HAK TOLAK MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS. Oleh : Aries Isnandar

dokumen-dokumen yang mirip
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

BAB I KETENTUAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG P E R S DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

Etika Jurnalistik dan UU Pers

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

SISTIM HUKUM INDONESIA POKOK BAHASAN

KETETAPAN BADAN LEGISLATIF MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 32/PUU-VI/2008 Tentang Iklan Kampanye Dalam Pemilu

Media Siber. Imam Wahyudi Anggota Dewan Pers

JURNAL SKRIPSI PENGGUNAAN HAK JAWAB DAN HAK KOREKSI DALAM PENYELESAIAN DELIK PERS BERDASARKAN UU NOMOR 40 TAHUN 1999

Media dan Revolusi Mental. Nezar Patria Anggota Dewan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No 40 tahun 1999 Tentang Pers, telah ditetapkan dalam

HUKUM PERS ANDRYAN, SH., MH

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

BAB II. Pengaturan Hukum Terhadap Jurnalis Korban Tindak Penganiayaan. A. Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

Hukum dan Pers. Oleh Ade Armando. Seminar Nasional Mengurai Delik Pers Dalam RUU KUHP Hotel Sofyan Betawi, Kamis, 24 Agustus 2006

BAB I PENDAHULUAN. fase dimana mengalami pasang surut tentang kebebasan pers. Kehidupan pers

Konsep Pers Profesonal menurut Kode Etik Jurnalistik dan UU Pers

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan jaman mengakibatkan semakin banyaknya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik tingkat kemajuan dan taraf berpikirnya dapat dicermati.

ETIKA JURNALISTIK IJTI JURNALISME POSITIF

Kode Etik Jurnalistik

BAB I PENDAHULUAN. media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. penting dalam peta perkembangan informasi bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

KODE ETIK JURNALISTIK

BAB I PENDAHULUAN. melalui media cetak tetapi juga media kominikasi elektronik. oleh masyarakat untuk mencari dan mengetahui informasi

BAB I PENDAHULUAN. pun mulai bebas mengemukakan pendapat. Salah satunya adalah kebebasan di bidang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara


Pengertian Hukum Dalam Arti Luas : Semua peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis Dalam arti Sempit : Peraturan perundang-undangan yang tertulis

BAB I PENDAHULUAN. negatif maupun positif. Pers dan media massa juga sangat beperan sebagai

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN

BAB I PENDAHULUAN. secara ideal. Namun dalam dunia globalisasi, masyarakat internasional telah

Kode Etik Jurnalistik

BAB I PENDAHULUAN. : Setiap orang berhak atas kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan. mengeluarkan pendapat. Serta ditegaskan dalam Pasal 28F, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. itu terjadi pada skala lokal, regional maupun nasional.

Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014. PENCEMARAN NAMA BAIK YANG DILAKUKAN OLEH PERS 1 Oleh: Eunike Korua 2

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi memberikan pengaruh yang cukup besar bagi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UU NO 40 TAHUN 1999 SEBAGAI ALAT ADVOKASI DAN PERLINDUNGAN JURNALIS

BAB I. Pendahuluan. yang terbaik adalah untuk pers begitulah kira-kira persepsi, anggapan, dan harapan

BAB I PENDAHULUAN. bidang teknologi informasi dan komunikasi, pers telah memberikan andil yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

7. Hak Cipta Media siber wajib menghormati hak cipta sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pers adalah Hak Azasi Manusia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat meliputi aspek sosial, politik, agama, budaya, dan moralitas

2008, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Porno

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.8 TAHUN 1992 TENTANG PERFILMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu tonggak penting sebuah sistem demokrasi di Indonesia. Dimana

Hendry Ch Bangun Wakil Pemimpin Redaksi Warta Kota 21 November 2011

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP WARTAWAN DARI TINDAK PIDANA KEKERASAN YANG SEDANG MENJALANKAN TUGAS PROFESI

ANGGARAN DASAR IKATAN JURNALIS TELEVISI INDONESIA (IJTI)

BAB II NAMA BAIK. Asas hukum praduga tak bersalah, dikenal sejak abad ke-16 di dalam

