BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan pemerintahan dewasa ini menuntut kualitas yang lebih baik dalam pelayanan publik dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Perbaikan terus dilakukan dalam segala aspek termasuk melalui penyempurnaan aturan atau regulasi yang mendorong pemerintah untuk menekankan transparansi dan akuntabilitas dalam pertanggungjawaban pengelolaan anggaran pemerintah, seperti dikeluarkannya Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara. Menurut Ives (1987: 130) akuntabilitas memiliki peran utama sebagai landasan dari semua pelaporan dalam memenuhi kewajiban pemerintah secara bertanggungjawab kepada publik dalam masyarakat yang demokratis. Akuntabilitas berbeda dengan konsep responsibilitas. Akuntabilitas dapat dilihat sebagai salah satu elemen dalam konsep responsibilitas, yang berarti kewajiban untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah dilakukan atau tidak dilakukan oleh seseorang. Sementara responsibilitas merupakan akuntabilitas yang berkaitan dengan kewajiban untuk menjelaskan kepada orang atau pihak lain yang memiliki kewenangan 1
untuk meminta pertanggungjawaban dan memberikan penilaia n (Mahmudi, 2010: 9). Dijelaskan lebih lanjut, akuntabilitas dalam sektor publik dapat digambarkan hubungan antara pemerintah dan masyarakat, di mana pemerintah berfungsi sebagai agen yang diberi kewenangan untuk melaksanakan kewajiban yang ditentukan masyarakat sebagai prinsipal, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui wakil-wakilnya. Tuntutan akuntabilitas meningkat ketika pemerintah Indonesia saat ini tengah berupaya untuk mewujudkan pemerintahan yang memiliki tata kelola yang baik (good governance). Akuntabilitas erat kaitannya dengan pelaksanaan evaluasi atau penilaian mengenai pelaksanaan kegiatan, yakni apakah pelaksanaan kegiatan telah sesuai dengan perencanaan atau standar yang telah dibuat sebelum nya atau belum (Supartini, 2012: 1). Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah membentuk Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) melalui Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999 yang diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan didukung dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 12 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Dalam Peraturan Menteri terse but, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi bertugas untuk melaksanakan evaluasi atas penerapan SAKIP pada kementerian, lembaga, pemerintah provinsi, dan pemerintah 2
kabupaten/kota (Pasal 3 ayat 1). Namun demikian, inspektorat pem erintah provinsi juga membantu dalam pelaksanaan evaluasi penerapan SAKIP pada pemerintah kabupaten/kota dengan supervisi dari tim bersama yang terdiri dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dan Kementerian Dalam Negeri. Selain itu, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi juga dapat dibantu oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) jika diperlukan (Pasal 3 ayat 2 dan 3). Berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kota Yogyakarta Tahun 2014, salah satu misi yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2012 s/d. 2016 adalah mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean governance). Untuk mengukur sasaran ini terdapat tiga indikator sasaran seperti yang tercantum dalam tabel berikut: Tabel 1.1 Capaian Indikator Sasaran Strategis terhadap Target Kinerja RPJMD Tahun 2012-2016 No. Indikator Kinerja 1. Nilai Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kota Yogyakarta 2. Opini Laporan Keuangan oleh Auditor Eksternal 3. Nilai Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Realisasi Tahun 2014 2012 2013 Target Realisasi % Capaian Target 2016 CC CC B B 100% B WTP WTP Wajar Sangat tinggi * Sangat tinggi Tinggi Proses audit BPK Belum diketahui - Wajar - Sangat tinggi 3
