BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terdapat diseluruh dunia terutama

dokumen-dokumen yang mirip
Tabel 1.1. Jumlah Kasus Malaria Klinis dan Annual Malaria Incidence (AMI) Per Kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit malaria

kematian, terutama pada kelompok yang berisiko tinggi seperti bayi, balita dan

LAMPIRAN A. Penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA PETUGAS MALARIA PUSKESMAS DI DAERAH ENDEMIS DAN NON ENDEMIS MALARIA KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. negara khususnya negara-negara berkembang. Berdasarkan laporan The World

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MANDAILING NATAL RINGKASAN PERUBAHAN APBD TAHUN ANGGARAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu perhatian global karena kasus malaria yang tinggi dapat berdampak luas

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. berada dalam kawasan Kabupaten Tapanuli Selatan. Namun saat ini, kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium

BAB I PENDAHULUAN. miliar atau 42% penduduk bumi memiliki risiko terkena malaria. WHO mencatat setiap tahunnya

I. PENDAHULUAN. dan ibu melahirkan serta dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja (Dinkes

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap ketahanan nasional, resiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada ibu

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin

BAB I PENDAHULUAN. Turki dan beberapa Negara Eropa) beresiko terkena penyakit malaria. 1 Malaria

BAB I PENDAHULUAN. berbagai agen penyakit. Penyakit yang penyebab utamanya berakar pada

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang harus terus menerus dilakukan pengamatan, monitoring

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia di seluruh dunia setiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Penyakit ini tetap menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

GAMBARAN CAKUPAN PROGRAM KELAMBUNISASI DALAM MENCEGAH KEJADIAN MALARIA DI DESA TUNGGULO KECAMATAN LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO TAHUN 2012.

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kejadian kematian ke dua (16%) di kawasan Asia (WHO, 2015).

Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria. Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia disetiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu Negara

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh TIWIK SUSILOWATI J

BAB I PENDAHULUAN. penyakit di seluruh dunia, setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV). negatif dan 0,3 juta TB-HIV Positif) (WHO, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Malaria ditemukan hampir di seluruh bagian dunia, terutama di negaranegara

BAB 0 I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun sosial yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit

BAB 1 PENDAHULUAN. terkena virus rabies kepada manusia yang disebut dengan zoonosis. Penyakit rabies

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

GAMBARAN PELAKSANAAN PROGRAM KLINIK SANITASI PUSKESMAS KOTA BUKITTINGGI

BAB 1 PENDAHULUAN. endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high burden countries,

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan puskesmas (Permenkes RI,2014). Angkat Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Organisasi adalah salah satu komponen penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. infeksi di seluruh dunia setelah HIV. Pada tahun 2014, WHO melaporkan bahwa

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

KUESIONER. Petunjuk : Lingkari jawaban yang menurut saudara paling benar. 1. Salah satu upaya pemberantasan malaria dilakukan dengan surveilans

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh

I. PENGANTAR. Separuh dari keseluruhan penduduk dunia, diperkirakan 3,3 miliar orang,

1. PENDAHULUAN. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. betina (Depkes R.I.,

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil pembangunan kesehatan saat ini adalah derajat kesehatan masyarakat semakin meningkat secara bermakna, namun

BAB I. PENDAHULUAN. lima hal, atau kombinasi dari beberapa macam penyakit, diantaranya : ISPA

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT UPT. PUSKESMAS SOTEK

PEMERINTAH KABUPATEN MANDAILING NATAL DINAS PEKERJAAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana strategis kementerian

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Kabupaten Mandailing Natal

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles,

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

BAB I PENDAHULUAN. Bupati dalam melaksanakan kewenangan otonomi. Dengan itu DKK. Sukoharjo menetapkan visi Masyarakat Sukoharjo Sehat Mandiri dan

PERENCANAAN LOKASI PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KARET RAKYAT DI KABUPATEN MANDAILING NATAL, PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti karena menular. Menurut Robins (Misnadiarly, 2006), tuberkulosis adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di beberapa Negara tropis dan subtropis saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan bagi negara tropis/

