BAB 1: PENDAHULUAN. anemia termasuk 10 masalah kesehatan terbesar pada abad modern ini. (1) Prevalensi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. menderita anemia. Anemia banyak terjadi pada masyarakat terutama pada. tinggi. Menurut World Health Organization (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. seperti puberteit, adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (Inggris),

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang. Masalah kesehatan yang dihadapi negara-negara berkembang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi.

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. psikologik, dan perubahan sosial (Mansur, 2009). Pada remaja putri, pubertas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) ambang menurut umur dan jenis kelamin (WHO, 2001).

BAB 1 PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) menentukan usia remaja antara tahun.

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya asupan zat gizi yang akan menyebabkan gizi buruk, kurang energi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB I PENDAHULUAN. masa atau usia antara anak-anak dan dewasa. Perubahan fisik pada masa

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) wanita dengan usia tahun

BAB I PENDAHULUAN. optimal. Dibutuhkan tenaga kerja yang sehat, berkualitas dan produktif untuk bersiap

BAB I: PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome atau

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kualitas SDM yang dapat mempengaruhi peningkatan angka kematian. sekolah dan produktivitas adalah anemia defisiensi besi

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. generasi sebelumnya di negara ini. Masa remaja adalah masa peralihan usia

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang menyiapkan tenaga kerja, dituntut mampu menghasilkan lulusan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan. masalah global. Menurut data WHO (World Health Organization) (2014),

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

1998, WHO telah merekomendasikan penambahan suplemen asam folat sebesar 400 µg (0,4 mg) per hari bagi ibu hamil untuk mencegah kelainanan tabung

BAB 1 : PENDAHULUAN. SDKI tahun 2007 yaitu 228 kematian per kelahiran hidup. (1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang

BAB I PENDAHULUAN. dan periode ini penting dalam hal reproduksi. Pada wanita, menstruasi terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang. Berdasarkan Riskesdas (2013), dilaporkan bahwa angka

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan gizi antara lain anemia. Anemia pada kehamilan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia merupakan keadaan berkurangnya kemampuan darah

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh masalah Kurang Energi

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat teratas dan sebagai penyebab kematian tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. koroner, stroke, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes militus yang

BAB I PENDAHULUAN. dan Kusuma, 2011). Umumnya, masa remaja sering diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. usia subur. Perdarahan menstruasi adalah pemicu paling umum. kekurangan zat besi yang dialami wanita.meski keluarnya darah saat

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB I PENDAHULUAN. menarche sampai menopause. Permasalahan dalam kesehatan reproduksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. kapasitas/kemampuan atau produktifitas kerja. Penyebab paling umum dari anemia

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang

Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia Pada Remaja Putri

BAB I PENDAHULUAN. dan Afrika. Menurut World Health Organization (dalam Briawan, 2013), anemia

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja adalah tahapan umur yang datang setelah masa anak anak

BAB I PENDAHULUAN. anemia masih tinggi, dibuktikan dengan data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTERI TENTANG ANEMIA DEFISIENSI BESI DI SMA NEGERI 15 MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kurang vitamin A, Gangguan Akibat kurang Iodium (GAKI) dan kurang besi

BAB I PENDAHULUAN. melemahkan kekebalan tubuh manusia. Sedangkan Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu pembunuh paling berbahaya di dunia. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. melalui alat indra (Lukaningsih, 2010: 37). Dengan persepsi ibu hamil dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World

Transkripsi:

BAB 1: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi pada remaja yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. (1) World Health Organization (WHO) menyebutkan anemia termasuk 10 masalah kesehatan terbesar pada abad modern ini. (1) Prevalensi anemia di dunia sangat tinggi, terutama di negara-negara berkembang. (2) Penderita anemia diperkirakan dua milyar dengan prevalensi terbanyak diwilayah Asia dan Afrika. (2) Prevalensi anemia pada remaja di dunia di perkirakan sebesar 46 %. (3) Sedangkan pada tahun 2011 prevalensi anemia di dunia pada wanita usia subur sebesar 29,4 %. (4) Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan prevalensi anemia di dunia sudah mengalami penurunan, namun masih berada pada kategori masalah anemia sedang yaitu > 20%. (5) Prevalensi anemia pada remaja putri pada tahun 2010 dalam World wide Prevalence of Anemia, angka kejadian anemia pada remaja putri di Negara-negara berkembang sekitar 53,7% dari semua remaja putri. (2) Sedangkan pada tahun 2011 prevalensi anemia di Asia Tenggara pada remaja putri sebesar 45,7%. (6) Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan prevalensi anemia pada remaja putri di Asia tenggara berada pada kategori masalah anemia berat yaitu > 40%. (5) Pada tahun 2007 menurut data Riskesdas prevalensi anemia pada perempuan di Indonesia sebesar 19,7%. (7) Pada Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2008, melaporkan bahwa prevalensi anemia pada remaja dan wanita usia subur (WUS) di Indonesia masih tinggi yaitu 26,5% pada remaja (15-19 tahun) dan 26,9% pada WUS.

