EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN BERBASIS AUDIOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEPATUHAN MINUM OBAT FILARIASIS DI KABUPATEN KUNINGAN

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN CAKUPAN MENELAN OBAT MASSAL PENCEGAH FILARIASIS

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang disebabkan oleh berjangkitnya penyakit-penyakit tropis. Salah satu

PERILAKU MINUM OBAT ANTI FILARIASIS DI KELURAHAN RAWA MAMBOK Anti-filariasis Medicine Drinking Behavior in Rawa Mambok Village

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana strategis kementerian

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Filariasis Limfatik atau penyakit Kaki Gajah merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. menular (emerging infection diseases) dengan munculnya kembali penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN. Akibat yang paling fatal bagi penderita yaitu kecacatan permanen yang sangat. mengganggu produktivitas (Widoyono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan

Perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio-visual terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD

Kondisi Filariasis Pasca Pengobatan Massal di Kelurahan Pabean Kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria yang

DESCRIPTION OF KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOR OF THE PEOPLE AT NANJUNG VILLAGE RW 1 MARGAASIH DISTRICT BANDUNG REGENCY WEST JAVA ABOUT FILARIASIS

Cakupan Pemberian Obat Pencegahan Massal Filariasis di Kabupaten Sumba Barat Daya Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang

Gambaran Pengobatan Massal Filariasis ( Studi Di Desa Sababilah Kabupaten Barito Selatan Kalimantan Tengah )

BAB I PENDAHULUAN.

GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA FILARIASIS DI DESA SANGGU KABUPATEN BARITO SELATAN KALIMANTAN TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Filariasis atau yang dikenal juga dengan sebutan elephantiasis atau yang

UPAYA KELUARGA DALAM PENCEGAHAN PRIMER FILARIASIS DI DESA NANJUNG KECAMATAN MARGAASIH KABUPATEN BANDUNG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TENGAL ANGUS KABUPATEN TANGERANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang penularannya melalui

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

FAKTOR DOMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI KOTA PADANG TAHUN

Juli Desember Abstract

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

PENGOBATAN FILARIASIS DI DESA BURU KAGHU KECAMATAN WEWEWA SELATAN KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA

GAMBARAN KEPATUHAN PENGOBATAN MASAL DI DAERAH ENDEMIS KOTA PEKALONGAN

Analisis Spasial Distribusi Kasus Filariasis di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun

BAB 4 HASIL PENELITIAN

PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI MEDIA LEAFLET EFEKTIF DALAM PENINGKATAN PENGETAHUAN PERILAKU PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PARU DI KABUPATEN PONOROGO

CAKUPAN PENGOBATAN MASSAL FILARIASIS DI KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA TAHUN 2011 FILARIASIS MASS TREATMENT COVERAGE IN DISTRICT SOUTHWEST SUMBA 2011

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENCEGAHAN FILARIASIS DI RASAU JAYA II KABUPATEN KUBU RAYA ABSTRAK

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG SADARI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN KADER KESEHATAN DI DESA GUNUNG SARI DAN DESA SINDANG SARI KECAMATAN CIANJUR.

ABSTRAK PREVALENSI FILARIASIS DI KOTA BEKASI PERIODE

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DUKUNGAN KELUARGA DAN AKSES PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEPATUHAN MASYARAKAT MINUM OBAT ANTIFILARIASIS

Prevalensi pre_treatment

BAB I PENDAHULUAN. 1

PENELITIAN MEDIA KOMUNIKASI DALAM KEBERHASILAN PROMOSI KESEHATAN GIGI DAN MULUT. Desi Andriyani *

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

Filariasis cases In Tanta Subdistrict, Tabalong District on 2009 After 5 Years Of Treatment

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas hidupnya harus berkembang dengan baik terutama anak-anak

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR ALIEF MAHMUDAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

FAKTO-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI PUSKESMAS TIRTO I KABUPATEN PEKALONGAN

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

GAMBARAN PEMBERIAN OBAT MASAL PENCEGAHAN KAKI GAJAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WELAMOSA KECAMATAN WEWARIA KABUPATEN ENDE TAHUN ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCEGAHAN KARIES GIGI PADA MURID KELAS SATU SDN 74/IV DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. program Oral Health 2010 yang telah disepakati oleh WHO (World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

