PERAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGEMBANGKAN POTENSI AFEKTIF SISWA SMP NEGERI 2 KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO (STUDI KASUS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2012/2013) NASKAH PUBLIKASI FITRI EPRIASIH A.220090142 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 1
2
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam mengembangkan potensi afektif siswa SMP Negeri 2 Kartasura Sukoharjo secara khusus, penelitian ini mendeskripsikan peran guru Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidik, peran guru Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pemimpin, dan peran guru Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pengelola belajar dalam mengembangkan potensi afektif siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Kartasura Sukoharjo. Dalam penelitian diperoleh melalui informan, tempat dan peristiwa serta arsip atau dokumen. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dihasilkan simpulan yaitu (1) peran guru sebagai pendidik: menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya, berusaha untuk menjadi pribadi yang baik, harus menjadi panutan dan teladan bagi peserta didik. Seorang guru Pendidikan Kewarganegaraan erat kaitanya dengan moral, serta berusaha untuk menjadi guru yang baik. Mereka mencintai muri muridnya dan mendidik dengan penuh kesungguhan hati dan sadar betul bahwa masa depan bangsa ada di tangan anak anak didiknya. (2) peran guru sebagai pemimpin: sebagai pemimpin mampu mengatur dan membawa perubahan untuk anak didiknya ke arah yang lebih baik, yang dulunya dianggap tidak bisa apa apa kemudian dapat mencetak prestasi yang luar biasa, mampu memunculkan potensi terpendam muridnya, karena pada dasarnya setiap anak pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan masing masing. (3) peran guru sebagai pengelola belajar mengajar: memotivasi siswa dengan mengawali pelajaran dengan ceria, menguasai berbagai metode mengajar yang inovatif agar para siswa tidak mengalami kejenuhan dalam proses belajar mengajar berlangsung, biasanya saya menggunakan permainan agar siswanya lebih aktif dan antusias dalam mengikuti pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, mampu menghidupkan kelas yang kurang antusias dalam proses pembelajaran dengan metode pemainan yang berganti-ganti. Kata kunci: Peran guru, PKn, Potensi afektif. 2
A. PENDAHULUAN Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, latihan, proses, dan perbuatan cara mendidik. Dari sinilah dapat diartikan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang bertujuan membudayakan manusia atau memanusiakan manusia. Pendidikan nasional secara lengkap dirumuskan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan nasional (Indonesia) adalah mencerdasakn kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebanggaan. Kehadiran guru dalam proses pembelajaran di sekolah masih tetap memegang peranan penting. Peran tersebut belum dapat diganti dan diambil alih oleh siapapun. Guru dituntut memiliki kinerja yang mampu memberikan dan merealisasikan harapan dan keinginan semua pihak terutama masyarakat umum yang telah mempercayai sekolah dan guru dalam membina anak didik. Guru bertanggung jawab mengantarkan siswanya untuk mencapai kedewasaan sebagai calon pemimpin bangsa pada semua bidang kehidupan. Untuk itu, pihak-pihak yang berkepentingan selayaknya tidak mengabaikan peranan guru dan profesinya, agar bangsa dan negara dapat tumbuh sejajar dengan bangsa lain di Negara maju, baik pada masa sekarang maupun masa yang akan datang. Kondisi seperti itu bisa mengisyaratkan bahwa guru dan profesinya merupakan komponen kehidupan yang dibutuhkan oleh bangsa dan negara ini sepanjang zaman. Tugas pelaksanaan tugas guru secara profesional hal itu dapat diwujudkan eksistensi bangsa dan negara yang bermakna, terhormat, dan dihormati dalam pergaulan antar bangsabangsa di dunia ini. Mengingat mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan efektif yang didalamnya terkandung nilai, norma, sikap dan minat. Maka peranan guru Pendidikan Kewarganegaraan harus mampu membina siswa yang sesuai dengan nilai moral Pancasila. Salah satu hal yang menentukan 3
