BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang

dokumen-dokumen yang mirip
IMPLEMENTASI MODEL BIMBINGAN BERBASIS PERMAINAN DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Berkaitan dengan Pendidikan, Musaheri (2007 : 48) mengungkapkan,

BAB I PENDAHULUAN. usia kanak-kanak mulai dari 0-6 tahun adalah masa the golden age atau masa usia. sehingga potensi yang dimilikinya semakin terasah.

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif. Pendidikan bagi anak usia dini bukan sekedar meningkatkan

MEMPERSIAPKAN KEMATANGAN BELAJAR ANAK UNTUK MEMASUKI JENJANG PENDIDIKAN FORMAL YUSI RIKSA YUSTIANA

BAB I PENDAHULUAN. pada meningkatnya hubungan antara anak dengan teman-temannya. Jalinan

BAB I PENDAHULUAN. atau usia dini dimana pada masa ini adalah masa penentuan. karakter usia dini yang salah satunya adalah masa berkelompok anakanak

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

Tahun Ajaran Baru Membuat Orang Tua Sibuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak didik. sekolah. Melalui bermain anak-anak dapat menghasilkan pengertian atau

PERMAINAN YANG BERORIENTASI PERKEMBANGAN UNTUK ANAK TAMAN KANAK-KANAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah

I. PENDAHULUAN. Setiap anak diberikan berbagai bekal sejak lahir seperti berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pertama. Sekolah juga sebagai salah satu lingkungan sosial. bagi anak yang dibawanya sejak lahir.

BAB I PENDAHULUAN. Kita tidak dapat memungkiri bahwa pendidikan anak usia dini (TK) perlu mendapat perhatian yang sangat serius dari semua pihak baik,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

PENDEKATAN PERKEMBANGAN DALAM BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003

BAB III METODE PENELITIAN. dasar pertimbangan bahwa di sekolah tersebut terdapat siswa-siswi yang masih

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Bijaou (Hurlock, 1980: 5) menjelaskan bahwa usia 2-5 tahun merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional). Masa kanak-kanak adalah masa Golden

PROGRAM PEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK. Disusun oleh : Rita Mariyana, M.Pd, dkk.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. bermunculan pendidikan pra sekolah yang menyediakan pelayanan untuk anak

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan bagi anak-anak usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia anak identik dengan dunia bermain, maka kehidupan anak usia

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Penelitian dan pengembangan model pembelajaran ini telah mencapai

BAB I PENDAHULUAN. konferensi Jenewa tahun 1979 ( Saputra, 2005: 3) bahwa aspek aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB I PENDAHULUAN. prasekolah, serta merupakan wadah pendidikan pertama di jalur formal yang

Artikel Skripsi. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Jurusan PG-PAUD.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling

Meningkatkan Perilaku Sosial Anak melalui Metode Kerja Kelompok pada Kelompok A di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Toboli

BAB1 PENDAHULUAN. dalamnya pendidikan Taman Kanak-kanak. Hal ini di maksudkan selain mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, motorik dan sosio emosional. Berdasarkan Pemerdiknas No. 58. Standar Pencapaian perkembangan berisi kaidah pertumbuhan dan

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia Taman Kanak-kanak (TK) secara psikologis berada pada rentang usia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gina Novianti Putri, 2014 Persepsi Orang Tua Terhadap Aktivitas Bermain Anak Usia D ini

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK)

BAB I PENDAHULUAN. Usia toddler merupakan usia anak dimana dalam perjalanannya terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. usia dini sering disebut sebagai the golden ageatau usia emas. Berbagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahun-tahun pertama kehidupan anak atau yang sering dikenal dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan hendaknya di bangun dengan empat pilar, yaitu : learning to know,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0486/UI/1992 tentang Taman Kanak-

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK A TK ALKHAIRAAT SUMARI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum Taman Kanak-Kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA)