HUBUNGAN PAPARAN MEDIA INFORMASI DENGAN PENGETAHUAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE PADA IBU-IBU DI KELURAHAN SAMBIROTO SEMARANG

Keberhasilan Pengobatan Massal Filariasis di Kecamatan Kusan Hulu Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan

ABSTRAK STUDI KASUS PENENTUAN DAERAH ENDEMIS FILARIASIS DI DESA RANCAKALONG KABUPATEN SUMEDANG JAWA BARAT TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. feses secara terus menerus lebih dari tiga kali dalam satu hari dan memiliki

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Starta I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

ABSTRAK. Pembimbing I : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc Pembimbing II : Hartini Tiono, dr.,m. Kes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

Universitas Sam Ratulangi Manado Jurnal e-gigi (eg), Volume 5 Nomor 1, Januari-Juni 2017


BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang. Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Promosi kesehatan merupakan pilar dalam. penyelenggaraan misi meningkatkan kesehatan masyarakat

Aji Galih Nur Pratomo, Sahuri Teguh, S.Kep, Ns *)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PAHANDUT PALANGKA RAYA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN FILARIASIS DI PUSKESMAS SE-KOTA PEKALONGAN TAHUN 2016

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK (PPIA)

DEMO : Purchase from to remove the watermark

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

ANALISIS SITUASI FILARIASIS LIMFATIK DI KELURAHAN SIMBANG KULON, KECAMATAN BUARAN, KABUPATEN PEKALONGAN Tri Wijayanti* ABSTRACT

*Korespondensi Penulis, Telp: , ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Yogyakarta berdiri di atas lahan dengan luas 2150 m 2 dengan luas

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE

Unnes Journal of Public Health

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT PASCA PENGOBATAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP ENDEMISITAS FILARIASIS DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

Lilis Suryani 1), Carudin 2) Program Studi D III Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Singaperbangsa Karawang emal:

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN

Vol 1, No 2, Oktober 2017 ISSN

Proses Penularan Penyakit

BAB I LATAR BELAKANG

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN. Nitari Rahmi 1, Irvan Medison 2, Ifdelia Suryadi 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

Transkripsi:

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN BERBASIS AUDIOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEPATUHAN MINUM OBAT FILARIASIS DI KABUPATEN KUNINGAN Nissa Noor Annashr, Icca Stella Amalia Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKes Kuningan annashr.nissa46@gmail.com Abstrak Kuningan merupakan kabupaten endemis filariasis di Jawa Barat. Pada tahun 2016 terdapat 48 kasus dan 1 orang penderita meninggal dunia. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh promosi kesehatan berbasis audiovisual dalam meningkatkan kepatuhan minum obat filariasis di Kabupaten Kuningan. Penelitian ini merupakan Experimental Quasi dengan rancangan Nonequivalent Comparison Group Design. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling dan terbagi ke dalam 2 kelompok yaitu kelompok pembanding dan kelompok eksperimen, masing-masing berjumlah 53 orang. Kelompok pembanding bearasal dari Desa Linggajati, Kecamatan Cilimus diberikan promosi kesehatan metode ceramah dan kelompok eksperimen berasal dari Desa Bandorasawetan, Kecamatan Cilimus diberikan promosi kesehatan metode ceramah ditambah media audiovisual. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner. Data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan pada kelompok eksperimen, terdapat perbedaan signifikan proporsi responden yang minum obat pencegahan filaraisis antara sebelum dan setelah diberikan promosi kesehatan metode ceramah dan penayangan video, nilai p sebesar 0,008. Pada kelompok pembanding, terdapat perbedaan signifikan proporsi responden yang minum obat pencegahan filariasis antara sebelum dan setelah diberikan promosi kesehatan metode ceramah dan penayangan video, nilai p sebesar 0,075. Kesimpulan penelitian, promosi kesehatan dengan menambahkan media audiovisual lebih efektif dibanding hanya menggunakan metode ceramah, dalam meningkatkan kepatuhan masyarakat untuk minum obat pencegahan filariasis. Kata kunci : promosi kesehatan, audiovisual, kepatuhan, obat filariasis Pendahuluan Filaraisis limfatik merupakan penyakit yang disebabkan cacing mikroskopik, dimana cacing dewasa hidup di sistem limfe manusia dan menyebabkan penyakit (Goel, 2016). Terlepas dari kemajuan di bidang pengendalian vektor dan kemoterapi, penyakit yang disebabkan karena cacing parasit filaria ini masih menjadi penyebab signifikan dari morbiditas di berbagai belahan dunia. Sekitar 751 juta individu tinggal di daerah endemis filariasis. Diperkirakan 91% kasus filariasis disebabkan oleh cacing Wuchereria bancrofti dan hanya 9% disebabkan oleh Brugia timori dan Brugia malayi (Nutman, 2000). Pada tahun 2009, jumlah kabupaten/kota yang endemis filariasis meningkat menjadi 356 kabupaten/kota (71,9%), sedangkan 139 kabupaten/kota (28,1%) tidak endemis filariasis. Jumlah kasus kronis filariasis yang dilaporkan 40

