dalam UUD'45 dan UU 14 tahun 1970 yang telah diubah dengan UU Kehakiman), oleh karena itu KUHAP memuat asas-asas yang

dokumen-dokumen yang mirip
2. Terdakwa, menurut pasal 1 ayat 5 KUHAP adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili dipersidangan pengadilan.

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA

BAB II PRAPERADILAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA. A. Sejarah Praperadilan dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia

1. HUKUM ACARA PIDANA ADALAH hukum yang mempertahankan bagaimana hukum pidana materil dijalankan KUHAP = UU No 8 tahun 1981 tentang hukum acara

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 41/PUU-XIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 41/PUU-XIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JAMINAN PERLINDUNGAN HAK TERSANGKA DAN TERDAKWA DALAM KUHAP DAN RUU KUHAP. Oleh : LBH Jakarta

II. TINJAUAN PUSTAKA. penegakan hukum berdasarkan ketentuan hukum, maka hilanglah sifat melanggar

ALUR PERADILAN PIDANA

Mengenal Sistem Peradilan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sendiri dan salah satunya lembaga tersebut adalah Pengadilan Negeri. Saat

MANFAAT DAN JANGKA WAKTU PENAHANAN SEMENTARA MENURUT KITAB UNDANG HUKUM ACARA PIDANA ( KUHAP ) Oleh : Risdalina, SH. Dosen Tetap STIH Labuhanbatu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 44/PUU-XIII/2015 Objek Praperadilan

INDONESIA CORRUPTION WATCH 1 Oktober 2013

V. PENUTUP. 1. Alasan yang menjadi dasar adanya kebijakan formulasi Hakim Komisaris. dalam RUU KUHAP Tahun 2009 atau hal utama digantinya lembaga pra

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Tentang Tugas, Wewenang Hakim Dalam Peradilan Pidana

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 21/PUU-XII/2014 Penyidikan, Proses Penahanan, dan Pemeriksaan Perkara

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HUKUM ACARA PIDANA HENDAK HIJRAH Oleh Adnan Paslyadja

POLA PEMBELAAN DALAM MEMBERIKAN BANTUAN HUKUM TERHADAP TERDAKWA DALAM PROSES PEMERIKSAAN DI PENGADILAN. Kuswindiarti STMIK AMIKOM Yogyakarta

POLA PEMBELAAN DALAM MEMBERIKAN BANTUAN HUKUM TERHADAP TERDAKWA DALAM PROSES PEMERIKSAAN DI PENGADILAN. Kuswindiarti STMIK AMIKOM Yogyakarta

dengan aparatnya demi tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan harkat dan martabat manusia. Sejak berlakunya Undang-undang nomor 8 tahun 1981

JURNAL TUNTUTAN GANTI KERUGIAN AKIBAT TIDAK SAHNYA PENANGKAPAN DAN PENAHANAN MELALUI PROSES PRAPERADILAN

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA. penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur menurut Undang-Undang ini.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HUKUM ACARA PIDANA Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tanggal 31 Desember 1981 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LARANGAN PENINJAUAN KEMBALI PUTUSAN PRAPERADILAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan tindak pidana dalam kehidupan masyarakat di

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 102/PUU-XIII/2015 Pemaknaan Permohonan Pra Peradilan

II. TINJAUAN PUSTAKA. penegakan hukum berdasarkan ketentuann hukum, maka hilanglah sifat

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut, khususnya mengenai kepentingan anak tentunya hal ini perlu diatur oleh

MEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN

Abstrak. Kata kunci: Peninjauan Kembali, Kehkilafan /Kekeliranan Nyata, Penipuan. Abstract. Keywords:

LATAR BELAKANG MASALAH

Hukum Acara Pidana Untuk Kasus Kekerasan Seksual

BAB I PENDAHULUAN. melekat pada diri masing-masing individu. Hal itu cukup beralasan, betapa tidak,

II. TINJAUAN PUSTAKA. hukum tetap ini merupakan upaya hukum luar biasa, dalam memperoleh kekuatan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Hukum Acara Pidana. Pertemuan XXVIII & XXIX Malahayati, S.H., LL.M. (c) 2014 Malahayati 1

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pidana (KUHAP) adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya,

BAB I PENDAHULUAN. berlakunya Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana

NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945, yang

PENANGGUHAN PENAHANAN DALAM PROSES PERKARA PIDANA (STUDI KASUS KEJAKSAAN NEGERI PALU) IBRAHIM / D Abstrak

Undang Undang No. 8 Tahun 1981 Tentang : Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna

I. PENDAHULUAN. disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk menentukan

STANDAR PELAYANAN KEPANITERAAN PIDANA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Asas-Asas Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