Laporan Data Survey Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi anemia pada remaja putri usia 13-18 tahun sebesar 22,7%, dengan proporsi 20,6% di kota dan 22,8% di pedesaan serta 18,4% laki-laki dan perempuan 23,9% perempuan. (8) Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan prevalensi anemia pada remaja putri di Indonesia berada pada kategori masalah anemia sedang yaitu > 20%. (5) Di Provinsi Sumatera Barat, prevalensi anemia diatas rata-rata dengan prevalensi nasional 14,8% menurut acuan SK Menkes prevalensi anemia yaitu sebesar 29,8% perempuan dan 27,6% untuk laki-laki. (7) Provinsi Sumatera Barat menduduki posisi keempat teratas penderita anemia pada wanita setelah Maluku, Sulawesi Tenggara dan Gorontalo. (7) Akibat dari anemia yang dibiarkan berlarut larut berpengaruh terhadap kemampuan mental dan fisik pada remaja putri. (9) Selain itu anemia menimbulkan tandatanda seperti pucat di kelopak mata serta diwajah, mengalami lesu, lemah, letih, lelah, lunglai (5L), sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang pusing, konsentrari belajar menurun sehingga prestasi belajar rendah. (5) Akibatnya prestasi belajar menjadi rendah dibandingan remaja putri yang tidak menderita anemia dan dapat menurunkan produktifitas kerja serta dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena infeksi. (5) Menurut Depkes Anemia terjadi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu terjadi karena kandungan zat besi makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan, meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi, dan meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh. (10)

Penyebab utama anemia yang paling umum diketahui adalah kurangnya kandungan zat besi dalam makanan, penyerapan zat besi dari makanan yang sangat rendah, adanya zat-zat yang menghambat penyerapan zat besi, dan adanya parasit di dalam tubuh seperti cacing tambang atau cacing pita, atau kehilangan banyak darah akibat kecelakaan atau operasi. (11) Remaja masih tergolong kelompok berisiko terhadap anemia terutama pada remaja putri karena selain masa pertumbuhan, remaja putri banyak kehilangan zat besi saat menstruasi. (12) Sering kali remaja putri melakukan pembatasan konsumsi makan dan menghindari jenis makanan tertentu untuk menjaga bentuk tubuhnya, hal ini dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan gizi pada remaja putri. (12) Kebanyakan penderita anemia tidak tahu atau tidak menyadarinya menderita anemia. Bahkan ketika tahu pun masih menganggap anemia sebagai masalah kecil. (12) Asupan gizi besi yang kurang pada remaja putri dapat disebabkan pengetahuan remaja yang kurang tentang pangan sumber zat besi dan peran zat besi bagi remaja. (12) Berdasarkan hal ini maka peningkatan pengetahuan melalui pendidikan gizi dapat mencegah anemia serta memperbaiki perilaku remaja untuk mengonsumsi pangan sumber zat besi sesuai dengan kebutuhan gizinya. Pengetahuan yang baik merupakan salah satu faktor yang memengaruhi sikap dan perilaku seseorang. (13) Pengetahuan gizi berperan dalam pencegahan anemia dengan memberikan pengetahuan cara memilih pangan dengan baik sehingga dapat mencapai keadaan gizi yang optimal. (14) Tingkat pengetahuan yang menentukan perilaku konsumsi pangan salah satunya didapat melalui pendidikan gizi yang umumnya dipandang lebih baik