sampai tahun 2009 sebanyak 11.914 kasus (Kemenkes RI, 2010). Sementara itu, pada tahun 2010 terdapat 11.969 kasus dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 14.932 kasus filariasis (Kemenkes RI, 2015). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Filariasis, Indonesia telah sepakat untuk melaksanakan eliminasi Filariasis tahun 2020 sesuai ketetapan WHO tentang Kesepakatan Global Eliminasi Filariasis tahun 2020 (The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem by the Year 2020. Salah satu program eliminasi filariasis yaitu Pemberian Obat Pencegahan Secara Massal Filariasis yang selanjutnya disebut POPM Filariasis adalah pemberian obat yang dilakukan untuk mematikan mikrofilaria secara serentak kepada semua penduduk sasaran di wilayah endemis Filariasis. Hasil penelitian Alamsyah menunjukan bahwa cakupan minum obat filariasis di wilayah kerja Puskesmas Bangko, Riau sebesar 34,4 %. Variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan minum obat pencegahan filariasis, yaitu tingkat pengetahuan, jenis kelamin, pekerjaan, rasa takut terhadap efek samping obat filariasis, serta sosialisasi petugas kesehatan (Alamsyah, 2016). Kabupaten Kuningan sebagai daerah endemis filariasis, menyelenggarakan program POMP sejak tahun 2015. Laporan kasus filariasis dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan menunjukkan jumlah kasus filaraisis di Kabupaten Kuningan tahun 2006 sebanyak 48 kasus yang tersebar pada 15 kecamatan. Kecamatan Cilimus menjadi kecamatan yang menempati peringkat ke-2 jumlah kasus filariasis terbanyak di Kabupaten Kuningan yaitu sebanyak 4 kasus pada tahun 2017. Cakupan minum obat pencegahan filaraisis dari jumlah penduduk di 2 wilayah kerja puskesmas yang terdapat di Kecamatan Cilimus masih di bawah target pemerintah (86%) yaitu 75,14% di Puskesmas Cilimus) dan 70,72% di Puskesmas Linggarjati. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai efektivitas promosi kesehatan berbasis audiovisual dalam meningkatkan kepatuhan minum obat pencegahan filaraisis di Kabupaten Kuningan. Tujuan penelitian adalah menganalisis efektivitas promosi kesehatan berbasis audiovisual dalam meningkatkan kepatuhan minum obat filariasis di Kabupaten Kuningan. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Bulan Mei hingga Oktober tahun 2018 di Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan. Jenis penelitian ini yaitu penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas promosi kesehatan berbasis audiovisual dalam meningkatkan kepatuhan minum obat pencegahan filariasis dalam program pemberian obat massal pencegahan (POMP) filariasis. Rancangan penelitian yang digunakan yaitu Experimental Quasi atau eksperimen semu dengan Nonequivalent Comparison Group Design sehingga terdapat satu kelompok eksperimen (intervensi) dan satu kelompok pembanding. Populasi penelitian adalah seluruh ibu dari tiap rumah tangga (perhitungan sama dengan jumlah Kepala Keluarga/KK) di Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan. Teknik pengambilan sampel menggunakan Non Probability Sampling dengan Purpossive Sampling. Berdasarkan perhitungan besar sampel minimal, diketahui besar sampel minimal untuk masing-masing kelompok sebanyak 53 orang. Kelompok eksperimen atau intervensi terdiri dari 53 orang ibu yang mewakili tiap rumah tangga di Desa Bandorasawetan, Kecamatan Cilimus dan kelompok pembanding terdiri dari 53 orang ibu berasal dari Desa Linggajati, Kecamatan Cilimus. 41

