BAB I PENGANTAR. geoinformasi yang akan menjadi dasar untuk penataan ruang dan manajemen

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN 1. Pengantar 1.1. Latar Belakang Erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 merupakan bencana alam besar yang melanda Indonesia dan

BAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

Kemampuan Tampungan Sungai Code Terhadap Material Lahar Dingin Pascaerupsi Gunungapi Merapi Tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. Bencana lahar di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hujan setelah gunungapi meletus atau setelah lama meletus. Aliran dari lahar ini

BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang masih ada hingga sampai saat ini. Kerugian material yang ditimbulkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I - 1

PREDIKSI KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN KALI GENDOL TERHADAP MATERIAL ERUPSI GUNUNG MERAPI 2006

BAB I PENDAHULUAN. harta benda, dan dampak psikologis. Penanggulangan bencana merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Ring of fire) dan diapit oleh pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Rapid Assessment Terhadap Kerusakan Bangunan Akibat Erupsi Merapi Tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta merupakan gunung paling aktif di dunia. Gunung Merapi

BAB 1 PENDAHULUAN. Peristiwa banjir lahar dingin biasanya mengancam daerah-daerah di. yang lalu Gunung Merapi di Jawa Tengah meletus,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Pemodelan Aliran Lahar Menggunakan Perangkat Lunak LAHARZ Di Gunung Semeru, Jawa Timur

JURNAL GEOGRAFI Geografi dan Pengajarannya ISSN Volume 13 Nomor 1 Juni 2015

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN PENGGUNAAN LAHAN AKIBAT BANJIR LAHAR PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN 2010 DI SUB DAS KALI PUTIH JURNAL PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Gempabumi yang terjadi pada 27 mei 2006 yang melanda DIY-Jateng

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis serta demografis. Dampak dari terjadinya suatu bencana akan

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN AKIBAT ALIRAN LAHAR DINGIN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KALI GENDOL KABUPATEN SLEMAN

kerugian yang bisa dihitung secara nominal misalnya rusaknya lahan pertanian milik warga. Akibat bencana tersebut warga tidak dapat lagi melakukan pek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

PENGENDALIAN SEDIMEN. Aliran debris Banjir lahar Sabo works

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yaitu dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan. Menurut Bakosurtanal, pulau di

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sleman 2013

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

BAB I PENDAHULUAN. imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas,

STUDI KAPASITAS INFILTRASI SEDIMEN DI KAWASAN RAWAN BENCANA PADA DAS PABELAN PASCA ERUPSI GUNUNG MERAPI TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. Merapi ditingkatkan dari normal menjadi waspada, dan selanjutnya di tingkatkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dijadikan permukiman sehingga muncul larangan bermukim. Merapi terletak antara dua provinsi yakni Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MIGRASI SEDIMEN AKIBAT PICUAN HUJAN ( KASUS KALI GENDOL GUNUNG MERAPI YOGYAKARTA )

BAB III LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

IDENTIFIKASI LOKASI RAWAN BENCANA BANJIR LAHAR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI PABELAN, MAGELANG, JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulstiwa dan berada pada

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

Analisis Spasial untuk Menentukan Zona Risiko Banjir Bandang (Studi Kasus: Kabupaten Sinjai)

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh geometri global dari lempeng tektonik (Smith, 1996). Letak Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru)

Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat suatu bencana.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara dengan jumlah dan variasi bencana

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 15 TAHUN 2011 TANGGAL : 9 SEPTEMBER 2011 PEDOMAN MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI

Transkripsi:

1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Bidang keilmuan kebencanaan menjadi hal yang penting dalam waktu belakangan ini sebagai dampak dari banyaknya bencana besar yang terjadi di Indonesia. Kebencanaan yang ditekankan pada penelitian ini adalah mengenai geoinformasi yang akan menjadi dasar untuk penataan ruang dan manajemen bencana. Geoinformasi menjadi penting dalam proses pengambilan kebijakan karena bidang keilmuan ini sangat berdasarkan pada kondisi lapangan dan prediksi - prediksi yang melibatkan banyak variabel terutama dalam hal kebencanaan. Salah satu daerah di Indonesia yang rawan bencana adalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Salah satu bencana yang baru terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah erupsi Gunungapi Merapi merupakan salah satu gunungapi yang aktif. Erupsi Merapi yang terjadi pada bulan Oktober dan November pada tahun 2010 merupakan erupsi terbesar dalam kurun waktu kurang lebih 30 tahun terakhir dan menimbulkan korban meninggal sebanyak 267 jiwa, korban luka-luka sebanyak 456 jiwa, dan menimbulkan pengungsian sebanyak 71.579 jiwa (www..go.id dalam Heryanti, 2012). Di Gunungapi Merapi ini bahaya dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Menurut Wahyono dalam Permatasari (2012), bahaya primer adalah bahaya yang ditimbulkan langsung oleh letusan yang biasanya disertai hamburan piroklastik, aliran lava, dan luncuran awan panas

