PENUNJUKAN KESANTUNAN BERBAHASA INDONESIA DALAM RAGAM PERGAULAN OLEH SISWA

dokumen-dokumen yang mirip
REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah di dalam interaksi lingual itu.

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam semua aktivitas kehidupan masyarakat disana. Variasi bahasa ini

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehidupan seseorang dalam bermasyarakat tidak lepas dari interaksi sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia. (Keraf, 1971:1) bahasa

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bertransaksi yaitu ada barang yang akan diperdagangkan, kesepakatan yang tidak dipaksa oleh pihak manapun.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesopanan merupakan adat sopan santun, tingkah laku (tutur kata) yang baik

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. disepakati oleh perilaku sosial. Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sesuai dengan norma norma dan nilai nilai sosial dan saling

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh setiap

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

KESANTUNAN BERBAHASA PADA TUTURAN SISWA SMP

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia secara kodrati diberi kelebihan oleh sang Maha Pencipta dalam

BAB I PENDAHULUAN. alat berkomunikasi antara anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi yang

ETNOGRAFI KOMUNIKASI

Kumpulan Artikel Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat

Peluang: Pengembangan Pengajaran Tata Bahasa dalam Wacana

BAB I PENDAHULUAN. dengan kegiatan yang menjadi konteks dan tempat tuturan itu tejadi.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Proses tersebut dapat ditemukan dalam lingkungan yang paling kecil,

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa dapat menjalin hubungan yang baik, dan dapat pula

BAB I PENDAHULUAN. menanyakan sesuatu, mengekspresikan diri, dan mempengaruhi orang lain. penting bagi manusia untuk berinteraksi dengan orang lain.

Bahasa Indonesia. Ragam Bahasa. Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol vokal

BAB I PENDAHULUAN. bus merupakan simpul utama dalam jaringan yang dalam jaringan ini

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. mengkaji makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri

BAB III METODE PENELITIAN

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi atau alat interaksi yang digunakan oleh manusia

I. PENDAHULUAN. Era Globalisasi membuat jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan. dimasyarakatkan luas pada khususnya. Agar bangsa Indonesia tidak

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan kita sehari-hari tidak pernah terlepas dari percakapan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan alat komunikasi antar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nani Astuti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. tidur sampai tidur lagi, bahkan bermimpi pun manusia berbahasa pula.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dwi Wahyuni, 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Wujud pragmatik imperatif dipilih sebagai topik kajian penelitian ini karena di dalam kajian dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

menafsirkan makna homonim dan homofon, kesalahan dalam menafsirkan makna indiom, kesalahan dalam menafsirkan arti peribahasa, pengembalian stimulus,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang tindak tutur belum begitu banyak dilakukan oleh mahasiswa di

BAB I PENDAHULUAN. kesehariannya manusia saling membutuhkan interaksi dengan sesama untuk

BAB I PENDAHULUAN. sedang mengalami perubahan menuju era globalisasi. Setiap perubahan

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

BAB l PENDAHULUAN. mengalami perkembangan seiring dengan pengguna bahasa. Bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. percakapan tidak tertulis bahwa apa yang sedang dipertuturkan itu saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial pasti melakukan proses komunikasi dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dapat mendukung proses berjalannya suatu penelitian.

Tindak Tutur Komisif di Pasar Tradisional Pasir Gintung Tanjungkarang dan Implikasinya. Oleh

1. PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang arbitrer yang dipergunakan oleh masyarakat untuk

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

KESANTUNAN DAN FUNGSI PRAGMATIK WACANA TANYA JAWAB KONSULTASI REMAJA RUBRIK DEAR MBAK PIPIET KORAN SUARA MERDEKA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. istilah. Berikut diuraikan penjelasan yang berkaitan dengan pendahuluan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewi Khusnul Khotimah, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat