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

BABf PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium leprae (M.leprae) yang pertama kali menyerang susunan saraf

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh parasit dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terdapat diseluruh dunia terutama pada negara-negara berkembang. Penyebarannya secara endemis dijumpai yakni antara garis bujur 60 0 LU dan 40 0 LS meliputi lebih dari 100 negara beriklim tropis dan subtropis, dengan penduduk beresiko terkena malaria berjumlah sekitar 2,3 miliar atau 41% dari penduduk dunia. Setiap tahun jumlah kasus malaria mencapai 300-500 juta dan mengakibatkan 1,5 sampai 2,7 juta kematian, terutama di Afrika Sub Sahara (Gunawan, S., 2000). Angka insiden malaria berdasarkan Annual Malaria Incidence (AMI) di Indonesia, selama periode lima tahunan masih cukup tinggi yakni tahun 2000 sebesar 22,43%, tahun 2001 meningkat sebesar 23,67%, tahun 2002 menurun sebesar 14,86%, menurun lagi di tahun 2003 sebesar 10,54% dan pada tahun 2004 kembali lagi mengalami penurunan menjadi 8,81%. Sementara itu target nasional menuju Indonesia sehat 2010 AMI diharapkan menjadi hanya 5 per 1000 penduduk (Depkes RI, 2005). Berdasarkan Laporan Program Pemberantasan Penyakit Menular Bersumber Binatang (P2B2) dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (2004), penyakit malaria saat ini menduduki urutan ke 7 dari sepuluh penyakit terbesar di Provinsi Sumatera Utara dengan rata-rata sebanyak 82.405 kasus klinis pertahun (1996-2000) dengan jumlah kematian antara 9-10 orang pertahun. Penyebaran malaria hampir

merata di kabupaten/kota, paling banyak terdapat di Kabupaten Nias yaitu sebanyak 27.549 kasus malaria klinis, menyusul di Kabupaten Mandailing Natal 13.031 kasus. Berdasarkan hasil penelitian Daulay (2006) ditemukan masih tingginya angka prevalensi malaria di Kabupaten Mandailing Natal yang bersumber dari penemuan penderita secara pasif, tahun 2005 tingkat prevalensi sebesar 31,84 per 1000 penduduk dan mengalami peningkatan ditahun 2006 menjadi 36,72 per 1000 penduduk. Hal ini menunjukkan masih tingginya angka prevalen rate malaria dari indikator pencapaian yang ditetapkan yaitu PR < 10 per 1000 penduduk. Berdasarkan data Profil Kesehatan Kabupaten Mandailing tahun 2007, kasus malaria pada tahun 2005 berjumlah 11141 kasus mengalami penurunan menjadi 9265 kasus di tahun 2006 dan kembali mengalami penurunan pada tahun 2007 menjadi 7698 kasus. Namun ada beberapa kecamatan atau wilayah puskesmas terjadi perubahan jumlah kasus malaria, seperti kecamatan yang termasuk daerah endemis mengalami penurunan jumlah kasus malaria menjadi daerah non endemis. Begitu juga untuk kecamatan atau wilayah puskesmas yang termasuk daerah non endemis mengalami hal yang sama yaitu menjadi daerah endemis malaria. Untuk lebih jelasnya kasus malaria perkecamatan atau wilayah puskesmas daerah endemis maupun non endemis di Kabupaten Mandailing Natal tahun 2005, tahun 2006 dan tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Jumlah Kasus Malaria Klinis dan Annual Malaria Incidence (AMI) Per Kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2005-2007 Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 No Kecamatan Puskesmas JP PK AMI ( ) JP PK AMI ( ) JP PK AMI ( ) 1 Siabu - Sihepeng 20369 1354 65.35 23368 982 42.0 25890 436 16.8 - Siabu 24370 1570 64.42 23370 1425 60.9 25580 1944 75.98 2 Bukit Malintang 3 Penyabungan Utara 4 Penyabungan Kota 5 Penyabungan Timur 6 Penyabungan Barat 7 Penyabungan Selatan 8 Lembah Sorik Merapi - Malintang 15174 526 33.07 15274 453 29.66 16333 180 14.69 - Mompang 66566 581 24.03 66760 565 24.01 26110 825 31.59 - Penyabungan Kota 13098 1607 24.14 15253 1753 25.95 73730 2030 36.87 - Hutabargot 5578 143 24.63 5606 142 24.35 5658 204 36.15 - Gunung Beringin 8737 1166 89.02 10121 751 74.01 13156 524 53.11 - Longat 11361 872 99.8 11123 735 88.54 9451 562 59.46 - Kayu Laut 9057 334 29.40 9085 325 29.32 10308 298 38.55 - Maga 19494 378 41.74 19350 375 41.65 17321 176 13.54 9 Tambangan - Tambangan 26755 493 25.29 26057 423 25.11 22857 189 11.03 10 Kota Nopan - Kota Nopan 5806 182 6.80 8117 98 3.01 28708 49 2.28 11 Ulu Pungkat - Ulu Pungkut 5578 143 24.63 5606 97 17.3 5658 27 4.7 12 Muara Sipongi - Muara Sipongi 11608 306 41.7 11853 159 35.01 13489 126 9.3 - Pakantan 9606 178 18.53 9832 ** ** 10736 ** ** 13 Batang Natal - Muara Soma 30749 379 12.33 30354 341 11.15 21980 5 0.31 14 Lingga Bayu - Simpang Gambir 32751 96 2.93 32412 45 2.74 31176 2 0.08 15 Batahan - Batahan 13920 188 17.46 17724 98 15.24 32106 43 1.79 - Sinunukan 13986 155 11.08 14012 75 5.35 14043 12 0.85 16 Natal 17 Muara Bt. Gadis - Natal 12155 367 30.19 15617 77 4.93 24685 28 1.13 - Sikara-kara 12002 167 13.91 10128 ** ** 1290 ** ** - Singkuang 15920 99 6.23 15522 ** ** 7622 ** ** Total 379062 11141 29.39 390938 9265 23.70 417590 7698 18.13 Sumber:Profil Dinas Kesehatan Mandailing Natal tahun 2005-2007 Keterangan : - JP : Jumlah Penduduk - PK : Penderita Klinis Malaria - ** : Data tidak ada