2 sementara bahaya sekunder adalah bahaya yang ditimbulkan secara tidak langsung dari material lepas gunungapi yang bercampur dengan air hujan serta turun dari puncak dengan konsentrasi yang tinggi. Lahar yang telah bercampur dengan aliran ini biasanya disebut sebagai banjir lahar. Lahar yang dibawa dari hulu sungai tersebut jika diteruskan ke hilir sungai yang merupakan wilayah dengan konsentrasi penduduk yang cukup tinggi, sehingga akan dapat mengakibatkan kerusakan pada sejumlah wilayah yang dilewati jalur aliran lahar dingin tersebut seperti yang terjadi pada sungai yang berhulu di Gunungapi Merapi Diantara beberapa sungai yang berhulu di Gunungapi Merapi salah satu yang perlu diwaspadai adalah aliran Sungai Gendol yang merupakan daerah aliran utama lahar Merapi. Menurut Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Subandrio (Dalam Wibisono, 2011). Aliran lahar Merapi yang melebihi daya tampung sungai akan membanjiri dan merusak bangunan pemukiman, sarana umum dan infrastuktur lainnya. Banjir lahar juga menelan korban jiwa penduduk yang bertempat tinggal dan berkegiatan di sekitar daerah bahaya aliran lahar. Selain infrastruktur perumahan, penduduk juga menjadi korban banjir lahar di DAS Gendol. Data yang didapat dari Kades per 2010-2011 dalam TIM KKL Fakultas Geografi UGM (2012) menunjukan bahwa pada dusun-dusun yang berbatasan langsung dengan Sungai Gendol terdapat 28 dusun rusak, 2.526 rumah rusak, 86 korban meninggal, 7 luka ringan, dan 13 luka berat. Jangkauan aliran lahar Sungai Gendol yaitu sejauh 16 kilometer dengan lebar maksimum yang dihasilkan 800 meter (Giyarsih, 2012)

3 dalam hal ini sebagai salah satu wilayah yang dilalui sungai ini telah mengeluarkan rencana kontinjensi erupsi Merapi namun rencana kontinjensi yang dibuat oleh kabupaten ini merupakan rencana kontinjensi untuk bencana primer, maka dari itu diperlukan rencana kontinjensi yang secara terperinci dan spesifik ditujukan untuk bahaya sekunder lahar dingin khususnya di Sungai Gendol Rencana kontinjensi menjadi penting karena di tengah masyarakat mulai ada kesadaran dan perhatian mengenai kondisi pengungsi dan situasi yang dihadapi setelah bencana alam terjadi khususnya bencana banjir lahar. Rencana kontinjensi untuk bahaya sekunder ini perlu dibuat tersendiri karena bahaya sekunder Gunungapi Merapi ini mempunyai karakter yang sangat berbeda dengan bahaya primernya mulai dari masa tanggap darurat, kebutuhan pengungsi, dan kondisi saat kejadian. Selain itu dilihat dari pengalaman kejadian 2010 lalu, ketidaksiapan dalam penanganan dampak Erupsi Merapi jelas terlihat. Belajar dari pengalaman erupsi Merapi 26 Oktober sampai 5 November 2010 lalu seharusnya dampak dari bencana sekunder ini dipertimbangkan, namun dalam penyusunan rencana kontinjensi erupsi Merapi belum muncul pembahasan mengenai dampak bencana sekunder ini. Salah satu tahapan dalam penyusunan rencana kontinjensi adalah pengembangan skenario. Pengembangan skenario ini merupakan dasar bagi penentuan simulasi dasar kontinjensi yang nantinya akan menjadi dasar penetapan kebijakan penanggulangan bencana. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut tentang pengembangan skenario dengan pembuatan peta bahaya bencana sekunder berupa banjir lahar dingin untuk