Transkripsi:

oleh Fajar Hilmya Yusifa, R. Hendaryan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Galuh ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ketidaksadaran pembicara dan lawan bicara bahwa ada kaidahkaidah kesantunan yang mengatur tindakan, penggunaan bahasa dan interpretasi-interpretasi pembicara terhadap tindakan dan ucapan lawan bicara. Sehingga pembicaraan dapat dipahami oleh keduanya. Selama ini kita hanya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar saja, padahal ada bahasa santun yang harus kita gunakan supaya komunikasi kita menjadi lebih baik dan tidak menyinggung perasaan lawan bicara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dipilih karena penulis mengidentifikasi serta mendeskripsikan masalahmasalah yang berkenaan dengan tuturan yang tidak santun melalui analisis data. Dari hasil penelitian dan pembahasan ditemukan bahwa 1). Bentuk kesantunan berbahasa Indonesia dapat dilihat dari aspek linguistis dan pragmatis. Aspek linguistis meliputi intonasi, diksi dan struktur kalimat. a. Penutur akan dikatakan santun ketika ia mampu menguasai emosi yang ada dalam dirinya. b. Penggunaan pilihan kata yang baik, tepat dan sesuai akan menghasilkan tuturan yang santun. c. Penggunaan struktur kalimat yang benar mempengaruhi penilaian lawan tutur terhadap sebuah tuturan. Aspek pragmatis meliputi majas, basa-basi, peribahasa dan campur kode. 2) Pola kesantunan berbahasa Indonesia meliputi : a. Tuturan langsung b. Tuturan tak langsung. Penutur yang mampu menyatakan maksudnya secara tak langsung akan dinilai lebih santun jika dibandingkan penutur yang menyampaikan maksud secara langsung. Pola kesantunan berbahasa Indonesia antara siswa dan siswa di lingkungan sekolah keseluruhan menggunakan tuturan langsung tanpa basa basi, mencerminkan pribadi siswa SMP yang cenderung apa adanya. Kata kunci: analisis bahasa, jejaring sosial, facebook PENDAHULUAN Praktik berkomunikasi, tidak akan pernah lepas dari adanya bentuk dan pola kesantunan berbahasa Indonesia. Bentuk kesantunan meliputi bentuk kesantunan linguistis dan pragmatis. Kaidah berbahasa secara linguistis antara lain digunakannya struktur kalimat, pilihan kata ( diksi ) dan intonasi yang benar agar komunikasi berjalan lancar, sedangkan kaidah berbahasa secara pragmatis misalnya dengan menggunakan gaya bahasa. Selanjutnya pola kesantunan berbahasa meliputi tuturan langsung dan tak langsung. Berbahasa adalah aktivitas sosial. Kegiatan berbahasa bisa terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya. Dalam berbicara, pembicara dan lawan bicara samasama harus menyadari bahwa ada kaidahkaidah yang mengatur tindakan, penggunaan bahasa, dan interpretasi-interpretasi pembicara terhadap tindakan dan ucapan lawan bicaranya. Ketika kita bertutur, pembicara diharapkan menggunakan bahasa yang santun agar lawan bicara dapat menghormatinya. Bahasa yang santun adalah bahasa yang dapat diterima oleh orang lain dan tidak menyinggung perasaan orang tersebut. Namun, pada kenyataannya masih banyak orang yang tidak bisa berbahasa dengan santun karena berbagai hal yaitu belum adanya piranti yang standar, ketidaktahuan penutur terhadap norma dan nilai kesantunan. Santun adalah halus dan baik ( budi bahasanya, tingkah lakunya ), sabar dan tenang, sopan, penuh rasa belas kasihan, suka menolong (KBBI, 2008:1224). Nababan (1986) menyatakan bahwa kesantunan merupakan aturan perilaku yang ditetapkan dan disepakati bersama oleh suatu masyarakat tertentu sehingga kesantunan sekaligus menjadi prasyarat yang disepakati oleh perilaku sosial. Ada dua cara yang dapat dilakukan ketika berkomunikasi dengan bahasa, yaitu secara tertulis dan secara lisan. Penggunaan bahasa secara tertulis merupakan hubungan komunikasi tidak langsung karena pesan yang 41 J u r n a l L i t e r a s i