Pemerintah Daerah (EKPPD) Rata-rata Capaian Kinerja - Sumber: LAKIP Kota Yogyakarta 2014 *Nilai sementara Pada tahun 2013 Pemerintah Kota Yogyakarta memperoleh predikat CC terhadap hasil penilaian akuntabilitas kinerja dengan nilai 57,68. Predikat tersebut sama dengan yang didapat pada tahun 2012. Sementara pada tahun 2014 Pemerintah Kota Yogyakarta memperoleh nilai 65,57 dengan predikat B. Untuk opini laporan keuangan oleh auditor eksternal tahun 2014 (hingga LAKIP ini diterbitkan) masih dalam proses audit BPK sehingga hasil capaiannya belum dapat diketahui. Namun, dalam kurun waktu tahun 2009-2013 hasil audit BPK terhadap Pemerintah Kota Yogyakarta dinyatakan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Berdasarkan laporan hasil evaluasi akuntabilitas kinerja pemerintah kabupaten/kota oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tahun 2013 atas LAKIP di tingkat pemerintah daerah, Kota Yogyakarta termasuk dalam salah satu pemerintah kabupaten/kota yang mendapat nilai B bersama 10 kabupaten/kota lainnya se -Indonesia. Predikat tersebut termasuk predikat terbaik dan dinilai paling berhasil di antara kabupaten/kota lain se-indonesia sehingga dapat dijadikan contoh atau perbandingan bagi pemerintah daerah lain. 1.2 Rumusan Masalah Penerapan SAKIP di instansi pemerintahan seluruh Indonesia merupakan upaya perbaikan terkait pertanggungjawaban dan pelaporan 4
keuangan. Berdasarkan laporan hasil evaluasi akuntabilitas kinerja pemerintah kabupaten/kota oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dalam LAKIP tahun 2013 seperti yang telah dikemukaan dalam latar belakang, capaian nilai yang diperoleh Kota Yogyakarta dapat dijadikan contoh bagi pemerintah daerah lain di Indonesia untuk dapat menyelenggarakan pemerintahan yang bersih dan akuntabel agar fungsi pelayanan publik dapat berjalan lebih baik. Dengan demikian, analisis penerapan SAKIP di Pemerintah Kota Yogyakarta ini ditujukan untuk meneliti sejauh mana upaya optimalisasi penerapan SAKIP yang dilakukan serta mengetahui kendala dan permasalahan apa saja yang dihadapi agar penerapan SAKIP ini dapat memberikan manfaat untuk tata kelola pemerintahan yang bersih dan akuntabel, bukan hanya sebagai media pertanggungjawaban. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat dibuat pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apa saja kendala-kendala yang masih ditemui dalam penerapan SAKIP pada Pemerintah Kota Yogyakarta? 2. Apa upaya yang dilakukan dalam perbaikan dan optimalisasi penerapan SAKIP di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta? 5
1.4 Batasan Masalah Untuk memfokuskan permasalahan yang diamati dalam penelitian ini, maka penulis membatasi permasalahan pada evaluasi penerapan SAKIP Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta dengan meneliti beberapa SKPD sebagai sampel, khususnya mengenai faktor yang menjadi kendala dan upaya optimalisasi yang dilakukan. Pembatasan masalah ini dilakukan agar obyek penelitian tidak meluas atau menyimpang terlalu jauh dari sasaran serta tema pokok permasalahan. 1.5 Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang masalah dan pokok permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang menjadi kendala dalam penerapan SAKIP di Pemerintah Kota Yogyakarta. 2. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan upaya perbaikan dan optimalisasi penerapan SAKIP yang dilakukan Pemerintah Kota Yogyakarta. 1.6 Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, di antaranya: 6
1. Bagi penulis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya mengenai penerapan SAKIP sebagai upaya untuk perbaikan pertanggungjawaban pemerintah. 2. Bagi Pemerintah Kota Yogyakarta, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah daerah dalam mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam penerapan SAKIP. 3. Sebagai tambahan literatur atau referensi khususnya mengenai penerapan SAKIP di Pemerintah Kota Yogyakarta. 1.7 Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan Pada bab ini berisi uraian latar belakang penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Bab II Landasan Teori Pada bab ini dipaparkan landasan teori dan literatur-literatur yang digunakan sebagai acuan dan kerangka berpikir untuk membantu melaksanakan penelitian yang didukung pula dengan penelitian sejenis sebelumnya. Sumber literatur berasal dari buku maupun peraturan perundang-undangan. 7
Bab III Metodologi Penelitian Bab ini berisi penjelasan mengenai jenis data, sumber data, metode pengumpulan data, dan prosedur untuk melakukan analisis data. Bab IV Analisis dan Pembahasan Pada bab ini berisikan penjelasan dan uraian mengenai analisis faktor kendala dan upaya optimalisasi imlementasi SAKIP berdasarkan data yang telah diperoleh. Bab V Kesimpulan Bab ini berisi mengenai kesimpulan hasil penelitian, keterbatasan selama proses penelitian, serta saran dan rekomendasi untuk perbaikan dan pengembangan penelitian selanjutnya. Selain itu, rekomendasi juga diberikan kepada Pemerintah Kota Yogyakarta untuk perbaikan dalam implementasi SAKIP. 8