keberhasilan pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah guru harus mampu memahami prinsip-prinsip dasar, ketepatan dalam hal memilih metode, media, evaluasi, materi dan waktu yang tersedia untuk mencapai tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan penekanannya kepada ranah afektif, sedangkan mata pelajaran lainnya umumnya penekanannya kepada aspek kognitif, kecuali mata pelajaran agama penekanannya kepada aspek kognitif dan psikomotor. Wujud dari aspek afektif itu sendiri berupa nilai, sikap, moral, norma yang merupakan pedoman bagi seseorang untuk berbuat atau memberikan respon terhadap lingkungannya. Pada hakekatnya pendidikan merupakan suatu pembentukan dan pengembangan kepribadian manusia secara menyeluruh, yakni pembentukan dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara menyeluruh, sehingga manusia mampu menghadapi sikap perubahan yang terjadi. Dalam rangka pengembangan manusia Indonesia seutuhnya, pembangunan dibidang pendidikan merupakan sarana dan wahana yang sangat baik dalam pembinaan SDM. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan disamping menekankan pada ilmu pengetahuan (kognitif) juga diarahkan pada pengembangan kecerdasan untuk dapat belajar cepat dengan terampil dalam melaksanakan sesuatu (psikomotor), serta diarahkan pada pengembangan sikap mental dan kepribadian untuk tujuan masyarakat. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirasa cukup penting untuk melakukan penelitian mengenai Peran Guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam Mengembangkan Potensi Afektif Siswa SMP Negeri 2 Kartasura Kabupaten Sukoharjo (Studi Kasus Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2012/2013). Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan peran guru Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidik dalam mengembangkan potensi afektif siswa SMP Negeri 2 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2012/2013. 2. Untuk mendeskripsikan peran guru Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pemimpin dalam mengembangkan potensi afektif siswa SMP Negeri 2 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2012/2013. 4
3. Untuk mendeskripsikan peran guru Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pengelola belajar mengajar dalam mengembangkan potensi afektif siswa SMP Negeri 2 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2012/2013. B. METODE PENELITIAN Tempat penelitian ini adalah SMP Negeri 2 Kartasura Sukoharjo. Tahaptahap pelaksanaan kegiatan sejak persiapan sampai dengan penulisan laporan penelitian secara keseluruhan dilakukan selama kurang lebih empat bulan yaitu mulai bulan Februari 2013 sampai bulan Mei 2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif metode deskriptif. Menurut Nawawi dan Martini (1992:67), metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur atau cara memecahkan masalah penelitian dengan memaparkan kedaan obyek yang diselidiki. Selain penelitian ini bersifat deskriptif, penelitian ini juga merupakan penelitian kualitatif. Menurut Maryadi dkk (2011:9), penelitian kualitatif berusaha mengungkapkan gejala-gejala yang dikaji secara Menyeluruh Dan Sesuai Dengan Konteks Melalui Pengumpulan Data Dari Latar Alami Dengan Memanfaatkan Diripeneliti Sebagai Instrumen Utama (Instrumen Kunci). Strategi Penelitian Ini Adalah Studi Kasus Tunggal Terpancang. Peneliti Menggunakan Strategi Tersebut Agar Dalam Penelitian Ini Lebih Mudah Dalam Mencari Data Yang Sesuai Dengan Masalah, Serta Mengumpulkan Datanya Lebih Terarah Daripada Tujuan Yang Hendak Dicapai. Subjek penelitian ini adalah guru Pendidikan Kewarganegaraan SMP Negeri 2 Kartasura dan siswa-siswi SMP Negeri 2 Kartasura sebagai informan dalam membantu peneliti mengumpulkan data. Objek penelitian adalah aspek-aspek dari subjek penelitian yang menjadi sasaran penelitian. Adapun objek penelitiannya adalah peran guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam mengembangkan potensi afektif siswa SMP Negeri 2 Kartasura Kabupaten Sukoharjo (studi kasus pada siswa kelas viii SMP Negeri 2 Kartasura Kabupaten Sukoharjo tahun ajaran 2012/2013). 5