ingin disampaikan melalui media tulisan, sedangkan penggunaan bahasa secara lisan merupakan hubungan komunikasi langsung yang mengakibatkan adanya peristiwa tutur dan tindak tutur. Ketika berkomunikasi, seseorang harus memperhatikan kesantunan dalam berbahasa. Ironisnya, kesantunan dalam berbahasa mengalami pengikisan. Hal ini tampak pada salah satu fenomena kebahasaan yang penulis dapatkan yaitu tuturan yang diucapkan oleh salah satu siswa : 1. Hei, mana tugas matematika kamu aku mau lihat! 2. Maaf Rin, boleh Aku lihat tugas matematika kamu? Fenomena kebahasaan di atas merupakan penggalan salah satu kalimat penunjukan kesantunan berbahasa Indonesia yang diucapkan oleh siswa SMPN 5 Ciamis. Penulis akan meneliti fenomena kebahasaan yang terjadi di kalangan siswa, yaitu bahasa Sunda, bahasa Indonesia, dan bahasa asing. Tuturan tersebut pada dasarnya samasama mengharapkan mitra tutur ( siswa A ) memberikan tanggapan yang berupa memberikan izin kepada siswa B. Kedua tuturan itu menghendaki wujud tanggapan yang sama. Tuturan kedua memiliki tingkat kelangsungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tuturan pertama. Berbeda halnya apabila tingkat kelangsungan dan ketidaklangsungan itu dikaitkan dengan tingkatan-tingkatan kesantunan. Dapat dikatakan bahwa tuturan pertama memiliki kadar kesantunan yang rendah dibandingkan dengan tuturan kedua. Maka dapat disimpulkan bahwa tuturan yang langsung kurang santun dibandingkan dengan tuturan yang tidak langsung. Penulis akan meneliti fenomena kebahasaan yang terjadi di lingkungan sekolah. Banyak hal yang membuat kata-kata kasar keluar dari pemakainya salah satunya adalah gaya bahasa sarkasme. Sarkasme itu sendiri kadang bisa memancing kemarahan orang yang dituju, tetapi kadang juga tidak berpengaruh. Karena itu sudah menjadi hal yang lumrah untuk keduanya padahal berbahasa santun sangat penting dilakukan karena bahasa mencerminkan pribadi seseorang dan karaketr seseorang dapat dibaca dari bagaimana seseorang bertutur. (Pranowo, 2013 : 23 ). Penulis memilih analisis kesantunan berbahasa pada tuturan siswa di sekolah berdasarkan pertimbangan bahwa ragam bahasa yang kasar kerap kali menjadi instrumen komunikasi dalam pergaulan sebagian masyarakat Indonesia, baik di kalangan yang berpendidikan maupun yang tidak berpendidikan karena, penelitian mengenai kesantunan berbahasa ini masih jarang dilakukan maka penulis tertarik untuk menelitinya. METODE Metode merupakan suatu langkah kerja yang berencana dan teratur untuk mencapai suatu tujuan. Latar belakang dan masalah yang muncul dalam penelitian ini adalah masalahmasalah faktual. Maksudnya, masalah kesantunan berbahasa adalah masalah yang sedang dihadapi oleh pemakai bahasa Indonesia sekarang. Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif yang bersifat deskriptif. Data yang dihasilkannya berupa kata-kata dan kalimat-kalimat yang termasuk kategori sarkasme yang diucapkan siswa di lingkungan sekolah. Dalam hal ini penulis membuat deskripsi tentang bagaimana bentuk kesantunan berbahsa Indonesia yang digunakan oleh siswa. Selain itu, penulis juga mengumpulkan fakta-fakta mengenai pola kesantunan berbahasa Indonesia yang digunakan oleh siswa di lingkungan sekolah. Fokus kajian dalam penelitian ini adalah penunjukan pola kesantunan berbahasa Indonesia oleh siswa di lingkungan SMP. Tabel fokus kajian penelitian Fokus Kajian Aspek yang dikaji Alat Ukur 1.Bentuk 1. Teori kesantunan kesantunan berbahasa menurut Indonesia Pranowo. antara siswa 2. Rekaman dengan siswa. siswa Penunjukan kesantunan berbahasa Indonesia oleh siswa SMPN 5 Ciamis 2.Pola kesantunan berbahasa Indonesia 1. Teori kesantunan menurut Dell Hymes. 42 J u r n a l L i t e r a s i

