BAB I PENDAHULUAN. perdagangan di kawasan Asia Tenggara melibatkan Negara Indonesia sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI PENGURANGAN DWELLING TIME PETIKEMAS IMPOR DENGAN PENDEKATAN SIMULASI (STUDI KASUS : TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA)

BAB I PENDAHULUAN. (Asia dan Australia), jelas ini memberikan keuntungan bagi negara indonesia

ABSTRAK. Kata kunci: Dwelling Time, Kelengkapan Administrasi, Kepemimpinan Pemerintahan

I.1 Latar Belakang Perusahaan petikemas di dalam menjalankan usahanya mempunyai tujuan untuk mengeliminasi inefisiensi atau pemborosan.

Pesawat Polonia

POTENSI PUSAT LOGISTIK BERIKAT DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI LOGISTIK NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implementasi ASEAN Economic Community 2015 yang merupakan

ANALISIS PENGARUH DWELLING TIME TERHADAP PENDAPATAN (Studi pada PT. Terminal Petikemas Semarang tahun )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN TRANSPORTASI MULTIMODA. Sekretaris Badan Litbang Perhubungan KEMENTERIAN PERHUBUNGAN Jakarta, Februari 2013

ZONASI KAWASAN PABEAN. di PELABUHAN TANJUNG PRIOK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DIPAPARKAN DALAM:

BAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi

7 STRATEGI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK SEBAGAI INTERNATIONAL HUB PORT. Pendahuluan

BAB I Pendahuluan. Tahun 2015 merupakan tahun diimplementasikanya Asean Economic

Kebijakan Bea dan Cukai Menghadapi ASEAN Economic Community 2015

PANDANGAN DWELLING TIME BERDASARKAN PRE-CLEARANCE, CUSTOMS CLEARANCE DAN POST CLEARANCE

6 PORT PERFORMANCE INDICATORS PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN PELABUHAN SINGAPURA

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

EASE OF DOING BUSINESS Indikator Perdagangan Lintas Negara (Trading Across Border) From serving to driving Indonesia's growth

I. PENDAHULUAN. bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi sekarang. Oleh karena

2017, No Belawan, Pelabuhan Utama Tanjung Priok, Pelabuhan Utama Tanjung Perak, dan Pelabuhan Utama Makassar; c. bahwa berdasarkan pertimbangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laju pertumbuhan ekonomi di beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan

2016, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran N

PERANAN DAN TANGGUNG JAWAB HUKUM PT. PELINDO I TERHADAP KAPAL YANG BERSANDAR (Studi PT. PELINDO I ) SKRIPSI

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JANUARI 2015

BAB 1 PENDAHULUAN dan luas perairannya Indonesia adalah Negara

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan

BAB III PENGUMPULAN DATA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG KUNJUNGAN KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 51 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Yukki Nugrahawan Hanafi Ketua Umum DPP ALFI/ILFA

TINDAKAN KARANTINA terhadap MP OPTK/HPHK di TPK

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG KUNJUNGAN KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pembenahan Pasokan Daging Sapi Melalui Sistem Logistik Nasional Senin, 10 Juni 2013

ANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah

Kompetensi Sumber Daya Manusia untuk Logistik Pelabuhan di PT Pelindo II Cabang Teluk Bayur. Rika Ampuh Hadiguna, Regina Yulinda Sari

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 69 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN REMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA

BAB III OBJEK PENELITIAN Sejarah Singkat PT. Lentera Buana Jaya. PT. Lentera Buana Jaya adalah perusahaan yang bergerak di bidang

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017 Website :

PERMASALAHAN PADA PELABUHAN TANJUNG PRIOK Oleh : Tulus Hutagalung

LAMPIRAN 1 BISNIS PROSES KEGIATAN LOGISTIK A.

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari ribuan pulau, maka untuk menghubungkan pulau-pulau tersebut

2015, No ruang wilayah Kabupaten Manggarai Barat sebagaimana yang direkomedasikan oleh Bupati Manggarai Barat melalui surat Nomor BU.005/74/IV

: Jl Raya Pelabuhan Merak, Gerem, Pulo Merak Cilegon-Banten. Kode Pos : Telp : (0254) , ,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. membutuhkan eksistensi sistem transportasi laut sebagai penggerak pertumbuhan,

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan

PERAN PENYEDIA JASA LOGISTIK DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI SISTEM LOGISTIK IKAN NASIONAL

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. perairan dua per tiga dari luas wilayah Indonesia. Sebagai negara

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Nanda Nurridzki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat

NOMOR PM 103 TAHUN 2017 TENTANG PENGATURAN DAN PENGENDALIAN KENDARAAN YANG MENGGUNAKAN JASA ANGKUTAN PENYEBERANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