Adapun jenis sumber data yang digunakan dalam peneliti ini adalah pada penelitian ini yang menjadi narasumber atau informan adalah guru Pendidikan Kewarganegaraan SMP Negeri 2 Kartasura. Tempat di SMP Negeri 2 Kartasura Sukoharjo. Peristiwanya mengenai peran guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam mengembangkan potensi afektif siswa. Teknik ini digunakan untuk mengetahui pelaksanaan judul: Peran Guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam Mengembangkan Potensi Afektif Siswa SMP Negeri 2 Kartasura Kabupaten Sukoharjo (Studi Kasus pada Siswa Kelas Viii SMP Negeri 2 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2012/2013). Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas yaitu dengan observasi, wawancara, dokumentasi yang masing-masing diuraikan secara singkat berikut ini: 1. Wawancara (interview). Menurut Arikunto (2010:198), wawancara atau kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memeperoleh informasi dari terwawancara (interviewer). 2. Observasi. Menurut Arikunto (2010:199), observasi adalah sebagai suatu aktivitas pengamatan yang meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. 3. Dokumentasi. Menurut Arikunto (2010:201), dokumentasi yaitu peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian. Instrumen adalah alat yang digunakan dalam pengumpulan data. Sugiyono (2009:59), mengungkapkan bahwa dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. dalam penelitian kualitatif penggunaan manusia atau peneliti itu sendiri sebagai instrumen tidak dapat terhindarkan. Adapun langkah-langkah analisis data menurut Miles dan Huberman (1992:15-17) adalah sebagai berikut. 1. Reduksi data, yaitu sebagai proses seleksi, pemfokusan, pengabstrakan, waktu pengumpulan data dengan demikian reduksi data dimulai sejak peneliti mulai memfokuskan wilayah penelitian. 6
2. Sajian data, yaitu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan penelitian dilakukan. Pada waktu pengujian data meliputi berbagai jenis matrik gambar, jaringan kerja, keterkaitan kegiatan atau tabel. 3. Penarikan kesimpulan, yaitu dalam pengumpulan data peneliti harus mengerti dan tanggap terhadap sesuatu yang diteliti langsung di lapangan dengan menyusun pola-pola pengarahan dan sebab akibat. C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Peran guru sebagai pendidik dalam mengembangkan potensi afektif siswa. Peran guru sebagai pendidik merupakan peran yang berkaitan dengan tugastugas memberi dorongan, pengawasan dan pembinaan serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugastugas ini berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkah laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada. sebagai seorang pendidik memiliki standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin. Sebagai guru berusaha untuk menjadi pribadi yang baik, harus menjadi panutan dan teladan bagi peserta didik, terlebih seorang guru Pendidikan Kewarganegaraan yang erat kaitanya dengan moral, maka dari itu sebagai seorang guru selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik. Guru juga harus mampu mengayomi peserta didik, dalam artian menjadi tempat untuk berbagi sebagai orangtua di sekolah. 2. Peran guru sebagai pemimpin dalam mengembangkan potensi afektif siswa. Guru sebagai pemimpin mampu mengatur dan membawa perubahan untuk anak didiknya ke arah yang lebih baik, yang dulunya dianggap tidak bisa apa apa kemudian dapat mencetak prestasi yang luar biasa. Seorang guru mampu memunculkan potensi terpendam muridnya, karena pada dasarnya setiap anak pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan masing masing. Karena yang perlu 7
disadari adalah tidak hanya melihat aspek kepandaian seseorang hanya dari satu sisi, yaitu sisi akademisnya saja, tetapi masih banyak aspek lain yang perlu dinilai dan diperhatikan. Sebagai seorang guru perlu memiliki kepribadian, mampu menguasai ilmu kepemimpinan, menguasai hubungan antarmanusia, teknik berkomunikasi, serta menguasai berbagai aspek kegiatan organisasi yang ada di sekolah. Mampu memimpin para siswanya agar menjadi pribadi yang mandiri dalam segala hal. 3. Peran guru sebagai pengelola belajar mengajar dalam mengembangkan potensi afektif siswa. Peran guru sebagai pengelola belajar mengajar adalah menyiapkan sumber belajar yang diperlukan secara lengkap, motivasi siswa dengan mengawali pelajaran dengan ceria. Dalam proses pembelajaran di kelas guru harus menguasai berbagai metode mengajar yang inovatif agar para siswa tidak mengalami kejenuhan dalam proses belajar mengajar berlangsung. seorang guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran, masih tetap memegang peranan penting, dan gurulah yang mempunyai tugas dan tanggung jawab merencanakan dan melaksanakan pengajaran di sekolah. Hal tersebut sesuai dengan kajian teori menurut Wijaya dan Rusran (1994:10), peran guru adalah sebagai berikut a. Guru sebagai pendidik dan pengajar. Guru harus memiliki kestabilan