antara siswa dengan siswa. 2. Rekaman siswa HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan dengan teknik yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, penulis mendapatkan hasil penelitian berupa rekaman. Pada bagian ini akan dideskripsikan hasil penelitian mengenai penunjukan kesantunan berbahasa Indonesia siswa SMPN 5 Ciamis. Secara teoritis dapat dirumuskan kesantuna berbahasa berkaitan erat dengan bentuk dan pola kesantunan berbahasa. Bentuk kesantunan berbahasa dapat dilihat dari aspek linguistis dan pragmatis. Aspek linguistis meliputi intonasi, diksi dan struktur kalimat. Aspek pragmatis berkaitan dengan cara/gaya bahasa, sedangkan pola kesantunan meliputi tuturan langsung dan tak langsung. Di bawah ini hasil transkripsi rekaman tuturan/percakapan antara siswa dan siswa di lingkungan sekolah pada situasi pergaulan : Tuturan ( Percakapan ) antara siswa dan siswa Percakapan 1 Sri : Hai teman-teman.. tadi malam nonton sinetron putih abu-abu gak? Risma : Ya nonton atuh kan favorit. Nur : Saya juga liat lumayan seru loh. Sri : Seru kok ada lumayan sich Nur : Hehe daripada lumanyun Ria : Yaaaaahhh semalam aku udah tidur nyesel banget. Tati : Yoyoy sama aku juga ketiduran. Sri : kenapa atuh malah ketiduran jadi we kalian gak liat Kak Celvin yang makin cakep aza. Risma : Ih cakepan Aa Derby Romero atuh, cool abizzz. Angga : Kemarin nonton persib enggak kawan? Wafa : Ahhh.. buat apa nonton percuma kalah terus!! Angga : Jangan begitu atuh kamu teh kan bobotoh sejati Fazri : Iya Wafa biarin atuh pemenang mah kalah dulu baru nanti menang Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan, maka pada pembahasan inilah semua rumusan masalah akan dijawab dan dijelaskan. Rumusan masalah pertama yakni bagaimana bentuk kesantunan berbahasa Indonesia yang digunakan oleh siswa di lingkungan sekolah? Konteks tuturan atau percakapan pada hasil penelitian di atas akan dianalisis berdasarkan bentuk kesantunan yang dibagi menjadi dua yaitu linguistik dan pragmatik. Segi linguistik meliputi intonasi, diksi dan struktur kalimat. Percakapan di bawah ini terjadi antara siswa dengan siswa dalam situasi pergaulan dan berlangsung pada jam istirahat. Percakapan 1 Situasi Pergaulan Percakapan 1 Indikator kesantunan Sri : Hai temanteman.. tadi malam nonton sinetron putih abu-abu gak? Risma : Ya nonton atuh kan favorit. Nur : Saya juga liat lumayan seru loh. Sri : Seru kok ada lumayan sich Nur : Hehe daripada lumanyun Ria : Yaaaaahhh semalam aku udah tidur nyesel banget. Tati : Yoyoy sama aku juga ketiduran. Sri : Kenapa atuh malah ketiduran jadi we kalian gak liat Kak Celvin yang makin cakep aza. Risma : Ih cakepan Aa Derby Romero atuh, cool abizzz. Dell Hymes (S) Setting and scene : Di luar kelas ketika jam istirahat (P) Participants : Siswa dengan siswa (sri, risma, nur, ria, tati) (E) Ends : Mereka sedang membicarakan sinetron putih abu-abu (A) Act sequences : Mengacu pada bentuk dan pesan yang disampaikan. disampaikan dengan bahasa lisan. (K) Key : Cara yang penuh semangat dan dalam percakapan cukup dipahami oleh pendengar atau mitra tutur (I) instrumentalists : Jalur bahasa yang digunakan adalah bahasa lisan (N) Norms : Norma mengacu pada norma sosial (G) Genres : Mengacu pada ragam bahasa yang digunakan. 43 J u r n a l L i t e r a s i