EVALUASI KEBIJAKAN PEMERIKSAAN FISIK BARANG PADA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah akan memicu peningkatan ekonomi serta mengembangkan

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. besar dengan biaya rendah merupakan keungggulannya. selayaknya memiliki keunggulan di sektor maritim. Salah satu bagian penting

LAPORAN ANALISIS IDENTIFIKASI PRODUK IMPOR YANG BERMASALAH DI PELABUHAN

# masuk ke suatu daerah tertentu dan sebagai prasarana penghubung antar daerah, antar pulau, bahkan antar negara. Hal tersebut ditegaskan dalam UU No.

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

JUL LI ,43. senilai US$ juta. 327,07 ribu. senilai. ton atau. Ekspor. negeri yang. perdagangan luar 16,63

pengangkut kepelabuhan, petugas DJBC tidak membongkar isi dari kontainer itu jika memang tidak ada perintah untuk pemeriksaan.) Setelah barang impor

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tumbuh pesatnya persaingan pada industri jasa kepelabuhanan.

EASE OF DOING BUSINESS TRADING ACROSS BORDER

Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV)

Economics Development Analysis Journal

BAB I PENDAHULUAN. kepulauan yang memiliki wilayah laut seluas 5,8 juta km 2 yang terdiri dari wilayah

PROSES BISNIS KEPABEANAN DAN PEMANFAATAN INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Adanya perbedaan kekayaan alam serta sumber daya manusia


PERAN PP-INSW SESUAI AMANAT PERPRES 76/2014 DAN PAKET KEBIJAKAN EKONOMI. Hotel Sahid Jakarta, 17 November 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

BAB V ANALISA HASIL. mengetahui kondisi perusahaan dari waktu ke waktu selama pengukuran

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat

SISTEM TRANSPORTASI DALAM MENDUKUNG EFISIENSI DISTRIBUSI

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan sebuah Negara kepulauan yang letaknya sangat strategis terhadap jalur perdagangan di dunia. Segala aktivitas perdagangan di kawasan Asia Tenggara melibatkan Negara Indonesia sebagai tempat yang harus dilalui. Maka dari itu pelabuhan yang memadai sangat berperan penting terhadap perkembangan perekonomian di Indonesia. Menurut UU No. 21 Th. 1992 tentang Pelayaran. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan untuk kapal bersandar, berlabuh, menaikkan dan menurunkan penumpang, maupun bongkar muat barang. Pelabuhan yang ada harus dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi. Pelabuhan sebagai bagian dari sistem transportasi dapat merangsang pertumbuhan kegiatan ekonomi di wilayah tertentu. Kualitas pelayanan pada pelabuhan tersebut akan berdampak langsung terhadap biaya logistik suatu Negara. Semakin baik pelayanan yang diberikan suatu pelabuhan akan menghasilkan biaya logistik yang rendah, begitu pula dengan sebaliknya. Data yang telah dihimpun oleh World Bank selama tahun 2012 hingga tahun 2016 menunjukkan bahwa Logistic Performance Index 1

2 Indonesia menunjukkan angka fluktuatif dari tahun ke tahun. Gambar 1.1 menunjukkan skor kinerja tersebut 4 3 2 1 0 Skor Indeks Performa Logistik Indonesia Tahun 2012 2016 Customs Infrastructure International Shipment Logistics Competence Tracking & Tracing Timeliness 2012 2.53 2.54 2.97 2.85 3.12 3.61 2014 2.87 2.92 2.87 3.21 3.11 3.53 2016 2.69 2.65 2.90 3.00 3.19 3.46 2012 2014 2016 Gambar 1. 1 Logistic Performance Index Indonesia Sumber: World Bank (tahun 2012 2016) Skor Logistic Performance Index Indonesia ini menunjukkan bahwa untuk urusan logistik masih sangat perlu diperhatikan karena sampai saat ini pun peringkat LPI Indonesia masih jauh jika dibanding dengan negara Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand. Salah satu faktor menjadi penentu skor LPI ini adalah dwelling time pada suatu pelabuhan. Waktu endap atau yang biasa disebut dwelling time merupakan suatu waktu yang dihitung mulai dari kontainer dibongkar dan kemudian diangkat dari kapal sampai dengan kontainer tersebut keluar dari lapangan penumpukan/pelabuhan (World bank, 2011). Hal ini dijadikan indikator