BAB I PENDAHULUAN. individu. Maka tidak diragukan lagi bahwa pengalaman-pengalaman pada masa

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU TAHUN 2012 BIDANG STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Untuk mencetak manusia yang berpribadi kuat, cerdas dan mandiri,

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Hal ini sesuai dengan undang undang nomor 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Berpikir kritis untuk menganalisis

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang pendidikan formal pertama dan

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan agar pribadi anak berkembang secara optimal. Tertunda atau

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan anak usia dini (PAUD) menurut Hasan (2011: 15), adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu aspek perkembangan pada anak yang seyogyanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA KELOMPOK B TK EL. ROY BALEURA KECAMATAN LORE TENGAH

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK MELALUI KEGIATAN BERMAIN PERAN DI KELOMPOK A

KEMAMPUAN BEREMPATI DITINJAU DARI INTERAKSI TEMAN SEBAYA PADA ANAK USIA SEKOLAH

PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH

HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL. : Peningkatan Bahasa Anak Usia Dini Melalui Cerita Bergambar di Taman Kanak-kanak Islam Qurrata A yun Batusangkar

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar

HUBUNGAN MENGGAMBAR BEBAS TERHADAP KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B2 TK AL-KHAIRAAT III PALU

MENINGKATKAN KOMPETENSI SOSIAL MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

PENGENALAN DAN PENINGKATAN MINAT ANAK USIA DINI UNTUK MEMPELAJARI BAHASA INGGRIS

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perhatian, minat, dan kemampuan dalam belajar. Segala yang ia lihat, ia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

DAFTAR ISI. ABSTRAK..i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI. vi. DAFTAR TABEL...x. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR LAMPIRAN.xii

BAB I PENDAHULUAN. lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan

(Penelitian Tindakan Kelas di Taman Kanak-kanak Riyadush Sholihin Margahayu Kota Bandung) Oleh: Devi Nawang Sasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Anak Usia Dini dimulai masa usia 0 6 tahun. Masa ini

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah dasar merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang dimasuki peserta didik. Pada jenjang inilah peserta didik diberikan dasar-dasar bagi pengembangan pendidikan selanjutnya. Namun, pada jenjang ini pula merupakan tahap transisi bagi anak dalam menerima dan merasakan aturanaturan yang sifatnya lebih kaku. Tahap transisi dari pendidikan keluarga ke dalam pendidikan kelembagaan formal. Dalam menyikapi transisi ini, tidak sedikit peserta didik yang mengalami permasalahan. Permasalahan tersebut tidak hanya dirasakan oleh anak-anak yang sebelumnya tidak pernah mengikuti pendidikan pra sekolah namun juga anak-anak yang sebelumnya pernah mengikuti pendidikan pra sekolah. Permasalahan yang dialami siswa baik bersifat akademik, sosial, dan pribadi akan sangat mempengaruhi terhadap perkembangan anak. Disinilah pentingnya peranan bimbingan dalam membantu mengoptimalkan potensi anak serta membantu segala permasalahan yang dihadapi oleh mereka. Namun pada kenyataannya pelaksanaan bimbingan di sekolah dasar sangatlah berbeda dengan di jenjang pendidikan menengah. Tidak sedikit SD yang tidak memiliki tenaga secara khusus yang menangani program bimbingan di sekolah, seperti yang terjadi di SD Laboratorium UPI serta SD Sukarasa 3 dan 4. Dalam hal ini bimbingan umumnya dilakukan oleh guru kelas. Hal ini mengindikasikan bahwa guru kelas perlu memiliki kemampuan dan pengetahuan mengenai bimbingan. Salah satu metoda bimbingan yang perlu dikuasai dan 1