PERKEMBANGAN RUMUSAN TINDAK PIDANA YANG TERKAIT DENGAN KARYA JURNALISTIK DALAM RUU KUHP. Dr. Mudzakkir, S.H., M.H

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

informasi dunia sehingga mengharuskan dibentuknya pengaturan mengenai pengelolaan Informasi dan Transaksi Elektronik di tingkat nasional

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008

DASAR-DASAR JURNALISME

KODE ETIK JURNALISTIK

S A L I N A N KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA NOMOR 007/SK/KPI/5/2004 TENTANG

TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIA SOSIAL Oleh : Prof. Dr. H. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DEWAN PERS Nomor: 6/Peraturan-DP/V/2008

BAB I PENDAHULUAN. membuat informasi yang dibutuhkan dapat diakses dengan cepat, dan memiliki tampilan yang

BAB 3 PERANAN PERS. 3. Mengevaluasi peranan pers dalam masyarakat demokrasi.

PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

PENTINGNYA DEKRIMINALISASI PERS DALAM RUU KUHP

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PORNOGRAFI DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA SEBELUM LAHIRNYA UU NO. 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/12/2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. terjadi, disajikan lewat bentuk, siaran, cetak, hingga ke media digital seperti website

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi

BAB VI PENUTUP. A. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Fenomena menjamurnya media massa di Indonesia, yang sangat erat

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Dr. Mudzakkir, S.H., M.H Dosen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada era modern saat ini, televisi dapat memberikan nilai-nilai kehidupan

BAB 1. Pendahuluan. Media massa adalah sebuah media yang sangat penting pada jaman ini, karena

National Press Photographers Association ethics morality morals principles standards ethics in photojournalism

KODE ETIK GERAKAN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA ( GNPK-RI ) MUKADIMAH

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dari hari ke hari berkembang sangat pesat. Hal

BAB IV PENUTUP. peneliti menemukan makna-makna atas pelanggaran-pelanggaran kode etik

2017, No ); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republ

MEDIA WATCH DAN PELAKSANAAN KEBEBASAN PERS. Djoko Walujo 1

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Ketika mendengar Berita Kriminal Sergap di RCTI, sekilas. dan penjelasan yang panjang sehingga membuat pendengar atau pemirsa

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

MEDIA SOERJO Vol. 14 No. 1. April 2014 52 HAK TOLAK MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS Oleh : Aries Isnandar Abstrak Pres, is the media to the making good idea is has education or not, more ever gossip, because of that press. Is a of information links. Absolutely with journalis. If we talk about the journalist and press so we have to know about UU No. 40 The 1999 about press. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Dalam kemajuan perkembangan teknologi yang begitu pesat serta dinamika masyarakat yang sangat hiterogin maka pemerintah memandang perlu mengatur pemberitaan melalui pers dengan cara-cara yang bijaksana tanpa menghambat pemberitaan yang terbuka dan transparan tentunya juga bertanggung jawab atas pemberitaan tersebut. Salah satu media cetak yang memang harus diberikan keleluasaan adalah pers baik itu majalah, koran, buletin dan lain sebagainya dengan harapan media tersebut dapat memberikan wawasan dan wacana khususnya pembacannya, umumnya seluruh masyarakat Indonesia. Dalam hal tersebut diatas tentunya insan pers harus bisa mengimbangi bagaimana caranya bahwa media-media tersebut dapat diminati oleh masyarakat tanpa melangar aturan yang sudah ditetapkan ( undangundang Nomor 40 Tahun 1999) artinya dapat menampilkan pemberitaan yang mempunyai suatu karakter jelas sumbernya mantap analisanya serta seimbang pemberitaanya sehingga dapat mencerdaskan bagi pembacannya, bukan sebaliknya! Dalam era demokrasi seperti sekarang ini memang siapapun tidak akan dapat membendung arus informasi yang sangat mudah sekali untuk diakses oleh siapapun, bahkan semakin cangihnya Ilmu Teknologi (IT) yang dipergunakan untuk meng akses, sehingga informasi tersebut dapat dengan mudah tanpa masuk dirumah kita bahkan dikamar kita. Kalau sudah demikian, maka ini merupakan tantangan dari pemerintah yang tidak mungkin untuk membiyarkan informasi yang berupa berita, tulisan, gambar, suara, suara dan gambar, data dan grafik, mengunakan media cetak maupun elektronik berkembang tanpa arah dan tujuan yang tidak terbatas dan tidak bertanggung jawab. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah kepakaran dan keakuratan dari nara sumber

