2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DENGAN PENDEKATAN STEM UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN UDARA

dokumen-dokumen yang mirip
2016 PEMBELAJARAN STEM PAD A MATERI SUHU D AN PERUBAHANNYA D ENGAN MOD EL 6E LEARNING BY D ESIGNTM UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan seseorang menjadi manusia

2015 PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS PESERTA DIDIK SMP PADA TEMA LIMBAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Julia Artati, 2013

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ismail, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 PEMBELAJARAN LEVELS OF INQUIRY (LOI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah

BAB I PENDAHULUAN. siswa Indonesia mampu hidup menapak di buminya sendiri.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

PENGARUH PEMBELAJARAN EKOSISTEM BERBASIS MASALAH GLOBAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN PENALARAN DAN KESADARAN LINGKUNGAN SISWA KELAS X

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang

Penerapan Project Based Learning Terintegrasi STEM untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Ditinjau dari Gender

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yossy Intan Vhalind, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup global, setiap tahun pada bulan April diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Karakteristik abad 21 berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Pada abad 21 ini

BAB I PENDAHULUAN. secara maksimal. Keberadaan buku ajar memberikan kemudahan bagi guru dan. siswa untuk dapat memahami konsep secara menyeluruh.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi (Depdiknas, 2006). Pendidikan IPA memiliki potensi yang besar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah, peserta didik perlu memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. kunci penting dalam menghadapi tantangan di masa depan. Menurut Hayat dan

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya pendidikan sains merupakan salah satu komponen dasar dari sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Prima Mutia Sari, 2013

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Skor Maksimal Internasional

BAB I PENDAHULUAN. National Cauncil of Teacher of Mathematics (NCTM, 2000) menyebutkan. masalah (problem solving), penalaran (reasoning), komunikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP PENCAPAIAN LITERASI KUANTITATIF SISWA SMA PADA KONSEP MONERA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. budaya dalam bentuk pola pikir. Sebagai proses transformasi, sudah barang tentu

BAB I PENDAHULUAN. sangat banyak. Tuntutan tersebut diantaranya adalah anak membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. martabat manusia secara holistik. Hal ini dapat dilihat dari filosofi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Evy Yosita, Zulkardi, Darmawijoyo, Pengembangan Soal Matematika Model PISA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sains dan teknologi adalah suatu keniscayaan. Fisika adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) juga. persaingan global yang dihadapi oleh setiap negara, khususnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat. Hal ini tidak terlepas dari peranan dunia

BAB I PENDAHULUAN. pola pikir siswa adalah pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan yang

I. PENDAHULUAN. penting dalam pembelajaran. Behrman, Kliegman, dan Arvin (2000: 130)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang siap menghadapi masa depan. Salah satu jenjang pendidikan yang

2015 KONSTRUKSI DESAIN PEMBELAJARAN IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siti Nurhasanah, 2013

I. PENDAHULUAN. Kemampuan memecahkan masalah merupakan satu aspek yang sangat. penting dalam pembelajaran. Behrman, Kliegman, dan Arvin (2000: 130)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari

DAFTAR ISI Ismail, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Abas Hidayat, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas dan mempunyai daya saing tinggi sangat diperlukan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya

R PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF LITERASI SAINS UNTUK PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA BIOTEKNOLOGI DI BIDANG PRODUKSI PANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Abdul Latip, 2015

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi berdasarkan Standar Isi (SI) memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan keterampilan proses serta menumbuhkan berpikir kritis

saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Sains diartikan sebagai bangunan ilmu pengetahuan dan proses.

