FPIC Per definisi: Hak masyarakat untuk mendapatkan informasi (Informed) sebelum (Prior) sebuah program atau proyek investasi dilaksanakan dalam wilayah mereka, dan berdasarkan informasi tersebut, mereka secara bebas tanpa tekanan (Free) menyatakan setuju (consent) atau menolak. Dengan rumusan lain FPIC adalah hak komunitas masyarakat (adat) untuk memutuskan jenis kegiatan pembangunan macam apa yang mereka perbolehkan untuk berlangsung dalam tanah adat mereka.
FPIC Itu berarti mengakui hak masyarakat adat untuk mengatakan YA atau TIDAK kepada berbagai proyek pembangunan yang direncanakan akan berlangsung dalam wilayah adat mereka Itu berarti pula: Menghormati sistem pengambilan keputusan dalam komunitas masyarakat adat dan penentuan perwakilan yang mereka lakukan sendiri; Juga berarti bahwa jika pihak luar ingin mengakses wilayah masyarakat adat maka mereka harus menjelaskan apa yang akan mereka lakukan, bernegosiasi dengan kepentingan masyarakat adat, dan mengetahui bahwa masyarakat adat dapat saja setuju atau menolak rencana mereka sebagai pihak luar; Karena itu semua kata dalam FPIC sama pentingnya
Free atau Bebas berarti: Keputusan mesti dicapai melalui proses proses yang saling menghormati kepentingan masingmasing pihak, tanpa ada kekerasan, intimidasi ancaman, penyuapan dan pemaksaan; Tidak boleh ada hasil yang bersifat pura pura p atau tipuan
Prior atau Didahulukan berarti: Informasi didahulukan sebelum proses dialog atau negosiasi berlangsung. Dan proses tadi harus berlangsung sebelum pemerintah atau perusahaan memutuskan yang akan mereka laksanakan di wilayah kelola masyarakat adat atau lokal.
Informed atau diberitahukan berarti: Pihak luar harus menyajikan semua informasi yang mereka miliki tentang rencana investasi atau proyek kepada masyarakat, terkait dengan intervensi yang akan mereka lakukan, dalam bentuk yang mudah dipahami masyarakat; Hal ini berarti memberikan kepada komunitas waktu untuk membaca dan mempelajari, menilai dan mendiskusikan tentang rencana pihak luar tersebut; Hal itu juga berarti bahwa memberikan mereka waktu untuk mengumpulkan informasi informasi i i f i penting yang terkait, sehingga masyarakat mengetahui apa dampak dari proposal pihak luar ini.
Consent atau persetujuan Setiap keputusan atau kesepakatan yang dicapai semestinya dilakukan melalui sebuah proses yang terbuka dan bertahap yang menghormati hukum adat dan otoritas otoritas masyarakat yang telah dipilih; Hal ini juga berarti sebuah akhir dari keputusan keputusan yang ditanda tangani tangani oleh para pemimpin masyarakat yang terkena dampak tanpa harus merujuk lagi kepada seluruh anggota komunitas; karena proses dengan anggota komunitas sudah dilaksanakan sebelum penandatanganan kesepakatan berlangsung;
Keseluruhan ini berarti: Pengakuan bahwa setiap pihak punya hak Hak tiap pihak tidak boleh dipaksakan kepada pihak lain Perlu kesepakatan untuk mempertemukan batasan hak masing masing pihak Agar tidak perlu terjadi lagi adanya pembangunan dan rencana rencana konservasi dl dilakukan k tanpa konsultasi, partisipasi, dan negosiasi atau dengan kata lain tanpa penghormatan terhadap hak hak masyarakat adat;
Jika diterapkan dengan benar, maka: Free, Prior and Informed Consent (FPIC) dapat meminimalisir semua pengabaian terhadap hak hak masyarakat adat. FPIC juga dapat menyeimbangkan hubungan antara komunitas dengan pihak pihak luar, karena FPIC mendorong penghormatan terhadap hak masyarakat adat atas wilayahnya dan apa yang mau mereka lakukan dalam wilayah adat mereka.
Ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi oleh komunitas masyarakat adat: Harus terorganisir dengan baik sebagai sebuah komunitas masyarakat adat, Dapat mencapai dan mempertahankan kesepakatan k di antara mereka sendiri; Dapat menjelaskan secara masuk akal usulan usulan atau proposal mereka dan mampu menegaskan pandangan mereka dalam pertemuan, dialog atau negosisasi dengan pihak luar;
FPIC dan Kewajiban Pemerintah Indonesia dalam Hukum Internasional CERD (Konvensi penghapusan diskriminasi rasial) ICCPR (Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik) ik) ICESCR (Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, sosial dan budaya) CBD (Konvensi Keanekaragaman Hayati) pasal 8j; 10c Ini berarti FPIC harus dihormati di Indonesia
Mengapa FPIC sangat mengemuka saat ini? HAM menguat dan makin luas diterima Hak menentukan nasib sendiri dan hak kolektif makin kuat wacananya dan beberapa sudah diakui Komunitas komunitas menguat dan mendesak adanya kontrol langsung oleh mereka atas urusan mereka sendiri. Negara melemah (liberalisasi i dan penyesuaian struktural) Globalisasi telah membawa sektor swasta berkontak langsung gdengan komunitas Pihak swasta menginginkan adanya aturan main yang dapat mengamankan investasi mereka dari resiko resiko
FPIC dalam Hukum Nasional PasaI 18B (2) Amandemen II UUD 45. Negara mengakui dan menghormati kesatuan kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang undang. Pasal 28 I (3) Amandemen II UUD 45. Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban. Pasal 2 (4) UUPA. Hak menguasai dari Negara tersebut di atas pelaksanaannya dapat dikuasakan kepada daerah daerah Swatantra dan masyarakat hukum adat, sekedar diperlukan dan tidak bertentangan dengan kepentingan nasional, menurut ketentuan ketentuan peraturan pemerintah. Pasal 6 UU HAM No 39/1999: Dalam rangka penegakan hak asasi manusia, perbedaan dan kebutuhan dalam masyarakat hukum adat harus diperhatikan dan dilindungi oleh hukum, masyarakat, dan Pemerintah. Identitas budaya masyarakat hukum adat, termasuk hak atas tanah ulayat dilindungi, selaras dengan perkembangan zaman. Pasal 10 (c) CBD. Melindungi dan mendorong pemanfaatan sumber daya alam hayati yang sesuai dengan praktik praktik budaya tradisional, yang cocok dengan persyaratan konservasi atau pemanfaatan secara berkelanjutan;
FPIC = Hak Selaras dengan prinsip HAM Selaras dengan hak hak dasar: bebas mendapatkan informasi, i bebas b menyatakan persetujuan atau menolak Tidak bertentangan secara prinsip dengan Hukum Internasional dan Hukum nasional Bersifat kolektif Dapat digunakan (aplikatif dan bukan melulu normatif)untuk membangun kesepakatan terhadap pihak luar
FPIC Meminimalkan konflik Konflik timbul terutama karena hak masyarakat adat untuk menyatakan setuju atau menolak dihambat/dihapus/tidak diakui dan dihormati oleh pihak lain (Negara) Upaya py masyarakat adat membangun kesepakatan dengan pihak lain tidak disertai dengan kapasitas yang memadai dalam memahami hak hak, peraturan perundangan terkait, dan penjelasan yang memadai tentang hak secara detail sehingga perimbangan kekuatan tidak terjadi pada tataran konsep dan strategi;
FPIC PENTING sebab: Negara lemah dalam perlindungan hak masyarakat, maka masyarakat pasti menjadi korban dalam benturan konsep hak yang beragam (adat vs hukum positif; aparat vs lembaga adat; uang vs loyalitas). Tidak cukupnya perlindungan oleh negara membuat masyarakat memilih jalan bertahan hidup dengan caranya masing masing; Pihak luar tidak cukup memahami struktur hak dan otoritas otoritas di dalam masyarakat adat. Sebaliknya masyarakat adat kurang paham tentang berbagai hukum negara yang menjadi jdi acuan pihak pihak k luar
Tantangan Masyarakat Adat Struktur adat yang umum dipahami atau dibayangkan sampai saat ini adalah sebuah kenangan sejarah, dan hanya sedikit yang mampu melakukan transformasi struktural dalam komunitasnya;.persoalan ekonomi adalah yang paling banyak mencuat sebagai motif masyarakat, namun ada pula motif kesatuan sosial budaya sebagai sebuah masyarakat upaya mendapat pengakuan sebagai sebuah legal entity.