni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. satu usaha yang dilakukan agar peran pendidikan dapat tercapai, maka kita. sebagai Warga Negara Indonesia harus berusaha belajar.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

I. PENDAHULUAN. Pendidikan dilakukan secara terencana dalam mewujudkan proses pembelajaran agar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Dimana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dewasa ini bukan hanya untuk memenuhi target kurikulum semata, namun menuntut adanya pemahaman kepada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN. sertifikasi untuk meningkatkan kemampuan profesional pendidik, kebijakan baik kurikulum maupun standar pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia haruslah dilakukan dalam konteks

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Permendikbud No. 67 tahun 2013, kurikulum 2013 dirancang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. berhala yang dianggap suci oleh seluruh bangsa Arab. Oleh karena itu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. dan karakter manusia. Hal itu sejalan dengan Undang-Undang tentang. dan negara. Menurut pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 pasal 3, menegaskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi

SKRIPSI OLEH NURUL FITRI A1D PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI SMA PADA ERA MEA

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9. tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan, terutama bagi guru SD yang merupakan ujung tombak dalam pendidikan dasar. Guru merupakan salah satu komponen terpenting dalam dunia pendidikan. Ruh pendidikan sesungguhnya terletak di pundak guru. Seorang guru juga berperan sebagai orang tua kedua yang menangani anak setelah orang tua dalam upaya pencapaian tujuan yang meliputi aspek intelektual, emosional, spiritual dan sosial. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai teknik dan cara yang profesional selama proses pembelajaran di dalam maupun di luar kelas. Untuk itu guru harus selalu mengembangkan profesionalismenya melalui berbagai pelatihan dalam setiap kesempatan. Proses pembelajaran yang terjadi di lapangan sangat berbanding terbalik dengan kebijakan yang ada, sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3, yang berbunyi: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Filosofi dalam pendidikan ini mengartikan belajar dan pembelajaran sebagai proses membangun pengetahuan yang bermakna melalui pencarian hubungan antara pengetahuan awal siswa dengan pengetahuan yang sedang dipelajari, siswa berinteraksi multi arah dengan memanipulasi media pembelajaran di lingkungan sekitar sebagai wahana proses belajarnya yang dalam pelaksanaannya difasilitasi oleh guru. 1

2 Pembelajaran di Sekolah Dasar dengan Kurikulum tahun 2006 yang bernama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada peserta didik. Peserta didik kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) sehingga pembelajarannya masih bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialaminya. Dalam pembelajaran yang kreatif, seorang guru diharapkan dapat berinteraksi secara efektif dengan siswanya, berusaha menciptakan conversation atau percakapan antar guru dan siswa, serta siswa dan siswa lainnya. Karena itu dibutuhkan bahan cerita yang dalam kegiatan pembelajaran disebut pembelajaran tematik. Tanpa mempersiapkan tema yang akan disampaikan sulit bagi siswa untuk memiliki imajinasi dan interaksi dengan gurunya. Penerapan pembelajaran tematik perlu ditetapkan wilayah keterpaduannya, apakah dalam satu mata pelajaran, multi mata pelajaran, antar-mata pelajaran atau trans-mata pelajaran. Persiapan, monitoring, supervisi dan evaluasi pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara berkesinambungan untuk memastikan keefektifan dan keefisienannya. Namun pada kenyataannya selama ini pembelajaran tematik di kelas yang penulis teliti masih berorientasi pada: (1) Pembelajaran yang lebih bersifat teacher-centered, guru hanya menyampaikan materi ajar sebagai produk dan siswa menghafal informasi faktual; (2) Siswa hanya mempelajari materi ajar pada domain kognitif yang terendah, siswa tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya; (3) Cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain afektif dan psikomotor; (4) Evaluasi yang dilakukan hanya berorientasi pada produk belajar yang berkaitan dengan domain kognitif 2