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) merupakan ilmu yang berhubungan dengan

KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH TURUNAN FUNGSI TRIGONOMETRI

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan memang memiliki peranan penting dalam kehidupan umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizky Fauziah Nurrochman, 2015

2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS II D I SD N HARAPAN 1 BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Citra Wulandari, 2015

I. PENDAHULUAN. kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi dan sulit. Oleh karena itu sekolah harus mengimbanginya dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ayu Eka Putri, 2014

I. PENDAHULUAN. yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu, pembaharuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakikat belajar sains bukan hanya sekedar mengingat dan memahami konsep yang ditemukan oleh ilmuwan. Lebih dari itu, pembelajaran sains memberikan pengalaman belajar langsung dan bermakna yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kebermaknaan dalam pembelajaran sains dapat diperoleh melalui literasi sains siswa yang berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan (Allchin, 2014, hlm. 1914). Menurut Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) (2010, hlm. 23), literasi sains memerlukan pemahaman konsep ilmiah, kemampuan untuk menerapkan berdasarkan perspektif ilmiah dan berpikir ilmiah tentang bukti. Studi literasi secara berkala dilaksanakan oleh OECD melalui PISA (Programme for International Student Assessment). PISA memberikan perhatian terhadap aspek kognitif dan afektif siswa yang dapat diterapkan untuk membangun kompetensi sains. Aspek kognitif meliputi pengetahuan siswa dan kapasitasnya untuk menggunakan pengetahuan secara efektif serta melibatkan proses kognitif yang merupakan karakteristik sains dalam bidang personal, sosial, dan global. Aspek afektif berhubungan dengan masalah yang dapat dipecahkan oleh pengetahuan sains dan membentuk siswa yang mampu untuk membuat keputusan pada saat ini maupun masa depan (OECD, 2010, hlm.137; OECD, 2013, hlm. 99). Penilaian yang dilakukan PISA tidak hanya mengukur kemampuan siswa usia 15 tahun yang dicantumkan dalam kurikulum sekolah, tetapi berorientasi ke masa depan (Toharudin et al., 2011, hlm. 16). Literasi sains dianggap sebagai hasil belajar kunci dalam pendidikan untuk usia 15 tahun bagi semua siswa, terlepas dari apakah siswa berminat untuk meneruskan pelajaran sains itu ataukah tidak setelah itu (Toharudin et al., 2011, hlm. 12). Berdasarkan capaian literasi sains pada PISA tahun 2012 yang diikuti oleh 65 negara, Indonesia menempati urutan kedua dari bawah. Skor rata-rata siswa Indonesia pada literasi sains 382 di bawah skor rata-rata PISA, yaitu 501

2 (OECD, 2014, hlm. 5). Rendahnya kemampuan literasi sains siswa merupakan salah satu alasan yang melandasi pemerintah melakukan revisi kurikulum 2006 ke 2013 (Odja & Payu, 2014, hlm. 41). Oleh karena itu, diperlukan pembelajaran sains yang dapat menumbuhkan literasi sains siswa. Pembelajaran sains dalam kurikulum 2013 telah memberikan acuan untuk pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan saintifik. Model pembelajaran yang dimaksud meliputi: Project Based Learning (PjBL), Problem Based Learning (PBL), atau Discovery Learning. Pemilihan model pembelajaran diserahkan kepada guru dengan menyesuaikan dengan karakteristik materi ajar. Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. Pengalaman belajar siswa maupun perolehan konsep dibangun berdasarkan produk yang dihasilkan dalam proses pembelajaran berbasis proyek. Penerapan PjBL dalam pembelajaran sains dari hasil penelitian dapat meningkatkan hasil belajar kognitif (Baran & Maskan, 2010, hlm. 252), membentuk sikap dan prilaku peduli terhadap lingkungan (Kılınç, 2010, hlm. 504; Tseng et al., 2013, hlm. 87), keterampilan proses sains (Özer & Özkan, 2012, hlm. 133), dan pembelajaran yang efektif (Cook et al., 2012, hlm. 26; Movahedzadeh et al., 2012, hlm. 7). Pembelajaran berbasis proyek lebih sesuai dalam pembelajaran interdisipliner karena secara alami melibatkan banyak keterampilan akademik yang berbeda, seperti membaca, menulis, dan matematika serta sesuai dalam membangun pemahaman konseptual melalui asimilasi mata pelajaran yang berbeda (Capraro et al., 2013, hlm. 52). Dengan demikian PjBL diharapkan dapat membangun literasi sains siswa. Selain PjBL, pembelajaran saat ini perlu mengikuti perkembangan zaman di era globalisasi salah satunya dengan mengintegrasikan Science, Technology, Engineering, dan Mathematics (STEM). Keterkaitan antara sains dan teknologi maupun ilmu lain tidak dapat dipisahkan dalam pembelajaran sains. STEM merupakan disiplin ilmu yang berkaitan erat satu sama lain. Sains memerlukan matematika sebagai alat dalam mengolah data, sedangkan teknologi dan teknik merupakan aplikasi dari sains. Pendekatan STEM dalam pembelajaran diharapkan dapat menghasilkan pembelajaran yang bermakna bagi siswa melalui integrasi