TINJAUAN HUKUM TERHADAP TUNTUTAN GANTI KERUGIAN KARENA SALAH TANGKAP DAN MENAHAN ORANG MUHAMMAD CHAHYADI/D Pembimbing:

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 8 TAHUN 1981 (8/1981) Tanggal: 31 DESEMBER 1981 (JAKARTA)

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 018/PUU-IV/2006 Perbaikan Permohonan Secara on the Spot Tanggal 09 Oktober 2006

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN

BAB I PENDAHULUAN. penetapan status tersangka, bukanlah perkara yang dapat diajukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. dalam tahap pemeriksaan penyidikan dan atau penuntutan. 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Negara Indonesia adalah negara bardasarkan hukum bukan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

Tinjauan Yuridis terhadap Pelaksanaan Prapenuntutan Dihubungkan dengan Asas Kepastian Hukum dan Asas Peradilan Cepat, Sederhana, dan Biaya Ringan

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA

BAB I PENDAHULUAN. Hukum materiil seperti yang terjelma dalam undang undang atau yang

*14671 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 2004 (4/2004) TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 43/PUU-XI/2013 Tentang Pengajuan Kasasi Terhadap Putusan Bebas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peradilan Pidana di Indonesia di selenggarakan oleh lembaga - lembaga peradilan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Didalam proses perkara pidana terdakwa atau terpidana

Kompilasi Putusan Mahkamah Konstitusi dan Perubahan Kitab Hukum Acara Pidana (KUHAP) Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II PERLINDUNGAN HAK- HAK TERSANGKA DALAM PROSES PEMERIKSAAN DI TINGKAT KEPOLISIAN

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Mencermati Peradilan di Indonesia

PERAN BANTUAN HUKUM TERHADAP PERLINDUNGAN HAK-HAK TERSANGKA DAN TERDAKWA YANG TIDAK MAMPU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik pelaksanaan hukum

BAB II HAK-HAK TERSANGKA DALAM HUKUM ACARA PIDANA. seseorang yang menjalani pemeriksaan permulaan, dimana salah atau tidaknya

PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENTANG PERAMPASAN ASET * Oleh : Dr. Ramelan, SH.MH

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 28, Pasal 28A-J Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 42/PUU-XV/2017 Tafsir Frasa Tidak dapat Dimintakan Banding atas Putusan Praperadilan

BAB IV KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Perbedaan Kewenangan Jaksa dengan KPK dalam Perkara Tindak

BAB III FILOSOFI ASAS NE BIS IN IDEM DAN PENERAPANNYA DI PERADILAN PIDANA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. negara hukum. Negara hukum merupakan dasar Negara dan pandangan. semua tertib hukum yang berlaku di Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

1. PELAPORAN Proses pertama bisa diawali dengan laporan atau pengaduan ke kepolisian.

BANTUAN HUKUM DAN UPAYA PERLINDUNGAN HAK ASASI TERDAKWA DALAM PROSES PERADILAN PIDANA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

R.I. Wawasan Agar Meningkatkan BAB III PENYIDIK DAN PENYELIDIK Dengan berubahnya dari HIR menjadi KUHAP, maka terjadi perubahan fundamental sistim peradilan pidana, dan hal ini membawa kon sekwensi adanya perbahan dalam penyidikan. A. Perubahan Fundamental HAP: KUHAP merupakan Hukum Nasional yang dibuat berdasarkan UUD, 45 dan Pancasila yang bersifat UNIFIKATIF (berlaku di seluruh wilayah Rl) dan KODIFIKATIF (telah dibukukan) dan mengabdi pada kepentingan nasional. HAP merupakan realisasi dari cita-cita Hukum sebagaimana diatur dalam UUD'45 dan UU 14 tahun 1970 yang telah diubah dengan UU Nomor 4 tahun 2004 (UU tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman), oleh karena itu KUHAP memuat asas-asas yang terdapat dalam UUD,45, Pancasila dan UU no. 14/1970 yang telah diubah dengan UU Nomor4 tahun 2004. adalah negara Hukum yang demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD '45, oleh karena itu menjunjung tinggi HAM dan menjamin segala Warga Negara bersamaan kedudukannya dalam Hukum dan pemerintahan. Hal ini diwujudkan pula di dalam KUHAP. untuk mewujudkan tujuan Pembangunan Nasional adalah Wawasan Nusantar Oleh karena itu hukum di seluruh Nusantara berlaku satu kesatuan Hukum, yaitu Hukum Nasional. Di bidang pembangunan Hukum diharapkan adanya Unifikasi dan Kodifikasi Hukum di seluruh Indonesi Sedangkan tujuan HAP adalah: warga negara sadarakan hak dan kewajibannya sikap para penegak Hukum sesuai dengan wewenang dan fungsinya masing-masing demi tegaknya Hukum. 8

