BAB IV ANALISA SOSIO-TEOLOGIS TERHADAP PONTA SEBAGAI PERSEMBAHAN DI DESA LONG GELANG Kaihatu mengatakan, bahwa, yang dimaksudkan dengan persembahan adalah, ada yang diberikan kepada kuasa yang baik. Dan yang dipersembahkan tadi bukanlah dari mana mana, akan tetapi dari hasil mereka. Baik dari pertanian, perburuan maupun peternakan. Apa yang dikatakan Kaihatu dalam teori Persembahannya itu, nampak jelas dari jiwa dan semangat setiap tahapan untuk menjadi Ponta. Dan semakin jelas pada sesi terakhir menjadi Ponta. Yakni, keluarga mempersembahkan Ponta kepada Tuhan sebagai sumber berkat. Caranya, keluarga memisahkan yang terbaik untuk Tuhan dengan jumlah yang disepakati dalam musyawarah keluarga. Lalu keluarga menyerahkan Ponta kepada Tuhan melalui doa syukur keluarga dan diserahkan ke gereja. Setelah doa syukur dan menyerahkan persembahan Ponta pada Tuhan, maka keluarga membagikan Ponta kepada Pendeta. Setelah itu baru semua undangan boleh menikmati sebagai tanda ungkapan syukur bersama atas berkat Tuhan bagi keluarga. 1 Sikap para keluarga yang mempersembahkan Ponta pada Allah dan kemudian membagikannya dimulai dari Pendeta lalu berbagi dengan sesama, ini semua sama dengan yang dimaksud St. Darmawijaya, yakni demi menjaga kebahagian dan ketentraman hidup bahkan agar mengalami kepeningkatan, peroleh berkat, oleh sebab itu harus tetap menjaga kesetiaan pada Allah yang mengaruniakan tanah dengan cara memberikan korban sebagai persembahan pada Allah yang memberikan berkat. 2 1 H.H. Rowley, Ibadat Israel Kuno (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1983), 20-21. 2 Disarikan: St. Darmawijaya, Jiwa &Semangat Perjanjian Baru, 23. Page 1
Uraian diatas menekankan bahwa sesi per sesi dari proses menjadi Ponta, sesungguhnya berjiwakan semangat mempersembahkan pada Allah dari hasil tani warga desa Long Gelang, guna memperoleh berkat dan itu diharapkan mewujud melalui hasil akhir di masa panen padi nantinya. Keyakinan ini jelas sekali melekat pada kata Persembahan. Selain itu tidak terlihat. Oleh karena itu, setiap keluarga berusaha memisahkan dan memberikan persembahannya dengan nilai terbaik. Sehingga panen mereka nantinya diberkati dan itu berarti melimpah. Terlihat bahwa sesungguhnya Persembahan dalam iman Kristenlah yang menjiwai pelaksanaan liturgi Ponta di Desa Long Gelang. Mengapa? Karena berdasarkan hasil pengamatan, keterlibatan langsung, wawancara, kuisioner penelitian hal itu tergambar dengan jelas. Semangat cinta kasih juga kemudian yang menjiwai sikap setiap keluarga yang melaksanakan Ponta untuk mengingat sesamanya. Setelah diangkat untuk Persembahan, maka Ponta dibagikan mulai dari Pendeta lalu pada sanak saudara kemudian berlanjut pada sesama sekitar. Hal ini mau menunjukan bahwa berkat yang diperoleh keluarga, kemudian dibagi bagi kepada seluruh masyarakat sebagai sikap dari semangat berbagi hidup. Dengan demikian bersyukur juga memiliki nilai sosial sebagai wujud nyata kasih. Dengan begitu disatu sisi nilai kesaksian nyata namun sisi lainnya sikap itu juga sekaligus mengajak orang lain ikut memuliakan nama Tuhan. Ketika keluarga keluarga yang melakukan ritual Ponta melaksanakannya, maka setiap keluarga juga diajak untuk bukan saja setia pada Allah dengan meyisihkan untuk persembahan, namun juga meyisihkan untuk berbagi hidup dengan sesame. Ini menjadi jiwa pelaksanaan Ponta. ini menjadi cara bersaksi masyarakat Kristen di Long Gelang. Ini menjadi khas. Keunikan pesta Ponta itu sendiri. Page 2