Terdapat dua jenis variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel independen berupa dan variabel dependen. Variabel independen berupa metode pemberian promosi kesehatan, terdiri dari 2 kategori yaitu kategori pertama adalah metode ceramah dan kategori kedua adalah metode ceramah ditambah dengan media audiovisual menggunakan video, sedangkan variabel dependen adalah kepatuhan minum obat pencegahan filaraisis pada program pemberian obat massal pencegahan (POMP) filariasis. Kedua variabel tersebut diukur dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner yang diisi oleh responden sebelum dan setelah diberikan perlakuan tau intervensi berupa promosi kesehatan dengan metode berbeda pada masingmasing kelompok. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat. Uji statistik yang digunakan dalam analisis bivariat adalah uji chi square untuk menganalisis perbedaan proporsi kepatuhan minum obat pencegahan filariasis antara sebelum dan setelah diberikan promosi kesehatan pada masing-masing kelompok. Hasil Penelitian Tabel 1. Kepatuhan Minum Obat Pencegahan Filariasis Sebelum dan Setelah diberikan Promosi Kesehatan dengan Metode Ceramah dan Media Audiovisual Sebelum diberikan Setelah diberikan Variabel Perilaku Frekuesi Persentase Minum Obat 36 67,9 Tidak minum obat 17 32,1 Minum obat 49 92,5 Tidak minum obat 4 7,5 Persentase Kenaikan Minum Obat nilai p 36,1 0,008 Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa ada kenaikan jumlah responden yang minum obat pencegahan filariasis antara sebelum dan setelah diberikan promosi kesehatan menggunakan media audiovisual yaitu persentasenya sebesar 36,1%. Hasil analisis bivariat didapatkan nilai p sebesar 0,008 (p 0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan proporsi kepatuhan minum obat pada responden antara sebelum dan setelah diberikan promosi kesehatan dengan metode audiovisual. Tabel 2. Kepatuhan Minum Obat Pencegahan Filariasis Sebelum dan Setelah diberikan Promosi Kesehatan dengan Metode Ceramah Sebelum diberikan Setelah diberikan Variabel Perilaku Frekuesi Persentase Minum Obat 49 92,5 Tidak minum obat 4 7,5 Minum obat 53 98,1 Tidak minum obat 1 1,9 Persentase Kenaikan Minum Obat nilai p 8,2 0,075 42

Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa ada kenaikan jumlah responden yang minum obat pencegahan filariasis antara sebelum dan setelah diberikan promosi kesehatan menggunakan media audiovisual yaitu persentasenya sebesar 8,2%. Hasil analisis bivariat didapatkan nilai p sebesar 0,075 (p 0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan proporsi kepatuhan minum obat pada responden antara sebelum dan setelah diberikan promosi kesehatan dengan metode ceramah. Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok pembanding, terdapat kenaikan proporsi responden yang minum obat setelah diberikan promosi kesehatan dengan metode ceramah dimana persentase kenaikannya sebesar 8,2%. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Ramadhani (2009) yang menunjukkan PSP (pengetahuan, sikap, perilaku) pencegahan filariasis relatif baik setelah diberikan intervensi berupa edukasi kesehatan. Edukasi kesehatan dengan metode ceramah menunjukkan dapat meningkatkan PSP pencegahan filariasis. Cakupan minum obat pencegahan filariasis pada kelompok intervensi lebih tinggi (9,9%) dibandingkan kelompok kontrol (4%). Penelitian Santoso, dkk (2014) membuktikan promosi kesehatan dapat meningkatkan PSP masyarakat dalam pengobatan filariais (p < 0,05). Perilaku minum obat mengalami peningkatan setelah diberikan promosi kesehatan dari 70,1% menjadi 88,9% (Santoso, 2014). Pada kelompok intervensi atau eksperimen dalam penelitian ini, persentase kenaikan cakupan minum obat filariasis sebelum dan setelah mendapatkan promosi kesehatan dengan metode ceramah maupun ditambah media audiovisual sebesar 36,1%. Persentase tersebut jauh lenih tinggi dibandingkan dengan persentase pada kelompok pembanding. Data ini menunjukkan bahwa penggunaan audiovisual dapat membantu mengubah perilaku lebih baik daripada hanya dengan metode ceramah. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Papilaya, dkk (2016) yang menunjukkan bahwa media audiovisual memiliki kemampuan lebih baik dalam memperbaiki perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut (kategori baik menjadi 71%). Begitu juga dengan penelitian Claudia (2017) dimana metode penyuluhan melalui media audio, visual dan audiovisual memiliki pengaruh terhadap oral hygiene penderita Schizophrenia di RSJ Daerah Surakarta dengan nilai p sebesar 0.001. Penelitian oleh Hendri, dkk (2018) menunjukkan bahwa pelatihan kader menggunakan media audiovisual dan media cetak dapat meningkatkan perilaku kader dalam mendukung program pemberian obat massal pencegahan filaraisis, dimana persentase perilaku dengan kategori baik semula 41,9% kemudian berubah menjadi 90,3% setelah diberikan pelatihan (Hendri, 2018). Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang untuk minum obat pencegahan filariasis, sebagaimana disebutkan dalam penelitian Marathe di India, 2 alasan utamanya adalah rasa takut terhadap efek samping dan tidak menerima obat filariasis. Upaya KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) mengenai filariasis dengan perangkat audiovisual hanya menjangkau 31,67% 43

rumah tangga di Kabupaten Chhatarpur, Madhya Pradesh, India (Marathe, 2015). Dengan demikian, disimpulkan bahwa pengetahuan yang memadai tentang efek samping obat dan manfaat dapat mempengaruhi perilaku masyarakat untuk minum obat filariasis. Penyuluhan sebagai salah satu bentuk promosi kesehatan memiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan perilaku minum obat filariasis. Perubahan perilaku menurut teori stimulus organisme terjadi karena dengan adanya stimulus yang diberikan terhadap organisme maka organisme bereaksi sehingga terjadi perubahan perilaku (Maulana 2009). Salah satu strategi untuk memperoleh perubahan perilaku menurut WHO yang dikutip oleh Notoatmodjo (2010) adalah dengan pemberian informasi untuk meningkatkan pengetahuan sehingga menimbulkan kesadaran dan dapat dilakukan dengan pemberian penyuluhan kesehatan. Adanya perubahan perilaku dalam penelitian ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan pengetahuan dan sikap pada responden. Hal ini sesuai dengan teori Green bahwa perubahan perilaku dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya faktor predisposisi dalam hal ini pengetahuan dan sikap (Notoatmodjo 2014). Dengan adanya penyuluhan menggunakan media audiovisual membuat penerima penyuluhan menggunakan lebih banyak indera dibandingkan dengan penyuluhan yang hanya menggunakan media audio. Media audiovisual mendorong penerimanya untuk menggunakan indera pendengar dan indera pengelihatan agar informasi dapat diterima dengan baik. Menurut Edgar Dale (1946) dalam Notoatmodjo (2007), semakin banyak indera yang digunakan manusia untuk menerima sesuatu maka semakin jelas pula pengetahuan atau informasi yang diperoleh. Daya penyerapan informasi atau pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh alat bantu atau media yang digunakan dalam proses pendidikan. Seseorang dalam proses pendidikan dapat memperoleh pengalaman/pengetahuan melalui berbagai macam alat bantu, tetapi masing-masing alat bantu memiliki intensitas yang berbeda dalam membantu menangkap pengetahuan. Alat bantu berupa media audiovisual memiliki intensitas penyerapan lebih tinggi yaitu sebesar 30%, dibandingkan intensitas alat bantu berupa visual hanya 20% atau verbal hanya 10% (Notoatmodjo, 2007). Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Promosi kesehatan terbukti efektif dapat meningkatkan kepatuhan masyarakat dalam minum obat pencegahan filariasis. Promosi kesehatan menggunakan media audiovisual memiliki efektivitas lebih tinggi dalam meningkatkan kepatuhan masyarakat untuk minum obat pencegahan filariasis. 2. Saran Berdasarkan hasil penelitian, untuk dapat meningkatkan cakupan minum obat pencegahan filaraisis, maka diharapkan pemerintah dapat meningkatkan upaya promotif dengan menggunakan media yang menarik seperti media audiovisual sehingga intensitas penyerapan informasi atau pengetahuan masyarakat terhadap materi dari promosi kesehatan dapat meningkat. Ucapan Terimakasih Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi, Ketua Yayasan Pendidikan Bhakti Husada Kuningan, Ketua STIKes Kuningan, Ketua Lembaga Penelitian STIKes Kuningan, IAKMI Kab. Kuningan, Dinas Kesehatan Kab. Kuningan, Puskesmas Linggajati dan Puskesmas Cilimus, masyarakat Desa Linggajati dan Bandorasawetan. 44