2 sudah sangat populer serta biasa dilakukan adalah dengan menggunakan media bermain dan permainan. Bermain menjadi kegiatan yang sangat penting dan merupakan pusat dari segala kegiatan karena aktivitas bermain merupakan kebutuhan bagi anak dan appropriate dengan perkembangan yang dimiliki oleh anak. Namun bagaimana implementasi bermain dalam pembelajaran di sekolah dasar masih harus senantiasa diperbaiki dan ditingkatkan artinya di lapangan memungkinkan sekali terjadi miss implementasi dengan konsep bermain yang sebenarnya. Ahman, dkk (1998) melakukan penelitian tentang efektifitas bermain peran sebagai model bimbingan dalam mengembangkan keterampilan sosial anak berkemampuan unggul. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumentasi, tes kemampuan akademik, pemeriksaaan psikologis dan sosiometri. Temuan penelitiannya menunjukkan bahwa model bermain peran telah efektif untuk dijadikan model bimbingan dalam mengembangkan keterampilan sosial anak berkemampuan unggul. Dalam dimensi proses pelaksaaan, bermain peran telah membantu siswa memperoleh pengalaman berharga melalui aktivitas interaksional dengan teman-temannya. Anak belajar memberi masukan atas peran orang lain, dan menerima masukan dari orang lain. Disamping dapat menimba pengalaman mengenai cara-cara menghadapi masalah, melalui bermain peran, para siswa dapat melatih diri menerapkan prinsip-prinsip demokrasi. Sedangkan dari dimensi produk, bermain peran diharapkan dapat mereduksi bahkan menyembuhkan kebiasaan anak menyontek. Solehuddin, dkk (1997) melakukan penelitian tentang pengimplementasian aktivitas bermain di Taman Kanak-kanak yang dilakukan di 15 TK di kodya Bandung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran empirik tentang persepsi para guru TK mengenai aktivitas bermain

3 anak, cara mereka dalam mengimplementasikannya di TK, serta perbedaan dalam dua hal tersebut dilihat dari kualifikasi pendidikan mereka. Penelitian dilakukan secara survey dengan teknik pengumpulan data berupa angket. Analisis dilakukan dengan cara menelaah dan membandingkan persentase jawaban responden. Hasil penelitian ini menjukkan bahwa para guru TK lajimnya mempersepsi bermain sebagai suatu aktivitas yang bercirikan spontan, aktif dan menyenangkan. Sedangkan belajar dipersepsikan sebagai suatu kegiatan yang terarah kepada pencapaian tujuan tertentu. Meski tidak berorientasi kepemerolehan tujuan tertentu, mereka mempercayai kalau bermain memiliki kontribusi posistif terhadap pertumbuhan fisik dan perlaku motorik serta perkembangan sosial, aktivitas dan bahasa anak. Sebagian kecil dari mereka juga mempercayai kalau bermain memiliki nilai positif bagi perkembangan kognisi dan kesiapan belajar anak. Aktivitas bermain yang dilakukan oleh anak-anak telah menstimulasi munculnya beragam permainan yang diperuntukkan bagi mereka. Secara umum kita dapat mengklasifikasikanya kedalam dua jenis yaitu permainan modern dan permainan tradisional. Menurut Kurniati (2006) fenomena permainan modern yang sangat High Tech telah memberikan dampak yang luar bisa terhadap perkembangan anak. Disamping sisi positif namun tak sedikit yang memunculkan dampak negatif terhadap perkembangan anak di antaranya anak menjadi individu yang anti sosial karena umumnya perminan modern merupakan permainan yang pasif sehingga tidak muncul kesempatan bagi anak untuk berinteraksi dan mengembangkan berbagai keterampilan sosial lainnya. Sementara itu permainan tradisional merupakan permainan High Touch, yaitu permainan yang penuh dengan sentuhan rasa sosial yang di dalamnya memberikan kesempatan