diberikan sedini mungkin untuk menambah pengetahuan dan memperbaiki kebiasaan konsumsi pangan. (12) Pengetahuan yang kurang tentang anemia menyebabkan remaja memilih makan diluar atau makanan siap saji. (13) Penyebab lain adalah kurangnya kecukupan makan dan kurangnya mengkonsumsi sumber makanan yang mengandung zat besi, selain itu konsumsi makan cukup tetapi makanan yang dikonsumsi memiliki zat besi yang rendah sehingga jumlah zat besi yang diserap oleh tubuh kurang. (13) Kegiatan promosi kesehatan dilakukan untuk pencegahan anemia pada remaja putri merupakan salah satu cara untuk menurunkan kejadian anemia. (15) Jika dilihat dari upaya pencegahan anemia, kegiatan promosi kesehatan merupakan kegiatan yang paling dasar untuk meningkatkan pengetahuan seseorang sehingga membentuk perilaku hidup sehat agar terhindar dari anemia. (15) Perubahan perilaku sangat dipengaruhi oleh pengetahuan seseorang. (15) Salah satu kegiatan promosi kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan agar dapat mengubah perilaku seseorang adalah dengan metode penyuluhan. (15) Penyuluhan merupakan upaya perubahan perilaku manusia yang dilakukan melalui pendekatan edukatif. (15) Peran nasumber sebagai mediator dalam menyajikan materi penyuluhan dituntut untuk memiliki inovasi agar siswa memahami dan mengerti materi yang diberikan. Media yang digunakan harus menarik dan merangsang sistem indera manusia sehingga membuat audience tertarik untuk memperhatikan. Media tersebut misalnya seperti berupa leaflet dan video. (15)

Penelitian Sudibyo Supardi dan Mulyono Notosiswoyo menyatakan bahwa penyuluhan obat dan pemberian leaflet dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap terhadap pengobatan itu sendiri. (16) Penelitian Gunawan tahun 2016, menyatakan bahwa Pendidikan Kesehatan Gigi menggunakan media video lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut anak dibandingkan menggunakan media flip chart. Responden yang diberikan penyuluhan dengan video memiliki pengetahuan baik karena informasi yang disampaikan lebih mudah dipahami. (17) Materi dalam video dikemas berupa efek gambar yangbergerak dengan alur cerita yang menarik serta suara sehingga memberikan gambaran yang lebih nyata. (17) Penelitian terkait penyuluhan dilakukan oleh Jati Sariwanti, dkk menyatakan adanya pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan remaja putri tentang pencegahan anemia di MAN 5 Jombang. (18) Penelitian yang telah dilakukan Umniyyati Husna dan Rizka Fatmawati menyatakan adahubungan antara tingkat pengetahuan remaja putri tentang anemia dengan pola makan di kelas XII MAK Al Mukmin Sukoharjo. (19) Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2015 dan 2016 mendapatkan masih banyaknya siswa sekolah menengah atas (SMA) khususnya remaja putri yang beresiko terkena anemia. (20) Data menunjukkan bahwa SMKN 03 Padang memiliki risiko anemia yang paling tinggi dibandingkan beberapa sekolah menengah (20, 21) atas lain di Kota Padang yaitu sebesar 37,5% (2015) dan sebesar 28,87% (2016). Menurut WHO, apabila prevalensi anemia 40% termasuk kategori berat, sedang 20%- 39%, ringan 5%-19,9%, dan normal 5%. (9) Data anemia di SMKN 3 Padang termasuk masalah kesehatan kategori sedang. (5)

Penelitian yang telah dilakukan oleh Saharyah Sahaban tentang efektifitas media video dan leaflet terhadap pengetahuan tentang anemia siswi SMAN 2 Ngaglik Sleman dengan hasil penelitian menunjukkan media video lebih efektif dibandingkan media leaflet terhadap pengetahuan tentang anemia. (22) Selain itu Ismowati melakukan penelitian tentang efektifitas media Audio Visual Aid s dan leaflet dalam penyuluhan tentang HIV/AIDS terhadap peningkatan pengetahuan remaja di SMP negeri 1 Sampiuh Kabupaten Banyumas Tahun 2011. (23) SMK Negeri 3 Padang memiliki empat jurusan/program studi yaitu akuntansi, administrasi perkantoran, pemasaran, serta teknik komputer dan jaringan. Pihak sekolah belum ada memberikan mata pelajaran atau pengajaran yang khusus tentang anemia kepada siswa atau siswi. Karena siswi belum ada mendapatkan pengetahuan tentang anemia dari sekolah. Promosi kesehatan pada siswi sekolah diberikan dengan cara dan media yang sesuai agar dapat menarik perhatian dan memudahkan siswi untuk menerima informasi tentang anemia. (24) Oleh karena itu peneliti akan memberikan penyuluhandengan menggunakan media leaflet dan video kepada siswi untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan siswi tentang anemia untuk pencegahan anemia. Studi pendahuluan yang telah dilakukan di SMKN 3 Kota Padang dengan melakukan wawancara mengenai pengetahuan tentang anemia kepada 10siswi, peneliti menemukan sebesar 70 % siswi berpengetahuan rendah tentang anemia. Hasil wawancara kepada sepuluh siswi SMKN 3 Padang mengatakan siswi belum mendapatkan informasi tentang anemia dari sekolah.