MEDIA SOERJO Vol. 14 No. 1. April 2014 53 tersebut dapat dipertanggung jawabkan? 2. Bagaimana pertanggung jawaban pencari berita (wartawan) terhadap keobyektifan pemberitaan yang diterbitkan sebagai konsumsi masyarakat? II. PEMBAHASAN MASALAH 2.1. FUNGSI, HAK, KEWAJIBAN DAN PERANAN PERS Dalam prinsip-prinsip yang diterapkan dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 diantaranya kemerdekaan pers harus dijunjung tinggi mempunyai makna, pendidikan, hiburan dan Kontrol sosial disamping dapat berfungsi sebagai lembaga ekonomi. Kemerdekaan pers harus dijamin sebagai hak asasi Warga Negara sehingga tidak mengenal penyensoran dan pembredelan ataupun pelangaran penyiaran kemerdekaan pers merupakan suatu prinsip pers nasional sehingga mempunyai hak mencari, memperoleh, dan menyebar luaskan gagasan dan informasi. Pers nasional mempunyai kewajiban memberitakan dan menghormati norma- norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta azas praduga tak bersalah, wajib melayani hak jawab dan wajib melayani hak tolak. Pers Nasional juga harus melaksanakan peranannya memenuhi hak masyarakat untuk menggetahui, menegakkan nilainilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum, dan hak asasi manusia serta menghormati kebenikaan, mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benar serta melakukan pengawasan kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum serta memperjuangkan keadilan dan kebenaran. Pada prinsipnya Undang- Undang Pers juga menjamin perlindungan hukum bagi pers seperti diketahui dalam pasal 18 ayat (1) yang menyebutkan sanksi ketentuan penjara paling lama 2 tahun atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah). Ketentuan pidana ini diberikan apabila seseorang atau kelompok orang yang melanggar pasal 4 Undang-Undang Pers yaitu tentang Azaz, Fungsi, Hak, Kewajiban dan Peranan Pers. Lebih jelasnya pasal 4 Undang- Undang Nomor 40 Tahun 1999 menyebutkan : 1) Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga Negara; 2) Terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembrendelan atau pelarangan penyiaran; 3) Untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, 4) memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi; 5) Dalam mempertanggungkan pemberitaan di depan hukum, wartawan mempunyai Hak Tolak.

MEDIA SOERJO Vol. 14 No. 1. April 2014 54 Begitu juga dalam ketentuan pidana dalam pasal 18 Undang Undang Nomor 40 Tahun 1999 menyebutkan : 1) Setiap orang yang secara melawan hukum dengan sengaja melakukan tindakan yang berakibat menghambat atau menghalangi pelaksanaan ketentuan Pasal 4 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah). ; 2) Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2), serta pasal 13 dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.00,00 (Lima ratus juta rupiah).; 3) Perusahaan pers yang melanggar ketentuan pasal 9 ayat (2) dan pasal 12 dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (Seratus juta rupiah). Untuk lebih mengetahui dan memahami maksud daripada pasal 4 ayat (1), (2), (3) dan (4) kita perlu melihat penjelasan dari pasal tersebut di atas. Ayat (1) : Yang dimaksud dengan kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara adalah bahwa pers bebas dari tindakan pencegahan, pelanggaran dan atau penekanan agar hak masayarakat untuk memperoleh informasi terjamin. Kemerdekaan pers adalah kemerdekaan yang disertai kesadaran akan pentingnya penegakan supremasi hukum yang dilaksanakan oleh pengadilan, dan tanggung jawab profesi yang dijabarkan dalam Kode Etik Jurnalistik serta dengan hati nurani insane pers. Ayat (2) : Penyensoran, pembrendelan, atau pelarangan penyiaran tidak berlaku pada media cetak dan media elektronik. Siaran yang bukan merupakan bagian dari pelaksanaan kegiatan jurnalistik diatur dalam ketentuan undang-undang. Ayat (3) : Cukup jelas Ayat (4) : Tujuan utama Hak Tolak adalah agar wartawan dapat melindungi sumber-sumber informasi, dengan cara menolak menyebutkan identitas sumber informasi. Begitu juga kita harus memahami penjelasan daripada pasal 18 ayat (1), (2) dan (3), pasal 18 tersebut di dalam penjelasan menyebutkan ayat (1) dan (3) cukup jelas, sedangkan penjelasan ayat (2) : dalam hal pelanggaran pidana yang dilakukan oleh perusahaan pers, maka perusahaan tersebut diwakili oleh penanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam penjelasan pasal 12, sedangkan pasal 12 menyebutkan perusahaan pers mengumumkan nama, alamat, dan penanggung jawab secara terbuka melalui media yang bersangkutan, khusus untuk penerbitan pers ditambah nama dan alamat percetakan.