4 penentuan simulasi dasar rencana kontinjensi erupsi Merapi yang mempertimbangkan mengenai bencana sekunder dan juga kapasitas wilayah. 1.2 Permasalahan Penelitian Skenario yang telah disusun dalam rencana kontinjensi erupsi Merapi belum sesuai dengan karakteristik bencana berdasarkan fakta bahwa bencana erupsi Merapi juga menimbulkan dampak ikutan (collateral impact) atau bencana kedua (secondary disaster). Rencana kontinjensi untuk bencana erupsi Merapi ini disimulasikan untuk wilayah dampak pada tahun 2010 dengan morfologi gunung pasca erupsi 2010 dan dinamika tanggap darurat yang menyerupai kejadian erupsi Merapi 2010. Konsep dasar rencana kontinjensi disusun dengan beberapa alternatif penanganan. Alternatif penanganan menjadi dasar skema barak pengungsian, dropping logistik, pelayanan air bersih, dan sanitasi, pelayanan kesehatan, dan pelayanan transpor evakuasi. Selain itu pemerintah telah memasang penanda adanya banjir lahar dan juga pembuatan peta rawan banjir lahar, namun masih ada korban dan kerugian yang jatuh. Pemenuhan kebutuhan pengungsi disusun organisasi tanggap darurat yang terdiri atas komandan komando tanggap darurat, wakil komandan, kepala pengungsian, sekretariat dan bidang-bidang yang sesuai dengan kebutuhan pengungsi. Bidang-bidang yang akan melaksanakan operasi tanggap darurat adalah bidang operasional, kesehatan, logistik, barak pengungsian dan hubkominfo, pendidikan, peternakan, dan pengamanan wilayah. Banyaknya pihak yang terlibat dan komponen kebijakan yang harus ditetapkan, maka skenario yang digunakan harus memperhatikan karakteristik bencana itu sendiri dimana erupsi

5 Merapi ini mempunyai bencana kedua atau secondary disaster yang dampaknya juga banyak merugikan. Semua aspek dalam kontinjensi untuk bencana primer erupsi gunungapi dengan bencana sekunder gunungapi tentunya mempunyai karekteristik yang sangat berbeda mulai dari lama waktu penanganan dan jumlah pengungsi. Hal ini menjadikan perlu kajian khusus untuk rencana kontinjensi bencana sekunder erupsi Merapi banjir lahar. 1.3 Tujuan Penelitian a) Mengetahui jumlah aspek terdampak (penduduk, infrastruktur, ternak, dan lahan pertanian) bencana banjir lahar berdasarkan wilayah bahaya skenario debit lahar dan skenario volume lahar di DAS Gendol b) Mengetahui tingkat kapasitas dan kerawanan warga dalam menghadapi bencana banjir lahar di DAS Gendol c) Membuat Rencana Kontinjensi Banjir Lahar di DAS Gendol yang terdiri atas pengembangan skenario, perencanaan sektoral dan analisis kesenjangan. 1.4 Keaslian Penelitian Keaslian penelitian ini dibandingkan dengan terdahulu bila ditinjau dari lokasi, metode, dan teknik berbeda. Beberapa penelitian terdahulu disajikan pada Tabel 1.1.