Mentaati 4 Jiwa dan materi KUHAP sangat berbeda dengan HIR dan terjadi perbedaan sistem sehingga mempengaruhi dalam penyidikan B. Perubahan Fundamental Dalam Penyidikan 1 Sistem Peradilan Pidana sebagaimana diatur dalam KUHAP adalah mengutamakan perlindungan HAM, dengan maksud agar Warga Negara: Mengetahui kewajiban-kewajiban Hukum dan menuntut Hak-haknya Hal ini terbukti dianutnya Sistem Pemeriksaan dalam KUHAP secara AQUSATOIR, yaitu sistem peme riksaan yang memperlakukan tersangka/terdakwa sebagai subyek. Sebagai lawannya adalah Sistem Pemeriksaan secara Inquisitoir, yaitu sistem pemeriksaan yang memperlakukan tersangka / terdakwa sebagai obyek pembidangan tugas, wewenang dan tanggung jawab dimaksudkan agar Pembinaan Penegak Hukum dapat dilakukan lebih mudah. POLRI 4. POLRI 5. Pembatasan 6. Penyidik sebagai penyidik mandiri tidak lepas dari penuntutan dan pengadilan. mengkoordinir penyidik PNS yaitu dengan cara memberi pengawasan, petunjuk dan bantuan di dalam Penyidik PNS melakukan penyidikan. wewenang dan pengawasan bagi penyidik demi penegakan Hukum dan perlindungan HAM. wajib memberikan perlakuan yang layak dan wajib membe ri perlindngan dan pengayoman. 9

7. e. g. Menyiapkan Pembelaan Segera Diberitahu c. d. f. h. Mengajukan i.. Dan sebagai ny pembatasan wewenang dan pengetatan pengawasan terhadap penyidik dan adanya pendampingan oleh Penegak Hukum terhadaptersangk Dengan adanya perubahan hukum acara pidana dari HIR ke KUHA maka terjadi perbedaan-perbedaan. Perbedaan tersebut di antaranya adalah sebagai berikut: Hak-hakTersangka/Terdakwa Apabila diperhatikan di ctfalam KUHAP yang dikenal mengutamakan perlindungan pada HAM, maka dapat ditemukan tentang pengaturan hak-hak tersangka/terdakwa yaitu sebagai berikut: Pemeriksaan tentang apa yang disangkakan Juru Bahasa Bantuan Hukum Kunjungan Keluarga Ganti Rugi Dan Rehabilitas Praperadilan Bantuan Hukum Tujuan : menyiapkan pembelaan. Untuk itu tersangka/ terdakwa berhak menghubungi Penasehat Hukumny Hubungan antara Tersangka / Terdakwa dengan Penasehat Hukumnya tidak dibatasi, kecuali teijadi penyimpangan maka hubungan tersebut dilakukan secara With in sight but not with in hearing. a. Dasar Hukum Penangkapan Dan Penahanan bukti cukup yang memperkuat dugaan telah terjadi tindak pidan 10

- Merusak/menghilangkan - Atas perbuatan pidana tersebut diancam pidana 5 tahun I lebih I kurang dari 5 tahun tetapi sudah ditentukan dalam Undang Undang. kekhawatiran (penyidik, Penuntut Umum, hakim) bahwa tersangka akan: - Melarikandiri Barang Bukti - MengulangiTindak Pidana Untuk melakukan penangkapan, maka cukup apabila seseorang telah disangka melakukan tindak pidana (kejahatan) dengan bukti permulaan yang cukup. Pembatasan Jangka Waktu Penahanan. Pembatasan jangka waktu penahanan terhadap tersangka / terdakwa diaturdi dalam Pasal 24 s/d29 KUHAP, yaitu: Polisi P U PN PT MA 20 40 20 30 30 60 30 60 50 60 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 50 70 50 60 60 90 60 90 80 90 Perpanjangan penahanan dalam tingkat penyidikan, berdasarkan Pasal 24 KUHAP dilakukan oleh Penuntut Umum; Perpanjangan penahanan dalam tingkat penuntutan, berdasarkan Pasal 25 KUHAP dilakukan oleh Ketua Pengadilan Negeri; Perpanjangan penahanan dalam tingkat pemeriksaan oleh Hakim Pengadilan Nege berdasarkan Pasal 26 KUHAP dilakukan oleh Ketua ri, Pengadilan Negeri; Perpanjangan penahanan dalam tingkat banding, berdasarkan Pasal 27 KUHAP dilakukan oleh Ketua Pengadilan Tinggi, dan Perpanjangan penahanan dalam tingkat kasasi, berdasarkan Pasal 28 KUHAP, dilakukan oleh Ketua Mahkamah Agung. Perpanjangan penahanan berdasarkan Pasal 29 KUHAP: 11