Kaidah berbahasa secara linguistis antara lain digunakannya diksi ( Piliihan kata ), intonasi dan struktur kalimat. a. Diksi ( Pilihan Kata ) Salah satu faktor penentu bentuk kesantunan yaitu penggunaan pilihan kata ( diksi ) yang tepat sesuai dengan peristiwa tutur dan lawan tutur. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tuturan siswa ketika berinteraksi dengan siswa lain dalam situasi pergaulan menggunakan pilhan kata ( diksi ) yang sesuai dengan situasi pertuturan. Hal ini terlihat pada dialog siswa : Nur : Saya juga liat lumayan seru loh b. Intonasi Faktor intonasi sangat mempengaruhi kesan lawan tutur terhadap sebuah tuturan. Penutur akan dikatakan santun ketika ia mampu menguasai perasaan, emosi yang ada dalam dirinya ketika berkomunikasi dengan orang lain. Pelafalan yang jelas akan membuat komunikasi berjalan dengan lancar. Begitu pun nada tuturan harus sesuai situasi, topik pembicaraan, lawan tutur, dan jarak. Tabel di atas menunjukkan bahwa dalam ragam pergaulan, siswa yang bernama Risma mampu menjaga kestabilan intonasi tuturnya meskipun dalam keadaan kesal karena artis favoritnya tidak diidolakan teman-teman yang lain. Terlihat pada dialog : Risma : Ih cakepan Aa Derby Romero atuh, cool abizzz. c. Struktur Kalimat Penggunaan struktur kalimat yang benar mempengaruhi penilaian lawan tutur terhadap sebuah tuturan. Penutur hendaknya menggunakan struktur kalimat yang baik, dapat dipahami dan diterima dengan mudah tanpa menyinggung perasaan lawan tutur. Pada situasi pergaulan di atas siswa yang bernama Sri menggunakan struktur kalimat yang baik, dapat dipahami dan diterima dengan mudah tanpa menyinggung perasaan lawan tutur. Penutur yang mampu menggunakan struktur kalimat dengan baik dapat dikatakan penutur yang santun. Terlihat pada dialog : Sri : Seru kok ada lumayan sich. d. Gaya Bahasa Bentuk kesantunan yang kedua yakni bentuk kesantunan pragmatis. Bentuk kesantunan pragmatis yaitu cara atau gaya bahasa yang digunakan dalam tuturan. Gaya bahasa yang digunakan siswa dalam tuturan situasi pergaulan di atas yaitu penggunaan logat bahasa daerah dan bahasa asing. Angga: Kemarin nonton persib enggak kawan? Wafa: Ahhh.. buat apa nonton percuma kalah terus!! Angga : Jangan begitu atuh kamu teh kan bobotoh sejati Fazri: Iya Wafa biarin atuh pemenang mah kalah dulu baru nanti menang Indikator kesantunan Dell Hymes (S) Setting and scene: Di luar kelas ketika jam istirahat (P) Participants: Siswa dengan siswa (angga, wafa, fazri) (E) Ends: Mereka sedang membicarakan tim sepak bola persib (A) Act sequences: Mengacu pada bentuk dan pesan yang disampaikan. disampaikan dengan bahasa lisan. (K) Key: Cara yang biasa saja, tidak tinggi dan dalam percakapan cukup dipahami oleh pendengar atau mitra tutur (I) instrumentalists: Jalur bahasa yang digunakan adalah bahasa lisan (N) Norms: Norma mengacu pada norma sosial (G) Genres: Mengacu pada ragam bahasa yang digunakan. Kaidah berbahasa secara linguistis antara lain digunakannya diksi ( Piliihan kata ), intonasi dan struktur kalimat. a. Diksi ( Pilihan Kata ) Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tuturan siswa ketika berinteraksi dengan siswa lain dalam situasi pergaulan menggunakan pilhan kata ( diksi ) yang sesuai dengan situasi pertuturan. Terlihat pada dialog, Angga : Kemarin nonton persib enggak kawan? b. Intonasi Tabel di atas menunjukkan bahwa dalam ragam pergaulan, siswa yang bernama Wafa kurang mampu menjaga kestabilan 44 J u r n a l L i t e r a s i