4 kepada anak untuk berinteraksi dan mengasah berbagai pengalaman sosial antara satu dengan lainnya. Hal tersebut merupakan salah satu dasar pemikiran untuk menggali permainan tradisional yang saat ini sudah mulai ditinggalkan oleh anak-anak terutama di daerah perkotaan. Padahal jika kita analisis terdapat sejumlah permainan tradisional yang memberikan peran terhadap pengembangan potensi anak seperti perkembangan motorik kasar, halus, sosial, kognitif serta aspek perkembangan lainnya. Tientje, dkk (2004) menyatakan bahwa Permainan tradisional yang ada sebagian permainan mirip dengan olah raga yakni memiliki aturan main, memberi kesenangan, relaksasi, kegembiraan, dan tantangan. Interaksi yang terjadi pada saat anak melakukan permainan tradisonal memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan keterampilan sosial, melatih kemampuan bahasa, dan kemampuan emosi. Kurniati (2006) mengidentifikasi 30 permainan tradisional yang saat ini masih diketemukan di lapangan. Beberapa contoh permainan tradisional yang dilakukan oleh anak-anak adalah Anjang-anjangan, Sonlah, Congkak, Orayorayan, Tetemute, dan Sepdur. Permainan tradisional tersebut akan memberikan dampak yang lebih baik bagi pengembangan potensi anak. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa permainan tradisional mampu mengembangkan keterampilan sosial anak. Yaitu keterampilan dalam bekerjasama, menyesuaikan diri, berinteraksi, mengontrol diri, empati, menaati aturan serta menghargai orang lain. Hal ini diperkuat juga oleh Bordova & Leong (2003) bahwa Now a days young children spend less time playing with their peers and more time playing alone, graduating frorm educational toys to video and comupter games.

5 Permainan Tradisonal Jawa Barat merupakan suatu aktivitas permainan (ka ulinan budak) yang tumbuh dan berkembang di daerah Jawa Barat, yang syarat dengan nilai-nilai budaya dan tata nilai kehidupan masyarakat Sunda. Dari permainan ini anak-anak usia dini akan mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya, memperoleh pengalaman yang berguna dan bermakna, mampu membina hubungan dengan sesama teman, meningkatkan perbendaharaan kata, serta mampu menyalurkan perasaan-perasaan yang tertekan dengan tetap melestarikan dan mencintai budaya bangsa. Namun, bagaimana sebenarnya model bimbingan melalui permainan ini dapat diterapkan di sekolah dasar? Untuk menjawab permasalahan tersebut maka perlu dilakukan penelitian tindakan kelas untuk melihat bagaimana implementasi permainan baik yang terintegrasi dengan pelajaran di kelas maupun yang terpisah dengan pelajaran di kelas sebagai media bagi pelaksanaan bimbingan di sekolah dasar. Permasalahan tersebutlah yang akan dijadikan fokus pada penelitian ini dengan mengangkat tema Model Bimbingan Untuk Di SD Kecamatan Sukasari Melalui Permainan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan berikut ini. 1. Layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar belum memiliki personil yang jelas, sebab belum ada guru khusus yang akan menangani layanan ini sehinga perlu adanya pengembangan pengetahuan dan keterampilan guru kelas dalam mengatasi dan memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik.

6 2. Guru belum memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam mengimplementasikan layanan bimbingan dan konseling melalui media permainan yang dilakukan di luar jam pelajaran kelas. 3. Guru belum memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam mengimplementasikan layanan bimbingan dan konseling yang terintegrasi dengan mata pelajaran dengan menggunakan media permainan tradisional. C. Cara Memecahkan Masalah Metode pemecahan masalah yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini, yaitu menggunakan permainan tradisional sebagai media dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling. Melalui permainan ini, diharapkan memberikan kontribusi dan mampu menstimulasi siswa-siswa yang memiliki permasalahan baik dalam bidang akademik, sosial mapun pribadi. Permainan tradisional yang akan dilakukan oleh anak-anak adalah permainan yang mudah dan sederhana tanpa menggunakan alat yang bisa membahayakan siswa ketika mengikuti permainan. Permainan tersebut juga disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang saat ini akan dan sedang dilaksanakan oleh sekolah. D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut ini. 1. Guru dapat mengetahui dan memiliki keterampilan dalam melakukan permainan tradisional serta pemanfaatannya dalam mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh siswa. 2. Guru memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan berbagai permainan tradisional sebagai media layanan bimbingan dan konseling di