MEDIA SOERJO Vol. 14 No. 1. April 2014 55 2.2. Pertangung Jawaban Wartawan Terhadap Hak Tolak Didalam Undang- Undang Nomor 40 Tahun 1999 dijelaskan bahwa wartawan bisa bebas memilih organisasi wartawan akan tetapi wartawan juga harus mentaati kode etik jurnalistik. Memang dalam melaksanakan profesinya wartawan mendapatkan perlindungan hukum tapi jangan disalah artikan bahwa wartawan itu adalah kebal hukum, oleh sebap itu saya berpendapat adanya suatu kwajiban bahwa wartawan itu harus betulbetul mengerti dan memahami hak dan kwajibannya dengan cara membaca, menelaah, memahami dan menghayati Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers. Didalam pasal 4 ayat (4) Undang- Undang Nomor 40 tahun 1999 menyebutkan dalam mempertanggung jawabkan pemberitaan di depan hukum, wartawan mempunyai hak tolak artinya dijelaskan pula didalam penjelasannya bahwa tujuan pertama hak tolak adalah agar wartawan dapat melindungi sumber-sumber informasi dengan cara menolak menyebutkan identitas sumber infotmasi. Hal tersebut dapat digunakan jika wartawan dimintai keterangan oleh pejabat penyidik atau diminta menjadi saksi di pengadilan. Hak tolak dapat dibatalkan demi kepentingan dan keselamatan negara atau ketertiban umum yang dinyatakan oleh pengadilan, oleh sebab itu salah satu daripada fungsi dari hak tolak adalah agar pers selalu berperan untuk mampu memenuhi kepentingan masyarakat agar mengetahui, menegakkan nilai dan dasar-dasar demokrasi, mendorong terwujudnya law inforcemen (supremasi hukum) dan hak asasi manusia, serta menghormati kebhinekaan, mengembangkan pendapat secara umum berdasarkan informasi yang akurat dan benar, melakukan kritik, koreksi serta pengawasan dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum dan memperjuangkan keadilan dan kebenaran. Terkait dengan hak tolak dari pada wartawan, maka menurut saya sepanjang sumber berita tersebut dapat dipertanggung jawabkan dengan akurat dan jelas, seimbang dengan menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta menjunjung tinggi praduga tak bersalalah maka hak tolak secara otomatis melekat pada wartawan dan dapat dipergunakan, kalau yang terjadi sebaliknya maka tentu saja hak tolak ini tidak dapat melekat pada wartawan dan tidak apat dipergunakan karena kalau kita analogikan dengan pers nasional yang berkwajiban memberitakan peristiwa dan opini dengan menghormati norma-norma agama dan rasa keadilan masyarakat serta asas praduga tak bersalah (pasal 5 ayat (1) Undang- Undang Nomor 40 tahun 1999), karena wajib maka kalau tidak melakukan sesuai dengan ketentan tersebut tentunya akan berakibat hukum dan ini juga tertuang dalam ketentuan pidana,