Dari 17 kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal terdapat 10 kecamatan yang termasuk daerah endemis malaria (AMI 5 ) yaitu Kecamatan Siabu, Bukit Malintang, Penyabungan Utara, Penyabungan Kota, Penyabungan Timur, Penyabungan Barat, Penyabungan Selatan, Sorik Marapi, Tambangan dan Muara Sipongi. Berdasarkan endemisitas diketahui Kecamatan Siabu memiliki tingkat endemisitas paling tinggi yaitu sebesar 75,98, Penyabungan Kota sebesar 36,87 dan Penyabungan Barat sebesar 59,48. Sementara 7 kecamatan daerah non endemis malaria (AMI < 5 ) meliputi Kecamatan Kota Nopan, Ulu Pungkut, Batang Natal, Lingga Bayu, Batahan, Natal dan Muara Batang Gadis. Khusus Kecamatan Muara Sipongi, Natal dan Muara Batang Gadis data penderita klinis malaria tidak lengkap pada tahun 2006 dan 2007. Menurut Ilyas (1999) yang mengutip teori perilaku dan kinerja Gibson bahwasanya variabel individu, organisasi dan psikologis dapat mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja. Variabel individu meliputi kemampuan dan keterampilan, latar belakang dan demografis. Variabel organisasi meliputi sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan sedangkan variabel psikologis mencakup persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. Begitu juga pendapat Notoatmodjo (2003) bahwa Ability (kemampuan pembawaan), Capacity (kemampuan yang dikembangkan), Help (bantuan untuk terwujudnya kinerja), Incentive (insentif material maupun non material), Environment (lingkungan tempat kerja karyawan), Validity ( pedoman/petunjuk uraian kerja) dan Evaluation (adanya umpan balik hasil kerja) yang merupakan faktor-faktor