3 pengetahuan, konsep, dan keterampilan secara sistematis. Beberapa manfaat dari pendekatan STEM membuat siswa mampu memecahkan masalah menjadi lebih baik dan mampu membuat siswa menjadi inovator, inventors, mandiri, pemikir logis serta literat terhadap teknologi (Morrison dalam Stohlmann et al., 2012, hlm. 29). Penelitian tentang integrasi STEM dalam PjBL terhadap literasi sains masih jarang dilakukan. Hasil penelitian Tseng et al. (2013, hlm. 87) mengungkapkan bahwa PjBL terintegrasi STEM dapat meningkatkan minat belajar siswa, pembelajaran menjadi lebih bermakna, membantu siswa dalam memecahkan masalah dalam kehidupan nyata, dan menunjang karir masa depan. Selain itu, STEM dalam PjBL memberikan tantangan dan memotivasi siswa karena melatih siswa berpikir kritis dan analisis serta meningkatkan keterampilan berfikir tingkat tinggi (Capraro et al., 2013, hlm. 2). Melalui pembelajaran STEM, siswa memiliki literasi sains dan teknologi yang nampak dari membaca, menulis, mengamati, serta melakukan sains sehingga dapat dijadikan bekal untuk hidup bermasyarakat dan memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari yang terkait dengan bidang ilmu STEM (Mayasari et al., 2014, hlm. 376). Hasil penelitian lain terkait dengan literasi sains maupun bidang STEM dengan menganalisis adanya perbedaan gender. Laporan PISA 2012 mengemukakan bahwa laki-laki unggul dibandingkan perempuan dalam kinerja matematika. Perempuan merasa kurang termotivasi untuk belajar matematika dan kurang yakin pada kemampuannya dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini yang menjadi tantangan berat untuk mencapai kesetaraan gender pada bidang pekerjaan STEM di masa depan (OECD, 2014, hlm. 9). Untuk bidang teknologi dan engineering, Hango (2013, hlm. 7) menyebutkan bahwa bidang STEM didominasi oleh laki-laki. Perempuan kebanyakan memilih bidang biologi atau sains, sehingga lebih sedikit memilih bidang engineering, ilmu komputer, dan matematika. Jika laki-laki lebih banyak memilih dalam bidang STEM, itu bukan karena laki-laki memiliki skor PISA lebih baik daripada perempuan. Bahkan, ketika diukur kemampuan matematika digabungkan dengan variabel lain,