Dalam Dalam tingkat penyidikan dan penuntutan yang berwenang memberikan perpanjangan penahanan adalah Pengadilan Negeri. tingkat pemeriksaan oleh Hakim Pengadilan Negeri yang berwenang memberikan perpanjangan penahanan dalam Pengadilan Tinggi Dalam tingkat pemeriksaan oleh pengadilan Tinggi (banding), yang berwenang memberikan perpanjangan penahanan adalah mahkamahagung. 4. Dalam tingkat pemeriksaan oleh Mahkamah Agung (Kasasi), yang berwenang memberikan perpanjangan penahanan adalah MahkamahAgung. GANTI RUGI dan REHABILITASI Dasarnya : Undang Pasal Peraturan Undang 14/1970 Pasal 9 yang telah diubah dengan UU Nomor4tahun2004 95 s/d Pasal 97 KUHAP Pemerintah Nomor 27/1983 Pasal 7 s/d Pasal 15 Pada prinsipnya, siapapun yang ditangkap, ditahan, dituntutdan diadili ataupun dikenakan tindakan-tindakan lain yang tidak berdasarkan ketentuan undang-undang, maka kepada mereka dibe ri hak untuk menuntut dan mendapatkan ganti rugi dan rehabilitasi. Alasan: penangkapan / penahanan yang melawan hukum penangkapan / penahanan yang tidak berdasar Undang-undang. penangkapan / penahanan untuk kepentingan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan 4. Orang yang bersangkutan sudah memberitahu bahwa yang bersangkutan bukantersangk 5. pemasukan rumah, penggeledahan dan penyitaan yang tidak sah menurut Hukum dan menimbulkan kerugian. 12

Ada c. Permohonan Upaya 4. Penggabungan Gugatan Ganti Rugi Dalam penggabungan gugatan ganti kerugian ini didasarkan pada Pasal 98 s/d Pasal 101 KUHAP, dan dapat dilakukan dengan syarat-syarat sebagai berikut: d. Domisili perbuatan pidana yang menimbulkan kerugian pada pihak korban permintaan kepada Majelis Hakim untuk menggabungkan gugatan ganti kerugian tersebut dalam perkara pidana yang sedang diperiksany tersebut harus diajukan sebelum pembacaan tuntutan pidana dari Penuntut Umum. terdakwa (tergugat dalam penggabungan) adalah di wilayah hukum pengadian Negeri yang sedang memeriksa perkara pidanany 5. Upaya Hukum Hak Terdakwa/Penuntut Umum untuk tidak menerima putusan Pengadilan, yang terdiri dari: Upaya Hukum Biasa (bandng dan kasasi) Hukum Luar Biasa (Kasasi Demi ÿepentingan Hukum dan Herziening atau Peninjauan Kembali) Dari Upaya Hukum Biasa dan Upaya Hukum Luar Biasa tersebut, yang perlu dijelaskan pada bagian ini adalah tentang Herziening, yaitu: Upaya Hukum terhadap putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan Hukum tetap yang dapat diajukan oleh Terpidana / ahli warisnya, dengan alasan: Terdapat keadaan baru Dalam pelbagai putusan terdapat pernyataan bahwa sesuatu telah terbukti akan tetapi hal atau keadaan sebagai dasar dan alasan putusan yang dinyatakan telah terbukti itu temyata bertentangan satu dengan yang lain. 13

c. Putusan d. Suatu itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan hakim atau kekeliruan yang nyat perbuatan dinyatakan terbukti akan tetapi tidak diikuti oleh suatu pemidanaan. Di samping itu ada juga upaya hukum yang disebut Perlawanan (Verzet), yang tidak dapat dikategorikan ke dalam Upaya Hukum Biasa maupun Upaya Hukum Luar Bias Upaya Hukum Perlawanan ini hanya dapat diajukan atas putusan Pengadilan: Dalam Putusan perkara pelanggaran lalu lintas jalan, yang terdakwa atau wakilnya tidak menghadiri sidang, pengadilan berupa perampasan kemerdekaan. 6. Koneksitas Yaitu tindak pidana yang dilakukan bersama-sama oleh mereka yang termasuk dalam lingkungan peradilan umum dan lingkungan peradilan militer. Untuk tindak pidana ini penyidikannya dilakukan bersama-sama oleh Penyidik Polri dengan POM ABRI dan Oditur Militer. Pada azasnya perkara koneksitas diperiksa dan diadili oleh Pengadilan di lingkungan peradilan Umum. 7. Pengawasan Pelaksanaan Putusan. Hal ini diintrodusir di dalam KUHAP dengan maksud agar supaya terdapat jaminan, bahwa putusan yang dijatuhkan oleh pengadilan dilaksanakan sebagaimana mestiny 14