MEDIA SOERJO Vol. 14 No. 1. April 2014 56 tentu saja sesuai dengan mekanisme yang transparan, karena bagaimanapun juga kalau suatu berita diterbitkan, maka pimpinan redaksinya juga ikut betanggung jawab. Menurut pendapat Ricky Julian terkait penerapan pasal 5 Undang-Undang Tahun 1999 bahwa azaz praduga tak bersalah dalam pasal tersebut di atas mengandung arti bahwa pers dilarang menghakimi dan memberikan opini terhadap seseorang yang melanggar hukum sebelum adanya kejelasan hukuman dari pengadilan. Selanjutnya pers wajib melayani hak jawab, hak jawab adalah hak seseorang, sekelompok orang, organisasi atau badan hukum unntk menanggapi dan menyanggah pemberitaan atau karya jurnalistik yang melanggar kode etik jurnalistik, terutama kekeliruan dan ketidak akuratan fakta, yang merugikan nama baiknya kepada pers yang mempublikasikan. Begitu juga pers wajib melayani hak tolak, hak tolak adalah hak wartawan karena profesinya, untuk menolak mengungkapkan nama dan atau identitas lainnya dari sumber berita yang harus dirahasiakannya. Salah satu dari fungsi hak tolak adalh agar pers dapat berperan untuk mampu memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui, menengakkan nilainilai dasr demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum, dan Hak Asasi Manusia, serta menghormati kebhinekaan, mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benar, melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum dan memperjuangkan keadilan dan kebenaran. Salah satu menjadi masalah dalam penerapan hak tolak adalah kelangan menyampaikan keprihatinannya terhadap wartawan yang memburu para pelaku tindak kejahatan hanya untuk kepentingan pemberitaan saja tapi tidak mau melaporkan keberadaan kepada aparat penegak hukum. Contohnya pada pemberitaan investasiinvestasi yang sering kita lihat dibeberapa stasiun televise swasta nasional. Dalam penerapan UU No. 40 Tahun 1999 mengenai Kebebasan Pers sudah diterapkan dengan baik dan membawa perubahan bagi perkembangan pers di Indonesia, pers tidak lagi terbelenggu oleh pemerintah, hari ini pers di Indonesia dapat dikatakan sebagai watch dog dengan artian pers memiliki peran yang sangat signifikan dalam mengawasi jalannya system pemerintahan, mengenai kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah, kinerja pemerintah dll, dan memberitakan kepada masyarakat. Undang-Undang pers belum memuat mengenai fitnah atau menyatakan kebohongan, pencemaran nama baik, dan penghinaan. Dalam hal ini, UU No. 40/1999 tentang pers yang terdiri dari 10 bab dan 21 pasal sama sekali tidak mengatur mengenai fitnah atau menyatakan

MEDIA SOERJO Vol. 14 No. 1. April 2014 57 kebohongan, pencemaran nama baik, dan penghinaan, namun pidanan ini diatur dalam pasal 310, 311 dan 315 KUHP. III. PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dengan penjelasan tersebut diatas maka menurut hemat saya dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Hak tolak dapat dipergunakan sesuai dengan persoalan yang terjadi artinya seorang Wartawan dalam mencari sumber berita harus semaximal mungkin mencari nara sumber yang dapat dipertanggung jawabkan baik dari sisi keilmuannya, kepakarannya, kredibilitas dan profesionalismenya, sehingga apa yang diharapkan dapat berjalan sesuai proporsinya dan sesuai dengan keinginan Undang- Undag Nomor 40 tahun 1999 tentang pers. 2. Hak tolak yang selalu melekat pada diri wartawan tersebut tentunya harus dipahami secara utuh oleh Wartawan artinya apabila dalam melaksanakan tugasnya wartawan tidak mengeterapkan sesuai dengan pasal 5 ayat (1), (2) dan ayat (3) Undang-undang Nomor 40 tahun 1999 maka tentu saja tidak secara otomatis hak tolak itu dapat dipakai alasan hukum apabila ada yang menggugat dari isi berita tersebut terutama yang sering terjadi adalah pencemaran nama baik ataupun persoalan yang terkait dengan kasus pidana yang lainnya. 3.2 Saran : 1. Wartawan diharapkan memahami dan menghayati serta dapat meng aplikasikannya dilapangan sesuai dengan ketentuan dengan undang-undang yang berlaku. 2. Wartawan diharapkan dapat menampilkan sesuai dengan kode etik jurnalistik yang merupakan himpunan etika pofersi kewartawanan sehingga dapat mejunjung tinggi sumber berita dan keseimbangan pemberitan yang diberitakan melalui media apapun termasuk pertanggung jawabannya. DAFTAR KEPUSTAKAAN Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang penyiaran, Vokus Media Tahun 2005 Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 tentang pers, Vokus Media Tahun 2005 PP No. 11 Tahun 2005 Tentang Pnyelenggara Penyiaran Lembaga Penyiaran Publik, Vokus Media Tahun 2005 PP No. 12 Tahun 2005 Tentang Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesi Vokus Media Tahun 2005 PP No. 13 Tahun 2005 Tentang lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia, Vokus Media Tahun 2005