4 perbedaan gender tetap signifikan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh perbedaan gender terhadap literasi sains maupun bidang STEM. National Research Council (2011, hlm. 17) menyatakan bahwa dalam pembelajaran STEM siswa memiliki kesempatan untuk belajar sains, matematika, dan teknik dengan mengatasi masalah yang memiliki aplikasi di dunia nyata. Pembelajaran STEM juga menuntut siswa memecahkan masalah dunia nyata dan terlibat dalam ill-defined tasks menjadi well-defined outcome melalui kerja sama dalam kelompok (Han et al., 2014, hlm. 1093). Pendidikan STEM menjadi prioritas utama dalam memecahkan isu-isu global dan masalah yang dihadapi dunia saat ini misalnya: pemanasan global, pencemaran udara dan air, air minum yang bersih, dan keamanan pangan (Reeve, 2015, hlm. 12). Pencemaran udara telah menjadi isu global sehingga pencemaran udara menjadi materi yang esensial dalam kurikulum pembelajaran SMP. Tema pencemaran udara merupakan salah satu materi yang diakomodasi dalam pembelajaran IPA/sains di SMP pada Kompetensi Dasar 3.9 yaitu mendeskripsikan pencemaran dan dampaknya bagi makhluk hidup, dan 3.10 yaitu mendeskripsikan tentang penyebab terjadinya pemanasan global dan dampaknya bagi ekosistem. Pencemaran udara menjadi masalah di dunia nyata yang memerlukan pemecahan masalah dalam pembelajaran sains. Pencemaran udara berasal dari aktivitas manusia serta peristiwa alam. Industri, konstruksi, pembangkit listrik, transportasi, dan pertanian adalah beberapa contoh kegiatan manusia yang dapat mencemari udara (Glencoe, 2005, hlm. 96; Raven et al., 2013, hlm. 363). Udara tidak pernah bersih, tetapi selalu mengandung partikelpartikel asing yang jika konsentrasinya terlalu tinggi dapat menyebabkan menurunnya kualitas udara. Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran udara menurut Wahono et al. (2013, hlm. 235-236) antara lain: terganggunya kesehatan manusia, rusaknya bangunan, terganggunya pertumbuhan tananam, dan adanya peristiwa efek rumah kaca (green house effect). Efek rumah kaca memberikan kontribusi terbesar dalam pencemaran udara. Peristiwa efek rumah kaca disebabkan oleh aktivitas manusia sendiri termasuk pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan hutan yang menghasilkan meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Gas rumah

5 kaca memerangkap energi panas sehingga suhu bumi meningkat dengan cepat. Ilmuwan memprediksi bahwa ekosistem kompleks yang telah dikembangkan dan diversifikasi selama puluhan juta tahun tidak dapat dipertahankan (Hewitt et al., 2013, hlm. 764). Kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup perlu ditanamkan kepada siswa sejak dini sebagai langkah preventif dalam menghadapi isu-isu lingkungan yang terjadi. Berdasarkan permasalahan di atas sangat menarik diteliti pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk meningkatkan literasi sains siswa. Penelitian ini mengangkat judul Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (PjBL) dengan Pendekatan Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP pada Tema Pencemaran Udara. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana meningkatkan literasi sains siswa SMP melalui pembelajaran PjBL dengan pendekatan STEM pada tema pencemaran udara? Permasalahan penelitian ini dapat dirinci menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah keterlaksanaan pembelajaran PjBL dengan pendekatan STEM untuk meningkatkan literasi sains siswa pada tema pencemaran udara? 2. Apakah pembelajaran PjBL dengan pendekatan STEM dapat meningkatkan literasi sains siswa pada tema pencemaran udara? 3. Apakah perbedaan gender siswa berpengaruh terhadap literasi sains siswa pada tema pencemaran udara? 4. Bagaimanakah tanggapan guru dan siswa terhadap pembelajaran PjBL dengan pendekatan STEM pada tema pencemaran udara? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini untuk memperoleh: 1. Gambaran terkait dengan keterlaksanaan penerapan model PjBL dengan pendekatan STEM pada tema pencemaran udara. 2. Informasi tentang efektivitas model terhadap peningkatan literasi sains siswa.

6 3. Informasi tentang peningkatan literasi sains siswa berdasarkan perbedaan gender setelah pembelajaran PjBL dengan pendekatan STEM. 4. Tanggapan guru dan siswa terhadap pembelajaran PjBL dengan pendekatan STEM pada tema pencemaran udara. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak diantaranya sebagai berikut: 1. Diperolehnya model PjBL dengan pendekatan STEM yang teruji dalam meningkatkan literasi sains siswa dan digunakan sebagai alternatif pembelajaran sains yang inovatif. 2. Memotivasi guru untuk melakukan inovasi pembelajaran sains dengan mengintegrasikan pendekatan STEM. 3. Memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas pembelajaran sains, sehingga berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan secara umum. 4. Bagi pihak lain yaitu peneliti yang akan meneliti tentang PjBL dengan pendekatan STEM dapat menjadi acuan dan rujukan atau referensi dalam penelitian selanjutnya.