intonasi tuturnya dalam keadaan kesal karena tim bola favoritnya kalah bertanding. Terlihat pada dialog, Wafa : Ahhh.. buat apa nonton percuma kalah terus!! c. Struktur Kalimat Pada situasi pergaulan di atas siswa yang bernama Angga menggunakan struktur kalimat yang baik, dapat dipahami dan diterima lawan tutur. Penutur yang mampu menggunakan struktur kalimat dengan baik dapat dikatakan penutur yang santun. Terlihat pada dialog, Angga : Kemarin nonton persib enggak kawan? d. Gaya Bahasa Bentuk kesantunan yang kedua yakni bentuk kesantunan pragmatis. Bentuk kesantunan pragmatis yaitu cara atau gaya bahasa yang digunakan dalam tuturan. Gaya bahasa yang digunakan siswa dalam tuturan situasi pergaulan di atas yaitu penggunaan logat bahasa daerah. Pola Kesantunan Berbahasa Indonesia Antara Siswa dengan Siswa di lingkungan Sekolah Hasil penelitian yang telah didapatkan selanjutnya dianalisis berdasarkan pola kesantunan berbahasa yang meliputi tuturan tak langsung, terbalik, tuturan yang implisit, gaya bahasa, campur kode atau alih kode, personal, basa-basi, peribahasa, dan ungkapan. Percakapan 1 Percakapan 1 Indikator kesantunan Dell Sri : Hai teman-teman.. tadi malam nonton sinetron putih abuabu gak? Risma : Ya nonton atuh kan favorit. Nur : Saya juga liat lumayan seru loh. Sri : Seru kok ada lumayan sich Nur : Hehe daripada lumanyun Ria : Yaaaaahhh semalam aku udah tidur nyesel banget. Tati : Yoyoy sama aku juga ketiduran. Sri : Kenapa atuh malah ketiduran jadi we kalian gak liat Kak Celvin Hymes (S) Setting and scene: Di luar kelas ketika jam istirahat (P) Participants: Siswa dengan siswa (sri, risma, nur, ria, tati) (E) Ends : Mereka sedang membicarakan sinetron putih abu-abu (A) Act sequences: Mengacu pada bentuk dan pesan yang disampaikan. disampaikan dengan bahasa lisan. (K) Key : Cara yang penuh semangat dan dalam percakapan cukup dipahami oleh pendengar atau mitra tutur yang makin cakep aza. Risma: Ih cakepan Aa Derby Romero atuh, cool abizzz. (I) instrumentalists: Jalur bahasa yang digunakan adalah bahasa lisan (N) Norms: Norma mengacu pada norma sosial (G) Genres: Mengacu pada ragam bahasa yang digunakan. Pola kesantunan berbahasa meliputi tuturan tak langsung, terbalik, tuturan yang implisit, gaya bahasa, campur kode atau alih kode, personal, basa-basi, peribahasa, dan ungkapan. a. Tuturan langsung Kadar kelangsungan suatu tuturan akan menentukan kesan lawan tutur terhadap penutur. Penutur yang menyatakan maksudnya secara langsung biasanya dinilai kurang santun. Dari tabel di atas siswa bernama Sri menanyakan kepada teman-temannya secara langsung tentang sinetron putih abu-abu. Sri :Hai teman-teman.. tadi malam nonton sinetron putih abu-abu gak? b. Tuturan tak langsung Kadar ketidaklangsungan suatu tuturan akan menentukan kesan lawan tutur terhasap penutur. Penutur yang mampu menyatakan maksudnya secara tidak langsung akan dinilai lebih santun jika dibandingkan penutur yang menyampaikan maksud secara langsung. Dari tabel di atas siswa bernama Nur menyampaikan tuturannya secara tidak langsung. Nur : Hehe daripada lumanyun. Angga : Kemarin nonton persib gak kawan? Wafa : Ahhh.. buat apa nonton percuma kalah terus!! Angga : Jangan begitu atuh kamu teh kan bobotoh sejati Fazri : Iya Wafa biarin atuh Indikator kesantunan Dell Hymes (S) Setting and scene : Di luar kelas ketika jam istirahat (P) Participants : Siswa dengan siswa (angga, wafa, fazri) (E) Ends : Mereka sedang membicarakan tim sepak bola persib (A) Act sequences : Mengacu pada bentuk dan pesan yang disampaikan. 45 J u r n a l L i t e r a s i