6 Peneliti/Tahun Wilayah Penelitian Tesis Sunartono, 1990 DAS Krasak Mempelajari dinamika endapan lahar hujan, pemetaan daerah bahaya lahar Hadi, 1992 Frank Lavigne, 1999 Kurniawan, 2007 Sukatja, C.B, 2007 Wiguna, 2012 Hendarsah, 2012 Bersambung Lereng selatan Gunungapi Merapi DAS Code Yogyakarta Sebagian kawasan rawan bencana II dan III di kabupaten Muntilan. Magelang DAS Gendol dan DAS Opak Kecamatan Salam, Magelang Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Tujuan Pendekatan/Metode Teknik Hasil Pemetaan daerah rawan bahaya banhir lahar dan longsoran lava Memetakan derah bahaya banjir dingin secara detail dan menganalisis risiko yang ditimbulkan oleh banjir lahar terhadap infrastruktur bangunan Pemetaan tingkat risiko bahaya awan panas pascaerupsi 2006 dan potensi kehilangan terhadap bangunan dan penduduk pada kawasan rawan bencana II dan III di kabupaten Pemetaan daerah bahaya aliran lahar di kecamatan muntilan kabupaten magelang Mengetahui risiko terkait aliran lahar di DAS Gendol dan DAS Opak berdasarkan parameter-parameter risiko, yaitu bahaya, kerentanan penduduk dan kapasitas (coping capacity) penduduk menghadapi banjir lahar Menganalisis kerentanan elemen berisiko dan kapasitas masyarakat dalam menghadapi ancaman banjir lahar yang didasarkan pada pendekatan partisipasi masyarakat Survey dan penginderaan jauh foto udara pankromatik skala 1:30000 Penginderaan jauh dn SIG dengan citra spot XS Menggunakan data historis, kondisi saluran dan studi geomorfologis Penginderaan jauh dan SIG dengan citra aster dan IKONOS Penginderaan jauh dan SIG dengan menggunakan foto udara dan citra satelit Pengukuran Lapangan dan Menggunakan Software Laharz Metode penelitian survei dan observasi di lokasi penelitian Analisis vector orientasi butir dan sudut tukik butir Analisis citra dan pemodelan dengan SIG Analisis bahaya dan analisis kerentanan bangunan Analisis citra dan analisis risiko dan analisis potensi kehilangan terhadap bangunan dan penduduk Analisis simulasi numeric aliran lahar dengan JSAS dan GIS Penaksiran bahaya dengan skenario debit dan banjir lahar SIG Partisipatif Peta Pola Pengendapan lahar hujan Model sebaran bahaya banjir lahar dan longsoran lava Pemetaan mikrozonasi bahaya banjir lahar dan risiko terhadap bahaya banjir lahar Peta risiko bahaya awan panas Gunungapi Merapi pasca erupsi tahun 2006 Peta risiko bahaya aliran lahar di kecamatan muntilan kabupaten Magelang Peta Risiko bahaya banjir lahar Peta Kerentanan dan Kapasitas Masyarakat

Lanjutan 7 Jurnal dan Prosiding Seminar atau Pertemuan UNHCR/1996 (Contingency Planning UNISDR, 2005 (Kerangka Kerja Aksi Hyogo) Kurnati, Haryana, Vidya. 2011 (Aplikasi Penginderaan Jauh dan SIG Untuk Evaluasi Kesesuaian Jalur Evakuasi Merapi Prihantarto, 2011 (Aplikasi Sistem Informasi Geografis Dalam Penentuan Jalur Evakuasi Terefektif Bencana Erupsi Gunungapi Astri Wulandari, 2014 - Menyusun panduan penyusunan rencana kontinjensu - - - - Menyimpulkan Tujuan Aksi Yokohama - - - Sungai Gendol Mengetahui kefektifa jalur evakuasi Cosh Path Pendefinisian Titik dsn Pendefinisian Parameter Analisis Menentukan Jalur Evakuasi Terefektif Cost Path Pendefinisian Titik dsn Pendefinisian Parameter Analisis Menganalisis pengembangan skenario bahaya sekunder dalam rencana kontinjensi erupsi Merapi di DAS Gendol dan Menganalisis skenario untuk penentuan simulasi dasar dan perencanaan sektoral rencana kontinjensi bahaya sekunder banjir lahar erupsi Merapi DAS Gendol Metode penelitian survei dan observasi di lokasi penelitian serta interpolasi Analisis Bahaya, Kerawanan, Kerentanan, dan Kapasitas serta penentuan Skenario Peta Digital Lokasi Strategis Huntara Jalur efektif menurut jarak, waktu tempuh dan keamanan Hasil yang diharapkan: Rencana Kontinjensi Bencana Banjir Lahar Merapi Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa penelitian serupa belum pernah dilakukan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif dan juga menggabungkan dengan analisis mengenai rencana tata ruang yang telah ditetapkan oleh Sumber: Survey 2014

8 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan manfaat dalam implementasi kebijakan. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan ilmu pengetahuan a. Mengembangkan metode untuk meneliti tentang pengembangan skenario untuk penentuan simulasi dasar rencana kontinjensi erupsi Gunungapi Merapi sebagai bencana sekunder b. Menyiapkan pengembangan skenario untuk penentuan simulasi dasar rencana kontinjensi erupsi Merapi bencana sekunder 2. Implementasi Kebijakan a. Hasil dari penelitian ini bisa digunakan sebagai pedoman bagi pemerintah daerah dalam mengembangkan skenario untuk penentuan simulasi dasar rencana kontinjensi erupsi Merapi khususnya bahaya sekunder b. Parameter yang digunakan dan metode bisa diimplementasikan dan diadopsi oleh pemerintah daerah untuk menyusun dokumen rencana kontinjensi erupsi Gunungapi Merapi bahaya sekunder di