Khas dan unik karena setiap pribadi diajak untuk tidak individualism. Melainkan berjiwa sosial. Sehingga tidak egoistik. Tidak hanya memikirkan kebutuhan sendiri dan keluarga. Nilainilai ini membentuk cara pikir setiap orang sadar atau tidak. Dan hal ini menjadi serupa dengan nilai nilai yang juga Yesus ajarkan dalam Kitab Kitab Injil, yakni agar memperhatikan sesama Semisalnya seperti yang dijabarkan dalam Kitab Matius 5 dan Lukas 6 dibawah ini. 1. Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-nya kepada-nya. 2. Maka Yesuspun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-nya: 3. "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. 4. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. 5. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. 6. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. 7. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. 8. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. 9. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. 10. Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. 11. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Page 3
12. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu." Judul Perikop Garam dunia dan terang dunia 13. "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. 14. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. 15. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. 16. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." Atau semisal Lukas 6: 10-17 tentang Yesus memberi makan lima ribu orang 10. Sekembalinya rasul-rasul itu menceriterakan kepada Yesus apa yang telah mereka kerjakan. Lalu Yesus membawa mereka dan menyingkir ke sebuah kota yang bernama Betsaida, sehingga hanya mereka saja bersama Dia. 11. Akan tetapi orang banyak mengetahuinya, lalu mengikuti Dia. Ia menerima mereka dan berkata-kata kepada mereka tentang Kerajaan Allah dan Ia menyembuhkan orang-orang yang memerlukan penyembuhan. 12. Pada waktu hari mulai malam datanglah kedua belas murid-nya kepada-nya dan berkata: "Suruhlah orang banyak itu pergi, supaya mereka pergi ke desa-desa dan kampungkampung sekitar ini untuk mencari tempat penginapan dan makanan, karena di sini kita berada di tempat yang sunyi." Page 4
13. Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Kamu harus memberi mereka makan!" Mereka menjawab: "Yang ada pada kami tidak lebih dari pada lima roti dan dua ikan, kecuali kalau kami pergi membeli makanan untuk semua orang banyak ini." 14. Sebab di situ ada kira-kira lima ribu orang laki-laki. Lalu Ia berkata kepada murid-murid- Nya: "Suruhlah mereka duduk berkelompok-kelompok, kira-kira lima puluh orang sekelompok." 15. Murid-murid melakukannya dan menyuruh semua orang banyak itu duduk. 16. Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-nya supaya dibagi-bagikannya kepada orang banyak. 17. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian dikumpulkan potonganpotongan roti yang sisa sebanyak dua belas bakul. Budaya Ponta kemudian menyerap nilai nilai Injil. Dan budaya itu punmenjadi sekarakter dengan Injil pada perjalanannya hingga sekarang. Jadi, nilai sosial didalamnya karena pengaruh Injil bukan sebab unsur kekerabatan semata. Namun lebih mengarah pada bentuk nyata kesaksian iman selaku pengikut Yesus. Menarik untuk didalami nantinya, bahwa iamn dan ajaran Kristen mampu mengakomodir budaya local, semisal Ponta. Bahkan sekarakter dengan budaya itu sendiri pada akhirnya. Bahkan iman dan ajaran Kristen mampu mengarahkan untuk hidup berbagi dengan sesama. Ini hanya terjadi ketika iman dan ajaran Kristen betul betul berakar pada hidup, ajaran dan teladan Yesus. Berbasiskan kesaksian para penulis Injil. Dan direnungkan serta diaplikasikan sesuai konteks pembaca juga pendengarnya secara kekinian. Page 5
GPIB mengaktualkan nilai nilai Injil itu dalam semangat kontekstualisasi. Dan GPIB mengakarkan Injil itu pada budaya budaya lokal sebagai cara member nilai nilai dan makna baru padanya. Sehingga setiap orang tetap berada dalam budayanya namun tetap beriman dengan kesungguhan. Inilah yang kemudian terwujud nyata dalam Ponta. bahwa proses penginjilan sejak awalnya hingga saat inilah yang membuat Ponta kemudian memperoleh makna dan nilai baru dalam Injil. Page 6