mempengaruhi kinerja. Keberhasilan kinerja pelaksanaan suatu kegiatan juga sangat ditentukan ada tidaknya bimbingan dan supervisi yang baik dari atasan/ pimpinan. Menurut As ad (1998) yang dikutip Suwita (2001) bahwa faktor yang merupakan sumber perbedaan individu di dalam bekerja meliputi faktor fisik dan psikologis. Adapun faktor psikologis meliputi intelegensi, bakat, minat, kepribadian, motivasi dan pendidikan. Berbagai program telah dilakukan Dinkes Kabupaten Mandailing Natal sebagai upaya penurunan kejadian malaria. Prosedur pelaksanaanya dimulai dengan pelacakan kasus, penyelidikan epidemiologi, penanganan kasus/penderita (diobati/dirujuk), melakukan penyemprotan rumah penduduk di daerah endemis (larvaciding), kelambunisasi yang sudah dicelup dengan zat insecticide, kontrol larva (jentik) biological control dengan menaburkan benih ikan sebagai predator ke dalam tambak/kolam dan pengobatan penderita di klinik khusus malaria. Meskipun program penanggulangan telah berlangsung selama lima tahun terakhir tetapi kasus malaria masih merupakan masalah kesehatan. Berdasarkan evaluasi kinerja Bagian Program Pemberantasan Penyakit (P2P) Malaria menunjukkan bahwa dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 angka kesakitan malaria masih tinggi bahkan telah terjadi kasus resistensi Plasmodium falsifarum terhadap Kloroquin. Hal ini diakibatkan dosis pengobatan pada penderita tidak sesuai dengan petunjuk yang telah ditetapkan, adanya kebiasaan di masyarakat untuk mengkonsumsi kloroquin bila demam tanpa adanya petunjuk dari petugas kesehatan dan masih terbatasnya pemeriksaan secara mikroskopik untuk menegakkan diagnosis yang sebenarnya sehingga pengobatan pun tidak terlaksana secara tepat.

Dengan kata lain, pelayanan kesehatan pada program pemberantasan malaria belum terlaksana secara optimal baik secara preventif, promotif maupun kuratif dan rehabilitatif (Dinkes Kab. Mandailing Natal, 2006) Pengamatan dilapangan baik didaerah endemis maupun non endemis, menemukan belum adanya suatu penataan kerja yang sistematis pada pelaksana program pemberantasan penyakit malaria, keterbatasan sumber daya manusia sebagai pengelola program, kurangnya koordinasi internal program maupun lintas program sehingga banyak kegiatan yang tumpang tindih dan banyak kegiatan yang dilakukan semata-mata hanya untuk menyelesaikan tugas tanpa didasarkan atas tujuan dan target yang harus dicapai. 1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang, permasalahan penelitian adalah bagaimana hubungan motivasi kerja baik intrinsik maupun ekstrinsik dengan kinerja petugas malaria puskesmas di daerah endemis dan non endemis malaria Kabupaten Mandailing Natal tahun 2008. 1.3. Tujuan Penelitian 1. Untuk menjelaskan adanya hubungan motivasi kerja bersifat intrinsik meliputi tanggung jawab, komitmen memenuhi standar kerja, inisiatif kerja, rasa prestasi dengan kinerja petugas malaria puskesmas di daerah endemis dan non endemis Kabupaten Mandailing Natal tahun 2008. 2. Untuk menjelaskan adanya hubungan motivasi kerja bersifat ekstrinsik meliputi insentif/honor, kondisi kerja, pengakuan, umpan balik dan supervisi dengan

kinerja petugas malaria puskesmas di daerah endemis dan non endemis Kabupaten Mandailing Natal tahun 2008. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pemerintah daerah khususnya Instansi Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal dalam membina dan meningkatkan kualitas dan kuantitas kinerja sumber daya manusia khususnya penanggung jawab program pemberantasan penyakit malaria. 2. Dapat menjadi masukan dan acuan bagi pihak puskesmas di Kabupaten Mandailing Natal dalam meningkatkan kemampuan manajerial dari pelaksana program pemberantasan penyakit malaria. 3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian sehubungan dengan program pemberantasan malaria.