3 dan tidak menilai proses. Akibatnya pembelajaran yang dilakukan siswa menjadi tidak bermakna dan hasil pembelajaranpun tidak memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap 20 siswa kelas II MIS Ar-Rohmah kecamatan Sukajadi Bandung, yang mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (75) dan telah dinyatakan tuntas belajar hanya 35% (7 siswa) sementara 65% (13 siswa) mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (75) dan dinyatakan belum tuntas belajar. Hal ini menunjukkan rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap tema peristiwa alam, dengan subtema kenampakan matahari di kelas II MIS Ar-Rohmah kecamatan Sukajadi kota Bandung. Rendahnya penguasaan materi sains tentang peristiwa alam dengan subtema kenampakan matahari dikarenakan adanya masalah dalam pembelajaran IPA. Menurut Wartono (dalam Adun Rusyana, 2011), masalah pembelajaran IPA adalah : 1. Guru kurang berusaha mengajak siswa menemukan konsep/prinsip yang melibatkan pikiran siswa; 2. Siswa kurang dilibatkan untuk berpartisipasi aktif; 3. Proses pembelajaran bersifat informatif; 4. Masih lemahnya kemampuan guru dalam mengkomunikasikan sains. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka perlu adanya suatu upaya yang harus dilakukan, untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada tema peristiwa alam dengan subtema kenampakan matahari yang ada kaitannya dengan pembelajaran IPA. Menurut Irjan (2008) kegiatan pembelajaran IPA di sekolah haruslah membelajarkan siswa bagaimana belajar IPA. Tujuan pokoknya adalah meletakkan landasan bagi belajar seumur hidup. Hal ini berkaitan dengan berbagai temuan penelitian yang menyebutkan bahwa fakta-fakta, prinsip, dan konsep IPA seringkali berumur pendek, karena dominasi peran guru sebagai satusatunya komunikator. Oleh karena itu, tujuan pokok penyelenggaraan kegiatan pembelajaran IPA di sekolah secara operasional adalah membelajarkan siswa agar mampu memproses dan memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap ilmiah 3

4 bagi dirinya sendiri. Salah satu model yang dapat memotivasi siswa dalam belajar IPA, meningkatkan hasil belajar siswa dan menumbuhkan minat siswa sehingga memunculkan suasana menggunakan model Cooperative Learning. yang mendukung dalam belajar adalah dengan Menurut Sanjaya (2008: 242) model cooperative merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan atau tim kecil, yaitu antara empat sampai enem orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat dijadikan sebagai suatu alternatif perbaikan pembelajaran yaitu model Cooperative Learning. Slavin (dalam Isjoni, 2009: 15) mengemukakan cooperative learning merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Cooperative Learning merupakan model pembelajaran yang mewujudkan suatu kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa, sehingga pembelajaran lebih bermakna dan memperoleh hasil yang maksimal. Model Cooperative Learning mempunyai beberapa variasi. Dari beberapa variasi model yang ada dalam Cooperative Learning, model pembelajaran yang dianggap relevan adalah model Cooperative Learning metode tipe Teams Games Tournament (TGT). Model ini mengandung unsur permainan serta menciptakan adanya komunikatif antar anggota kelompok yang menjadikan pembelajaran bersifat joyfull learning yang sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan anak pada usia sekolah dasar, anak akan merasa bebas untuk mengeksplor pengetahuannya serta mendorong siswa untuk bertanggung jawab akan tugasnya, kejujuran, pemahaman karakter, situasi partisipasi dan aktualisasi diri dalam menggali bakat dan potensi diri siswa, serta dapat kerja sama dan rasa tepa selira antar anggota kelompok belajar dengan bersaing secara sportif. Selain itu, menurut beberapa peneliti terdahulu yang telah melaksanakan penelitian, model 4

5 Cooperative Learning tipe TGT baik dilaksanakan di sekolah dan dapat memotivasi siswa dalam belajar serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mencari bagaimana cara mengatasi masalah tersebut dengan menggunakan salah satu model pembelajaran tematik yang menekankan kerja sama antara siswa dalam kelompok untuk mempelajari materi sains dan berdiskusi mengenai tema peristiwa alam dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe TGT. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, masalahmasalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran tematik tentang peristiwa alam dengan menerapkan model Cooperative Learning Tipe Teams Games Tournament untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas II MIS Ar- Rohmah kecamatan Sukajadi Bandung? 2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran tematik tentang peristiwa alam dengan menerapkan model Cooperative Learning Tipe Teams Games Tournament untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas II MIS Ar- Rohmah kecamatan Sukajadi Bandung? 3. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik tentang peristiwa alam dengan menerapkan model Cooperative Learning Tipe Teams Games Tournament untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas II MIS Ar-Rohmah kecamatan Sukajadi Bandung? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran tematik tentang peristiwa alam dengan menerapkan model Cooperative Learning Tipe Teams Games Tournament untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas II MIS Ar- Rohmah kecamatan Sukajadi Bandung 5

