PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Keikutsertaan Pap Smear Pada Pasangan Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Boyolali X) Maryana Nurul Hidayati, 2) Atiek Murharyati, 3) Wahyu Dwi Agussafutri 1) Mahasiswa SI Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta 2) Dosen Prodi SI Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta 3) Dosen Prodi SI Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta Abstrak Kanker serviks merupakan salah satu penyebab kematian wanita. Di Jawa Tengah terdapat 1.934 kasus pada tahun 2013 dan sebanyak 1.213 kasus pada tahun 2014. Kanker serviks dapat di cegah dengan pemeriksaan pap smear. Namun cakupanpap smear di indonesia masih rendah yaitu sekitar 5%. Faktor yang mempengaruhi rendahnya keikutsertaan pap smear diantaranya adalah kurangnya tingkat pengetahuan wanita tentang kanker serviks. Jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini sebanyak 78 responden. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian cross sectional. Dalam menentukan sampel digunakan teknik purposive sampling dengan uji chi-square. Hasil analisa diketahui nilai hitung sebesar 24,977 dengan nilai p sebesar 0,001 dengan nilai (a) < 0,05. Dengan demikian ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan keikutsertaan pap smear pada pasangan usia subur di wilayah kerja Puskesmas 1 Boyolali. Kata kunci : Tingkat Pengetahuan, Keikutsertaan, Pap Smear
STUDY PROGRAM OF NURSING STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016 Maryana Nurul Hidayati The relation between level knowledge and the participation of pap smear in couples of reproductive age at puskesmas 1 boyolali Abstrac Cervical cancer is one of the canser of death among women in central java there were 1934 cases in 2013 and 1213 cases in 2014. Cervical canser can be prevented by pap smear. However pap smear coverage in indonesia is skil low it s about 5%. The low participation of pap smear is causes by a lack of knowledge among women about cervical canser. Total sampels in this research are 78 respondents. This type of research is quantitative research with cross sectional method. The tehnique used to samples in this researchis purposive sampling with chi square. The results of analysis is know to the pvaloe is 24.977 with pvalues 0,001 < 0,05 so there is a correlation betwen the level of know ledge and the participation of the pap smear in couples of reproductive age at puskesmas 1 boyolali Keywords : level of knowledge, participation, pap smear
PENDAHULUAN Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtera secara fisik, mental dan sosial yang utuh dan tidak sematamata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya (Prawiroharjo, 2008). Salah satu penyakit yang dapat menganggu kesehatan organ reproduksi dan paling sering menyerang wanita adalah kanker serviks (Kemenkes, 2012). Nurchasanah (2009), kanker serviks terjadi pada serviks uterus, kanker ini biasanya menyerang pada wanita berusia di atas 35 tahun, tetapi kasus ini juga pernah ditemukan pada wanita berusia 20-30 tahun. Menurut Rasjidi (2008), keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, status sosial ekonomi yang rendah, keterbatasan sumber daya, keterbatasan sarana dan prasarana, dan juga tingkat pendidikan berperan penting dalam menentukan prognosis dari penderita. Oleh karena itu, deteksi dini terhadap kanker serviks sangat penting dilakukan. Data WHO tahun 2013, insiden kanker meningkat dari 12,7 juta orang pada tahun 2008 menjadi 8,2 juta pada tahun 2012. Di tingkat Dunia, kanker serviks merupakan penyakit kanker terbanyak nomor dua yang diderita oleh perempuan di dunia setelah kanker payudara. Hampir 80% kasus kanker serviks ini ditemukan pada negara - negara dengan tingkat pendapatan yang rendah (WHO, 2013). Sedangkan di Indonesia, berdasarkan data dari Badan Registrasi Kanker Ikatan Dokter Ahli Patologi Indonesia (IAPI), kanker serviks menduduki peringkat pertama (17,2%) dari seluruh kasus kanker, diikuti kanker payudara (12,2%). Berdasarkan data dari kementerian kesehatan, bahwa di Indonesia terdapat 90-100 kasus kanker serviks per 100.000 penduduk. Sedangkan berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi kanker payudara dan kanker serviks di Indonesia adalah 1,4/1000. Prevalensi tertinggi terjadi di Yogyakarta (4,1%), dikuti Jawa Tengah (2,1%), Bali (2%), Bengkulu dan DKI masing-masing (1,9%) (Riskesdas, 2013). Data kasus penyakit kanker di provinsi Jawa Tengah dari tahun ke tahun menunjukkan angka yang cukup tinggi, khususnya kasus kanker serviks 1