emosi, ingin memajukan peserta didik, bersikap realistis, bersikap jujur dan terbuka, peka terhadap perkembangan, terutama inovasi pendidikan. Guru harus memiliki dan menguasai berbagai jenis bahan pelajaran, menguasai teori dan praktek kependidikan, menguasai kurikulum dan metodologi pengajaran. b. Guru sebagai anggota masyarakat. Guru harus pandai bergaul dengan masyarakat. Guru harus menguasai psikologi sosial, memiliki pengetahuan tentang hubungan antarmanusia, dan sebagai anggota masyarakat, guru harus memiliki keterampilan membina kelompok, keterampilan bekerjasama dalam kelompok, keterampilan menyelesaikan tugas bersama kelompok. c. Guru sebagai pemimpin, yakni guru harus mampu memimpin. Guru perlu memiliki kepribadian, menguasai ilmu kepemimpinan, menguasai hubungan 8
antarmanusia, teknik berkomunikasi, serta menguasai berbagai aspek kegiatan organisasi yang ada di sekolah. d. Guru sebagai pelaksana administrasi, yakni akan dihadapkan kepada administrasi-administrasi yang harus dikerjakan di sekolah. Guru sebagai tenaga kependidikan harus memiliki kepribadian, jujur, teliti, rajin, menguasai ilmu tata buku ringan, korespondensi, penyimpanan arsip dan ekspedisi serta administrasi pendidikan lainnya. e. Guru sebagai pengelola proses belajar-mengajar. Guru harus menguasai berbagai metode mengajar dan harus menguasai situasi belajar-mengajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas. D. KESIMPULAN Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan mengenai (1) peran guru sebagai pendidik: menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya, berusaha untuk menjadi pribadi yang baik, harus menjadi panutan dan teladan bagi peserta didik. Seorang guru Pendidikan Kewarganegaraan erat kaitanya dengan moral, serta berusaha untuk menjadi guru yang baik. Mereka mencintai muri muridnya dan mendidik dengan penuh kesungguhan hati dan sadar betul bahwa masa depan bangsa ada di tangan anak anak didiknya. (2) peran guru sebagai pemimpin: sebagai pemimpin mampu mengatur dan membawa perubahan untuk anak didiknya ke arah yang lebih baik, yang dulunya dianggap tidak bisa apa apa kemudian dapat mencetak prestasi yang luar biasa, mampu memunculkan potensi terpendam muridnya, karena pada dasarnya setiap anak pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan masing masing. (3) peran guru sebagai pengelola belajar mengajar: memotivasi siswa dengan mengawali pelajaran dengan ceria, menguasai berbagai metode mengajar yang inovatif agar para siswa tidak mengalami kejenuhan dalam proses belajar mengajar berlangsung, biasanya saya menggunakan permainan agar siswanya lebih aktif dan antusias dalam mengikuti pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, mampu menghidupkan kelas yang kurang antusias dalam proses pembelajaran dengan metode pemainan yang berganti-ganti. 9
Implikasi peran guru dalam mengembangkan potensi afektif siswa, bahwa (1) peran guru sebagai pendidik mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan afektif peserta didik. Seorang guru hendaknya menjadi tokoh, panutan dan identifikasi yag baik bagi para peserta didik, dan lingkungannya. (2) peran guru sebagai pemimpin sangat berpengaruh dalam menghasilkan out put yang berprestasi, baik akademik maupun non akademik. Seorang guru hendaknya mampu mengatur dan membawa perubahan bagi anak didiknya. (3) peran guru sebagai pengelola belajar mengajar sebagai pengelola belajar-mengajar mempunyai peranan penting pada proses pembelajaran di sekolah baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Keberhasilan proses pembelajaran dapat diukur dari baik buruknya guru dalam mengelola proses pembelajaran. E. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineke Cipta. Maryadi dkk. 2011. Pedoman Penulisan Skripsi FKIP. Surakarta: BP-FKIP UMS. Miles, B Mathew dan A, Michael Huberman.1992. Data Kualitatif Buku Sumber tantang Metode-metode Baru. Jakarta: UIP. Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E. 2012. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nawawi, Hadari dan M, Martini. 1992. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Saudagar, Facruddin dan Ali Idrus. 2009. Pengembangan Profesionalitas Guru. Jakarta: Gaung Persada Press. Subadi, Tjipto. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan (Civiv Education). Surakarta: Badan Penerbit-FKIP UMS. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R& D. Bandung: Alfabeta. 10