7 sekolah dasar baik yang terintegrasi dengan pembelajaran maupun yang terpisah. 3. Siswa dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki baik dalam bidang akademik, sosial maupun pribadi yang diperolehnya melalui aktivitas permainan tradisional. 4. Siswa memperoleh pengalaman belajar yang menyenangkan tanpa mereka merasa tertekan dan terbebani karena dilakukan melalui proses permainan tradisional 5. Memelihara dan mensosialisasikan kembali permainan tradisional yang saat ini mulai ditinggalkan oleh masyarakat Sunda. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat mengetahui bagaimana implementasikan permainan sebagai media bimbingan konseling di sekolah dasar baik yang dilakukan secara terntegrasi maupun terpisah dengan pelajaran di dalam kelas. Hal ini penting dilaksanakan mengingat kesesuaian antara karakteristik dan kebutuhan anak akan aktivitas bermain. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak: a. Sekolah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan terhadap upaya-upaya peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah dasar. a. Pembuat Kebijakan. Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan masukan dan bahan pembanding dalam pengambilan keputusan khususnya dalam masalah peningkatan kualitas belajar anak SD.

8 F. Asumsi Penelitian Di bawah ini akan diuraikan mengenai asumsi pada penelitian ini. 1. Permainan tradisional mampu mengembangkan keterampilan sosial anak, yaitu keterampilan dalam bekerjasama, menyesuaikan diri, berinteraksi, mengontrol diri, empati, menaati aturan serta menghargai orang lain (Euis Kurniati). 2. Bermain dengan teman sebaya membuat anak-anak belajar membangun suatu hubungan sosial dengan anak-anak lain yang belum dikenalnya dan mengatasi berbagai persoalan yang ditimbulkan oleh hubungan tersebut (Seto Mulyadi). 3. Anak yang lebih menyukai interaksi dengan manusia daripada benda akan lebih mengembangkan kecakapan sosial sehingga mereka lebih populer daripada anak yang interaksi sosialnya terbatas (Elizabeth Hurlock). 4. Permainan meningkatkan afiliasi dengan teman sebaya, mengurangi tekanan, meningkatkan perkembangan kognitif, meningkatkan daya jelajah, dan memberi tempat berteduh yang aman bagi perilaku yang secara potensial berbahaya. Permainan meningkatkan kemungkinan anak-anak akan berbicara dan berinteraksi dengan satu sama lain. Selama interaksi ini, anak-anak mempraktikkan peran-peran yang mereka akan laksanakan dalam hidup masa depannya ( John W. Santrock).

9 G. Hipotesis Penelitian Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Dengan menggunakan permainan tradisional sebagi media dalam melaksankan layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar maka pelayanan bimbingan dan pembelajaran di sekolah akan lebih efektif dan menyenangkan. H. Metode Penelitian Metode penelitian menggunakan Action Research atau penelitian tindakan. Tujuannya adalah untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan atau cara pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di dunia kerja atau dunia aktual yang lain (Suryabrata, 1995 : 35). Dalam penelitian ini digunakan permainan tradisional sebagai media bagi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar. 1. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah teknik komunikasi tidak langsung, dengan menggunakan kuesioner yang akan diisi oleh guru dan siswa setelah mereka mengikuti kegiatan permainan. Kuesioner tersebut diisi berdasarkan pengalaman dan pengamatan guru terhadap perilaku siswa pada saat dan setelah melakukan permainan. 2. Teknik Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif dengan cara dideskripsikan secara komprehensif dan membuat prosentase sehingga dapat diperoleh kesimpulan yang tepat mengenai layanan bimbingan di SD melalui media permainan.