BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan sebuah Negara kepulauan yang letaknya sangat strategis terhadap jalur perdagangan di dunia. Segala aktivitas perdagangan di kawasan Asia Tenggara melibatkan Negara Indonesia sebagai tempat yang harus dilalui. Maka dari itu pelabuhan yang memadai sangat berperan penting terhadap perkembangan perekonomian di Indonesia. Menurut UU No. 21 Th. 1992 tentang Pelayaran. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan untuk kapal bersandar, berlabuh, menaikkan dan menurunkan penumpang, maupun bongkar muat barang. Pelabuhan yang ada harus dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi. Pelabuhan sebagai bagian dari sistem transportasi dapat merangsang pertumbuhan kegiatan ekonomi di wilayah tertentu. Kualitas pelayanan pada pelabuhan tersebut akan berdampak langsung terhadap biaya logistik suatu Negara. Semakin baik pelayanan yang diberikan suatu pelabuhan akan menghasilkan biaya logistik yang rendah, begitu pula dengan sebaliknya. Data yang telah dihimpun oleh World Bank selama tahun 2012 hingga tahun 2016 menunjukkan bahwa Logistic Performance Index 1
2 Indonesia menunjukkan angka fluktuatif dari tahun ke tahun. Gambar 1.1 menunjukkan skor kinerja tersebut 4 3 2 1 0 Skor Indeks Performa Logistik Indonesia Tahun 2012 2016 Customs Infrastructure International Shipment Logistics Competence Tracking & Tracing Timeliness 2012 2.53 2.54 2.97 2.85 3.12 3.61 2014 2.87 2.92 2.87 3.21 3.11 3.53 2016 2.69 2.65 2.90 3.00 3.19 3.46 2012 2014 2016 Gambar 1. 1 Logistic Performance Index Indonesia Sumber: World Bank (tahun 2012 2016) Skor Logistic Performance Index Indonesia ini menunjukkan bahwa untuk urusan logistik masih sangat perlu diperhatikan karena sampai saat ini pun peringkat LPI Indonesia masih jauh jika dibanding dengan negara Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand. Salah satu faktor menjadi penentu skor LPI ini adalah dwelling time pada suatu pelabuhan. Waktu endap atau yang biasa disebut dwelling time merupakan suatu waktu yang dihitung mulai dari kontainer dibongkar dan kemudian diangkat dari kapal sampai dengan kontainer tersebut keluar dari lapangan penumpukan/pelabuhan (World bank, 2011). Hal ini dijadikan indikator
3 untuk mengetahui kualitas kinerja pelabuhan sedang dalam kondisi baik atau buruk. Saat ini pelabuhan Indonesia masih menjadi salah satu pelabuhan yang masih buruk dalam memberikan pelayanannya dibanding pelabuhan lain yang berada di kawasan Asia Tenggara. Berikut Tabel 1.1 menunjukkan daftar dwelling time dari berberapa Negara di dunia. Tabel 1. 1 Daftar Dwelling Time Pelabuhan/Negara Waktu Endap (dalam hari) Keterangan Singapura 1,1 Excellent/cepat Hong Kong, China 2 Sangat baik/cepat Perancis 3 Baik/sedang Australia, Selandia Baru 3 Baik/sedang Los Angeles (USA) 4 Moderate/rata-rata Klang (Malaysia) 4 Moderate/rata-rata Leam Chabang (Thailand) 5 Kurang baik/lambat Tanjung Priok (Indonesia) 6,7 Sangat lambat Sumber: Journal Indonesia Infrastructure Initiative tahun 2012 Dalam penerapannya, aktivitas yang terjadi pada proses waktu endap (dwelling time) dibagi menjadi tiga tahap, yaitu pre-clearance, custom clearance dan post-clearance. Pre-clearance merupakan tahap pertama dimulainya proses perhitungan waktu tiba sebuah kapal dan diserahkannya
4 dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB) kepada pihak Bea Cukai untuk dilakukan pemeriksaan. Custom clearance merupakan aktivitas tahap kedua dari perhitungan waktu endap (dwelling time), dimulai dari penyerahan surat hingga penerimaan izin. Pada tahap ini aktivitas banyak dilakukan oleh pihak Bea Cukai yang melakukan pengklasifikasian barang menjadi beberapa jalur, pemeriksaan fisik barang serta pemeriksaan dokumen. Pada tahapan akhir, yaitu post-clearance merupakan aktivitas yang dimulai dari penerimaan izin dari pihak Bea Cukai hingga meninggalkan lapangan penumpukan atau pelabuhan. Setelah melalui ketiga tahapan tersebut, petikemas berarti telah memenuhi persyaratan dan sudah siap dikeluarkan dari bagian penumpukkan. Secara umum aktivitas tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.2 Gambar 1. 2 Proses Bisnis Pelayanan Operasional Pelabuhan Tanjung Priok Sumber: IHPS II Tahun 2013 Data terakhir yang diambil pada tanggal 30 Mei 2017 menunjukkan dwelling time pada pelabuhan di Indonesia khususnya pelabuhan Tanjung
5 Priok telah mengalami penurunan, namun masih belum mencapai target yang diinginkan oleh pemerintah. Pemerintah menargetkan dwelling time yang harus dicapai adalah selama dua hari 1 karena dengan menciptakan sistem di pelabuhan yang sangat efisien nantinya akan menyeimbangkan segala aktivitas perekonomian di Indonesia. Gambar 1. 3 Sistem Informasi Dwelling Time Pelindo 2 Sumber: Pelindo 2 (Pelabuhan Tanjung Priok) Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai dwelling time dengan judul penelitian ANALISIS AKTIVITAS IMPORTASI BARANG TERKAIT DENGAN 1 Sumber: http://kom.ps/afvbqz
6 DWELLING TIME DI PELABUHAN TANJUNG PRIOK. Harapannya setelah dilakukan penelitian ini dapat memberikan solusi terhadap masalah importasi yang terjadi di Indonesia, khususnya di pelabuhan Tanjung Priok. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah penumpukkan petikemas impor yang terjadi di pelabuhan Tanjung Priok menyebabkan waktu endap (dwelling time) yang lama. Sehingga dapat dirumuskan masalahnya adalah 1. Bagaimana tahapan clearance yang terjadi di pelabuhan Tanjung Priok dan beberapa pelabuhan di negara lain? 2. Bagaimana tahapan clearance yang sebaiknya dilakukan untuk meningkatkan pelayanan importasi barang di pelabuhan Tanjung Priok? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui tahapan clearance yang terjadi di pelabuhan Tanjung Priok dan beberapa pelabuhan di negara lain. 2. Mengetahui tahapan clearance yang sebaiknya dilakukan untuk meningkatkan pelayanan importasi barang di pelabuhan Tanjung Priok.
7 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Pelaku Usaha Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam mengambil keputusan sehingga diperoleh hasil yang optimal dengan biaya yang efisien. 1.4.2. Untuk Stakeholder Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan keputusan bagi para pemangku kepentingan di pelabuhan Tanjung Priok agar dapat memberikan pelayanannya secara efisien. 1.4.3. Untuk Penulis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran dan referensi yang mungkin berguna untuk penelitian selanjutnya. Terutama terkait dengan aktivitas importasi barang di pelabuhan.