3 untuk mengetahui kualitas kinerja pelabuhan sedang dalam kondisi baik atau buruk. Saat ini pelabuhan Indonesia masih menjadi salah satu pelabuhan yang masih buruk dalam memberikan pelayanannya dibanding pelabuhan lain yang berada di kawasan Asia Tenggara. Berikut Tabel 1.1 menunjukkan daftar dwelling time dari berberapa Negara di dunia. Tabel 1. 1 Daftar Dwelling Time Pelabuhan/Negara Waktu Endap (dalam hari) Keterangan Singapura 1,1 Excellent/cepat Hong Kong, China 2 Sangat baik/cepat Perancis 3 Baik/sedang Australia, Selandia Baru 3 Baik/sedang Los Angeles (USA) 4 Moderate/rata-rata Klang (Malaysia) 4 Moderate/rata-rata Leam Chabang (Thailand) 5 Kurang baik/lambat Tanjung Priok (Indonesia) 6,7 Sangat lambat Sumber: Journal Indonesia Infrastructure Initiative tahun 2012 Dalam penerapannya, aktivitas yang terjadi pada proses waktu endap (dwelling time) dibagi menjadi tiga tahap, yaitu pre-clearance, custom clearance dan post-clearance. Pre-clearance merupakan tahap pertama dimulainya proses perhitungan waktu tiba sebuah kapal dan diserahkannya

4 dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB) kepada pihak Bea Cukai untuk dilakukan pemeriksaan. Custom clearance merupakan aktivitas tahap kedua dari perhitungan waktu endap (dwelling time), dimulai dari penyerahan surat hingga penerimaan izin. Pada tahap ini aktivitas banyak dilakukan oleh pihak Bea Cukai yang melakukan pengklasifikasian barang menjadi beberapa jalur, pemeriksaan fisik barang serta pemeriksaan dokumen. Pada tahapan akhir, yaitu post-clearance merupakan aktivitas yang dimulai dari penerimaan izin dari pihak Bea Cukai hingga meninggalkan lapangan penumpukan atau pelabuhan. Setelah melalui ketiga tahapan tersebut, petikemas berarti telah memenuhi persyaratan dan sudah siap dikeluarkan dari bagian penumpukkan. Secara umum aktivitas tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.2 Gambar 1. 2 Proses Bisnis Pelayanan Operasional Pelabuhan Tanjung Priok Sumber: IHPS II Tahun 2013 Data terakhir yang diambil pada tanggal 30 Mei 2017 menunjukkan dwelling time pada pelabuhan di Indonesia khususnya pelabuhan Tanjung

5 Priok telah mengalami penurunan, namun masih belum mencapai target yang diinginkan oleh pemerintah. Pemerintah menargetkan dwelling time yang harus dicapai adalah selama dua hari 1 karena dengan menciptakan sistem di pelabuhan yang sangat efisien nantinya akan menyeimbangkan segala aktivitas perekonomian di Indonesia. Gambar 1. 3 Sistem Informasi Dwelling Time Pelindo 2 Sumber: Pelindo 2 (Pelabuhan Tanjung Priok) Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai dwelling time dengan judul penelitian ANALISIS AKTIVITAS IMPORTASI BARANG TERKAIT DENGAN 1 Sumber: http://kom.ps/afvbqz

6 DWELLING TIME DI PELABUHAN TANJUNG PRIOK. Harapannya setelah dilakukan penelitian ini dapat memberikan solusi terhadap masalah importasi yang terjadi di Indonesia, khususnya di pelabuhan Tanjung Priok. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah penumpukkan petikemas impor yang terjadi di pelabuhan Tanjung Priok menyebabkan waktu endap (dwelling time) yang lama. Sehingga dapat dirumuskan masalahnya adalah 1. Bagaimana tahapan clearance yang terjadi di pelabuhan Tanjung Priok dan beberapa pelabuhan di negara lain? 2. Bagaimana tahapan clearance yang sebaiknya dilakukan untuk meningkatkan pelayanan importasi barang di pelabuhan Tanjung Priok? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui tahapan clearance yang terjadi di pelabuhan Tanjung Priok dan beberapa pelabuhan di negara lain. 2. Mengetahui tahapan clearance yang sebaiknya dilakukan untuk meningkatkan pelayanan importasi barang di pelabuhan Tanjung Priok.

7 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Pelaku Usaha Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam mengambil keputusan sehingga diperoleh hasil yang optimal dengan biaya yang efisien. 1.4.2. Untuk Stakeholder Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan keputusan bagi para pemangku kepentingan di pelabuhan Tanjung Priok agar dapat memberikan pelayanannya secara efisien. 1.4.3. Untuk Penulis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran dan referensi yang mungkin berguna untuk penelitian selanjutnya. Terutama terkait dengan aktivitas importasi barang di pelabuhan.