6 2. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran tematik tentang peristiwa alam dengan menerapkan model Cooperative Learning Tipe Teams Games Tournament untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas II MIS Ar- Rohmah kecamatan Sukajadi Bandung 3. Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik tentang peristiwa alam dengan menerapkan model Cooperative Learning Tipe Teams Games Tournament untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas II MIS Ar-Rohmah kecamatan Sukajadi Bandung D. Manfaat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan bermanfaat bagi siswa, guru, dan sekolah, sebagai berikut : 1. Siswa a. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik tentang peristiwa alam b. Meningkatkan aktivitas siswa untuk belajar aktif dan kreatif dalam pembelajaran tematik tentang peristiwa alam c. Melatih siswa untuk saling menghargai, tanggung jawab, dan rasa kebersamaan bagi setiap kelompok kerja dalam melaksanakan tugas pembelajaran. 2. Guru a. Diharapkan dapat memberikan informasi untuk menyelenggarakan pembelajaran tematik model Cooperative Learning dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan. b. Sebagai bahan kajian dalam memilih metode pembelajaran yang efektif dan efisien dalam mengajar tematik tentang Peristiwa Alam untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 3. Sekolah 6

7 Diharapkan dapat mengembangkan kurikulum dan memotovasi guru dalam mengimplementasikan kurikulum agar kurikulum itu dikembangkan dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi, sehingga kurikulum dapat berjalan secara efektif melalui proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan yang sesuai dengan perkembangan IPTEK. E. Penjelasan Istilah Ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan secara konkret/operasional dalam mengukur keberhasilan dalam penelitian ini, antara lain: 1. Model Cooperative Learning Tipe TGT Menurut Nur (2005:7) TGT mula-mula dikembangkan oleh David Devries dan Keith Edwards, merupakan model pembelajaran cooperative John Hopkins yang pertama. TGT menggunakan presentasi guru yang sama dan kerja tim seperti pada STAD, namun mengganti kuis dengan turnamen. Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang dalam pelaksanaannya mengedepankan pemanfaatan kelompok-kelompok siswa. TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing masing. 2. Hasil belajar Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 250), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkatan perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. 7

8 Hasil belajar menurut Sudjana (2006: 22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu kemampuan kognitif yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran, yang ditunjukkan dengan nilai skor tes yang diberikan oleh guru yaitu hasil ulangan harian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes tertulis berbentuk pilihan ganda dan uraian. 3. Tema Peristiwa Alam Subtema Kenampakan Matahari Matahari sumber energi terbesar di alam. Matahari ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa. Matahari sangat bermanfaat bagi kehidupan. Antara lain memberi penerangan, memberi panas, dan memberi energi. Setiap hari matahari menyinari bumi. Matahari bersinar pagi sampai sore hari. Matahari terbit di ufuk timur di waktu pagi hari. Matahari kelihatan besar dan berwarna kemerah-merahan. Matahari bergerak dari timur ke barat. Semakin siang, kedudukan matahari semakin naik. Pukul 12 siang, matahari tepat di atas kita. Semakin sore, cahaya matahari semakin redup. Panasnya juga berkurang, matahari terbenam tanda malam mulai tiba. Disaat terbenam, matahari seolah berada di bawah lagi hingga saatnya fajar tiba. (Maryati, 2011 :30). I. Hipotesis Tindakan Dengan pendekatan model Cooperative Learning tipe Teams Games Tournament diterapkan dengan baik dalam pembelajaran Tematik tentang Peristiwa Alam dengan hasil belajar siswa kelas II MIS Ar-Rohamah Kecamatan Sukajadi Kota Bandung akan meningkat. 8

9 9