pemenang mah kalah dulu baru nanti menang disampaikan dengan bahasa lisan. (K) Key : Cara yang biasa saja, tidak tinggi dan dalam percakapan cukup dipahami oleh pendengar atau mitra tutur (I) instrumentalists : Jalur bahasa yang digunakan adalah bahasa lisan (N) Norms : Norma mengacu pada norma sosial (G) Genres : Mengacu pada ragam bahasa yang digunakan. a. Tuturan langsung Dari tabel di atas siswa bernama Angga menanyakan kepada temn-temannya tentang pertandingan sepak bola tim Persib. Angga : Kemarin nonton persib gak kawan? b. Tuturan tak langsung Dari tabel di atas tidak ditemukan tuturan siswa yang disampaikan secara tidak langsung. langsung. pola kesantunan berbahasa Indonesia antara siswa dan siswa di lingkungan sekolah keseluruhan menggunakan tuturan langsung tanpa basa basi, mencerminkan pribadi siswa SMP yang cenderung apa adanya dan simpel. DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul dan Agustin. 2004.: Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta. Departemen Pendidikan Nasional. 2008. KBBI Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Harras, Kholid. Santun Berbahasa. Bandung : Universitas Pendidikan. Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip - Prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia. Pranowo. 2009. Berbahasa Secara Santun. Yogyakarta: Pustaka Pelajar SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Bentuk kesantunan berbahasa Indonesia terwujud dalam dua aspek, yaitu aspek linguistis dan pragmatis. Aspek linguistis meliputi intonasi, diksi dan struktur kalimat dan aspek pragmatis berkaitan dengan majas, basa-basi, peribahasa dan campur kode. Bentuk kesantunan berbahasa Indonesia antara siswa dan siswa di lingkungan sekolah keseluruhan menggunakan intonasi, diksi, struktur kalimat, majas, basa-basi, peribahasa dan campur kode yang tepat dan sesuai sehingga tuturan dapat diterima dan dipahami oleh mitra tutur. 2. Pola kesantunan berbahasa Indonesia meliputi tuturan langsung dan tak 46 J u r n a l L i t e r a s i