Selain itu, diberikan informasi tentang beberapa media untuk mendapatkan informasi tentang anemia kepada siswi. Beberapa siswi mengatakan lebih menyukai informasi melalui media video dan leaflet. Oleh sebab itu lokasi penelitian yang dipilih adalah SMKN 3 Padang. Kegiatan ini upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang anemia berupa metode penyuluhan dengan menggunakan media leaflet dan video sebagai bentuk intervensi bagi para siswi yang dijadikan sampel. Sekaligus kegiatan ini diharapkan dapat mencegah terjadinya anemia pada remaja putri. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti berniat untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Penyuluhan Dengan Menggunakan Leaflet Dan Video Terhadap Perubahan Pengetahuan Anemia Pada Remaja Putri Untuk Pencegahan Anemia Di SMKN 3 Kota Padang Tahun 2018 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh penyuluhan dengan menggunakan leaflet dan video terhadap perubahan pengetahuan anemia pada remaja putri untuk pencegahan anemia di SMKN 3 Kota Padang tahun 2018.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui pengaruh penyuluhan menggunakan leaflet dan video terhadap perubahan pengetahuan anemia pada remaja putri untuk pencegahan anemia di SMKN 3 kota padang tahun 2018 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Diketahui rata-rata skor pengetahuan tentang anemia pada remaja putri sebelum dan sesudah penyuluhan menggunakan media leaflet 2. Diketahui rata-rata skor pengetahuan tentang anemia pada remaja putri sebelum dan sesudah penyuluhan menggunakan media video 3. Diketahui rata-rata skor pengetahuan tentang anemia pada remaja putri sebelum dan sesudah tanpa penyuluhan 4. Diketahui perbedaan pengetahuan remaja putri tentang anemia sebelum dan sesudah penyuluhan anemia pada kelompok leaflet, kelompok video dan kelompok kontrol. 5. Diketahui perbedaan perubahan pengetahuan remaja putri tentang anemia sebelum dan rerata sesudah penyuluhan antara kelompok leaflet, video dan kontrol

1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi SMK Negeri 3 Padang Hasil penelitian ini diharapakan sebagai acuan untuk pencegahan anemia dan sebagai bahan masukan untuk dalam memberikan promosi kesehatan yang lebih inovatif dan efektif khususnya mengenai anemia. 2. Manfaat bagi Responden Menambah pengetahuan dan wawasan siswi mengenai anemia untuk pencegahan anemia agar siswi-siswi mengerti dan paham mengenai anemia serta pencegahannya. 3. Manfaat bagi peneliti Bagi peneliti sendiri menambah wawasan dan pengetahuan tentang perbedaan perubahan pengetahuan remaja putri tentang anemia melalui penyuluhan dengan menggunakan leaflet dan video. 4. Manfaat Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Diharapkan penulisan ini dapat memperkaya bahasan dalam bidang promosi kesehatan yang berhubungan dengan pengaruh penyuluhan menggunakan media leaflet dan video terhadap perubahan pengetahuan anemia pada remaja putri untuk pencegahan anemia.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dilakukan di SMKN 3 Kota Padang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari- April 2018 dengan menggunakan sampel siswi kelas 10. Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penyuluhan menggunakan media leaflet dan video terhadap perubahan pengetahuan anemia pada remaja putri untuk pencegahan anemia. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan metode quasi eksperimen. Sampel diambil secara proposional random sampling.