(Dinkes, 2015). Jika kanker serviks ditemukan masih dalam stadium awal, masih mempunyai peluang >80% untuk disembuhkan sehingga program deteksi dini (skrining) sangat penting untuk dilakukan. Sekitar 50% yang didiagnosa menderita kanker serviks, terbukti sebelumnya belum pernah melakukan pemeriksaan pap smear (Morisson,2010). Di Indonesia, cakupan program skrining Pap smear baru sekitar 5% (Samadi dan Heru, 2010). Ada beberapa faktor hambatan dalam pemeriksaan pap smear, diantaranya adalah perilaku pasangan usia subur yang enggan untuk diperiksa karena kurangnya pengetahuan pasangan usia subur tentang pap smear, rasa malu dan rasa takut untuk memeriksa organ reproduksi serviks kepada tenaga kesehatan, faktor biaya khususnya pada golongan ekonomi yang lemah, sumber informasi dan fasilitas atau pelayanan kesehatan yang masih minim untuk melakukan pemeriksaan pap smear (Candraningsih, 2011). Menurut data dari Puskesmas 1 Boyolali tahun 2015 jumlah wanita pasangan usia subur sebanyak 4377 (43,77%), jumlah wanita usia subur yang berkunjung di Puskesmas 1 Boyolali rata-rata 365 (8,34%), jumlah wanita yang sudah melakukan pap smear sekitar 15 (4,01%) dan terdapat sekitar 76 (20,82%) kasus kanker serviks. Sedangkan berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan di Puskesmas 1 Boyolali terhadap 10 responden dengan memberikan pertanyaan tentang pengertian, tanda gejala, dan manfaat pap smear dan didapatkan hasil wawancara yaitu 5 respoden mengetahui tentang pengertian dan gejala pap smear, 1 responden mengetahui tentang manfaat pap smear, dan 4 responden belum mengetahui tentang pap smear. peneliti mendapatkan data bahwa tingkat pendidikan di wilayah kerja Puskesmas terdiri dari pendidikan dasar, menengah, dan atas. Berdasarkan permasalahan di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Keikutsertaan Pap Smear pada Pasangan Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Boyolali. 2
Tujuan penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan keikutsertaan pap smear pada pasangan usia subur di wilayah kerja Puskesmas 1 Boyolali. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk : 1. Menganalisa tingkat pengetahuan ibu tentang keikutsertaan pap smear pada pasangan usia subur di wilayah kerja Puskesmas 1 Boyolali. 2. Menganalisa keikutsertaan pap smear pada pasangan usia subur di wilayah kerja Puskesmas 1 Boyolali. 3. Menganalisa hubungan tingkat pengetahuan dengan keikutsertaan pap smear pada pasangan usia subur di wilayah kerja Puskesmas 1 Boyolali. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan bulan Juni 2016 di wilayah kerja Puskesmas 1 Boyolali. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskripsi korelasi yaitu menggambarkan masalah penelitian yang terjadi pada suatu daerah tertentu untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel (Hidayat, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang berkunjung di Puskesmas 1 Boyolali yaitu sejumlah 365 orang perbulan. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai dengan kehendak peneliti. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 78 orang. Alat pengumpul data yang akan digunakan oleh peneliti adalah kuesioner yang disebarkan langsung pada responden tanpa diwakilkan. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang digunakan oleh pewawancara untuk melakukan tugas wawancara atau dikirimkan kepada responden sebagai sistem angket. Kuesioner digunakan untuk menilai tingkat pengetahuan dengan keikutsertaan pap smear. Analisa univariat pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui karakteristik responden yang meliputi tingkat pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, dan keikutsertaan pap smear. Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah chi square. Uji chi 3
square digunakan karena data merupakan data kategorik (nominal dan ordinal). Proses pengujian chi square adalah membandingkan frekuensi yang terjadi (observasi) dengan frekuensi harapan (ekspektasi). Keputusan uji chi square, menolak H0 apabila p < a (0,05), artinya ada hubungan bermakna antara variabel dependen dengan variabel independen. H0 gagal ditolak apabila p > a (0,05), artinya tidak ada hubungan bermakna antara variabel bebas dengan variabel terikat. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Analisa univariat Karakteristik responden berdasarkan tingkat pengetahuan. Tabel 1 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pengetahuan (n=78) Tingkat Frekuensi Persentase pengetahuan (%) pengetahuan tentang pap smear pada pasangan usia subur di wilayah kerja Puskesmas 1 Boyolali tergolong cukup. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pendidikan, pekerjaan, media informasi, lingkungan, minat dan usia. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka akan meningkatkan kesadaran seseorang tersebut untuk melakukan pemeriksaan pap smear. Notoatmodjo (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan diantaranya adalah segi pendidikan, pekerjaan, minat, usia, pengalaman, Baik 30 38,5 Cukup 35 44,9 Kurang 13 16,7 jumlah 78 100,0 Berdasarkan hasil penelitian terhadap 78 lingkungan dan informasi. responden diketahui bahwa sebagian besar responden berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 35 (44,9%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kebudayaan, Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bagus Permadi tentang 4
Hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kanker serviks dengan motivasi melakukan pemeriksaan pap smear pada ibu rumah tangga di Desa Gulungan Sidokerto kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen dengan hasil penelitian tingkat pengetahuan masyarakat tentang kanker serviks tergolong tinggi, sehingga motivasi untuk melakukan pemeriksaan pap smear juga tinggi. pendidikannya rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap seseorang dalam menerima informasi dan nilai- nilai yang baru diperkenalkan. Orang yang berpendidikan rendah, cenderungakan kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia. Faktor yang berperan dalam pengetahuan seseorang adalah tingkat Karakteristik responden pendidikan, seseorang dengan tingkat berdasarkan pendidikan Tabel 2 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan (n=78) Pendidikan Frekuensi Persentase (%) SD 9 11,5 SMP 31 39,7 SMA 34 42,6 DIII 2 2,6 SI 2 2,6 jumlah 78 100,0 Berdasarkan hasil penelitia terhadap 78 responden n diketahui bahwa sebagian besar responden berpendidikan SMA (43,6%). Tidak pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mudah mendapatkan informasi dan menerima hal-hal baru yang berpengaruh pada sikap positif (Herijulianti 2008). Hal ini sejalan dengan penelitian Sukanti, (2007) yang menyatakan bahwa pendidikan mempunyai hubungan yang bermakana dengan pemeriksaan pap smear. Penelitian dengan hasil yang senada juga dilakukan oleh Nurhasanah, (2008) yang mengemukakan bahwa dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menemukan informasi, dan pada akhirnya semakin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat 5
pendidikan berpengaruh terhadap pemeriksaan pap smear. Karakteristik responden berdasarkan keikutsertaan pap smear Tabel 3 Karakteristik responden berdasarkan keikutsertaan pap smear (n=78) Keikutsertaan Frekuensi Persentase (%) Ya 20 25,6 Tidak 58 74,4 Jumlah 78 100,0 Berdasarkan hasil penelitian terhadap 78 responden bahwa mayoritas responden tidak ikut serta dalam pemeriksaan pap smear yaitu sebanyak 58 responden (74,9%). Hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan yang mempengaruhi wanita usia subur untuk ikut serta dalam pemeriksaan pap smear. Selain itu, keyakinan, sarana prasarana dan informasi dari petugas kesehatan dapat mendorong seseorang untuk merubah perilaku kesehatan yang lebih baik. Informasi yang terbatas dapat mengurangi motivasi seseorang untuk ikutserta dalam pemeriksaan pap smear. Teori perilaku kesehatan menurut Lawrence Green terbentuk dari faktor predisposisi yaitu pengetahuan seseorang, faktor pendukung yaitu fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau oleh masyarakat, dan faktor pendorong yaitu sikap dan perilaku petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan. Kinanthi Estu Linadi, (2013), menyatakan bahwa dukungan suami menjadi faktor yang meningkatkan keikutsertaan pasangan usia subur melakukan pap smear. 2. Analisa bivariat Tabel 4 hasil uji bivariat dengan chi squer mayoritas responden yang tidak ikut Berdasarkan hasil penelitian bahwa 35 (44,9%) responden Keikutsertaa n Tida Ya k Total Tingka Baik 13 17 30 0,00 t 1 Penget ahuan Cuku 32 3 35 Kuran 13 0 13 g Total 58 20 78 berpengetahuan cukup dengan serta dalam pemeriksaan pap smear p 6
sebanyak 58 responden (74,4%). Hasil penelitian menunjukkan nilai p-value sebesar 0,001. Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan keikutsertaan pap smear pada pasangan usia subur di wilayah kerja Puskesmas 1 Boyolali. Notoatmodjo (2011), pengetahuan di dapatkan dengan dua cara yaitu cara tradisional dan cara ilmiah atau modern yaitu dengan metode penelitian.selain faktor pengetahuan, keyakinan, sarana prasarana dan informasi dari petugas kesehatan sikap seseorang juga dapat mendorong seseorang untuk merubah perilaku kesehatan yang lebih baik. Informasi yang terbatas dapat mengurangi motivasi seseorang untuk ikutserta dalam pemeriksaan pap smear. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Friska Junita (2013), bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kanker serviks dengan pemeriksaan pap smear. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Kinanthi Estu Linadi (2013), yang menunjukkan dukungan suami dan pengetahuan memiliki hubungan signifikan terhadap keikutsertaan pap smear. Hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kanker serviks dengan motivasi melakukan pemeriksaan pap smear juga dijelaskan oleh Bagus Permadi (2014), hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kanker serviks dengan motivasi melakukan pemeriksaan pap smear. Hasil dari analisa peneliti, bahwa tingkat pengetahuan seseorang dapat mempengaruhi perilaku seseorang tersebut. Semakin tinggi pendidikan, maka akan semakin banyak pengetahuan yang ia miliki, sehingga akan lebih mudah untuk menerima informasi yang di dapatkan. Seperti halnya dalam penelitian ini, semakin rendah tingkat pengetahuan seseorang tentang kanker serviks seperti pengertian, penyebab, pengobatan dan pendeteksian kanker serviks, maka tingkat keikutsertaan untuk melakukan pemeriksaan pap smear pun akan rendah. SIMPULAN 1. Berdasarkan tingkat pengetahuan pasangan usia subur di wilayah kerja Puskesmas 1 Boyolali mayoritas responden berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 35 orang (44,9%). 7
2. Sebagian besar pasangan usia subur di wilayah kerja Puskesmas 1 Boyolali yang tidak melakukan pemeriksaan pap smear yaitu sebanyak 58 orang (74,9%). 3. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan keikutsertaan pap smear pada pasangana usia subur di wilayah kerja Puskesmas 1 Boyolali. Nilai hitung sebesar 24, 977 dengan nilai a sebesar 0,001 <0,05. Dengan demikian terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan keikutsertaan pap smear pada pasangan usia subur di wilayah kerja Puskesmas 1 Boyolali. SARAN 1. Bagi Masyarakat Masyarakat hendaknya meningkatkan pengetahuan mengenai kanker serviks dan deteksi dini kanker serviks dengan keikutsertaan pap smear. 2. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat menjadi menjadi acuan bagi institusi terkait dalam mengembangkan penelitian sejenis dan penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk penelitian lebih lanjut sehingga bermanfaat bagi kita semua. 3. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang modifikasi tingkat pengetahuan dengan keikutsertaan pap smear. 4. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengalaman khususnya di bidang kesehatan reproduksi berkaitan dengan hubungan tingkat pengetahuan dengan keikutsertaan pap smear. DAFTAR PUSTAKA Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta. Candraningsih, 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan WUS Tentang Kanker Serviks dengan Praktek Deteksi Dini Kanker Serviks di BPS Is Manyaran Semarang. Diakses 12 Januari 2016, dari 8
http://eiournal.ac.id/index.php/i lmukeperawatan/search Depkes RI, 2009. Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2009. Jakarta : Dirjen PP&PL. Diakses 26 Maret 2016, dari http://www.depkes.go.id/resour ces/download/pusdatin/profilkesehatan-indonesia/profilkesehatan-indonesia-2009.html Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2015. Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah tahun 2014. Jawa Tengah: Dinkes Provinsi Jawa Tengah. Hidayat, A. A, 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisa Data.Jakarta :Salemba Medika. Junita, Friska. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kanker Serviks Dengan Pemeriksaan Pap Smear Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi Tahun 2013. Jurnal Kesehatan. Jakarta: Program Studi DIII Kebidanan STIKES Medistra Indonesia. Linadi, Estu. 2013. Dukungan Suami Mendorong Keikutsertaan Pap Smear Pasangan Usia Subur (PUS) Di Perumahan Pucang Gading Semarang. Jurnal Kesehatan Reproduksi. 4, 6171. Morrison. 2010. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Pap Smear di Kelurahan Sei Kera Hilir II Medan Tahun 2010. Medan: Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatra Utara. Diakses 28 Maret 2016, dari http://repository.usu.ac.id/hand le/123456789/23320 Notoadmoj o.2011.kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta Nurhasanah C. 2008. Pengaruh Karakteristik Dan Perilaku Pasangan Usia Subur (PUS) Terhadap Pemeriksaan Pap Smear Di RSUZA Banda Aceh Tahun 2008.Medan : Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatra Utara. Diakses 28 Maret 2016, dari http://repository.usu.ac.id/hand le/123456789/6762 Permadi, Bagus. 2014. Hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kanker serviks dengan motivasi melakukan pemeriksaan pap smear pada ibu rumah tangga di desa gulungan sidokerto kecamatan plupuh 9
kabupaten sragen. Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.2. No. 1. Prawirohardjo, S., 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Rasjidi, I. Irwanto, Y. Sulistyanto, H., 2008. Modalitas Deteksi Dini Kanker Serviks.Jakarta : Sagung Seto. Sakanti, A. 2007. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pemeriksaan Pap Smear Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Kecamatan Makasar Tahun 2007. Skripsi. Jakarta : FKM UI. World Health Organization. 2013. Screening For Cervical Cancer. diakses tanggal 16 April 2016, dari http://www.who.int/cancer/dete ction/cervical_cancer_screenin g/en/ 10