Referensi Alamsyah, Agus dan Marlina, Tuti. 2016. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Cakupan Menelan Obat Massal Pencegah Filariasis. Journal Endurance, 1 (1) : 17-2 Claudia, Ave. Karya, Edi dan Gunawan. 2017. Pengaruh Metode Penyuluhan Melalui Media Audio, Visual Dan Audiovisual Terhadap Oral Hygiene Penderita Schizophrenia Kategori Tenang Di Rsj Daerah Surakarta. Jurnal lmu Kedokteran Gigi, 1 (1) Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan. 2016. Data Penderita Kasus Kronis Filariasis Di Kabupaten Kuningan Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan. 2017. Laporan Cakupan Hasil Pelaksanaan POMP Filariasis Goel, Trilok Chandra dan Goel, Apul. 2016. Lymphatic Filariasis. Singapore : Springer Science + Business Media Singapore Hendri, Joni., Ipa, Mara., Ginanjar, Aryo., Yuliasih, Yuneu., dan Astuti, Endang Puji. 2018. Intervensi Kader dalam Mendukung Program Pemberian Obat Massal Pencegahan (POMP) Filariasis di Kecamatan Cibeureum dan Cibingbin, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat. Jurnal Ekologi Kesehatan, 17 (1) : 31 40 Kemenkes RI. 2014. Mengenal Filariasis (Penyakit Kaki Gajah). Jakarta : Direktorat Jenderal PP dan PL. Kementerian Kesehatan RI. 2010. Filariasis di Indonesia. Buletin Jendela Epidemiologi Volume 1 2010 Kementerian Kesehatan RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2014. Jakarta. http://www.depkes.go.id Marathe, Neera, and Chalisgaonkar, Charudatt. 2015. Mass Drug Administration Coverage Evaluation for Elimination of Lymphatic Fiariasis in Chhatarpur District of Madhya Pradesh. International Journal of Medical Science and Public Health, 4 (7) Maulana, H. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Notoatmodjo, S. 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nutman, Thomas B., series editor G. Pasvol, G. dan Hoffman, S. I.. 2000. Lymphatic Filariasis. London : Imperial College Press. Papilaya, Zuliari, Juliatri. 2016. Perbandingan Pengaruh Promosi Kesehatan menggunakan Media Audio dengan Media Audio-visual terhadap Perilaku Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa SD. Jurnal e-gigi (eg), 4 (2) Ramadhani, Tri dan Sudomo, M. 2009. Peningkatan Peran Serta Masyararat dalam Pengobatan Filariasis Limfatik di Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan. Media Penelitan dan Pengembangan Kesehatan, 19 (3) Santoso; Taviv, Yulian, Yahya; Mayasari, Rika. 2014. Pengaruh Promosi Kesehatan terhadap Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat tentang Filariasis. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 17 (2) : 167 176 45