BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan Berbicara Di Depan Umum. Kamus lengkap psikologi, Chaplin (2002) mengungkapkan kecemasan

dokumen-dokumen yang mirip
commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

bagaimana seseorang melihat atau memahami dirinya (sense of self) serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengalaman berbicara di depan umum pun tidak terlepas dari perasaaan ini.

BAB I PENDAHULUAN. Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus. berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahwa manusia itu pada hakikatnya zoo politicon yang berarti manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. merasakan tentang dirinya (sense of self) serta bagaimana cara individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial yang hidup bermasyarakat, individu tidak dapat terlepas dari

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN EKSTROVERT DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FKIP PBSID UMS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adaperilaku pendidikan yang tidak dilahirkan oleh proses komunikasi, baik

BAB II LANDASAN TEORI

kelas, yang bukan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan akan tetapi

Bayu Prakoso F

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA PSIKOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Indonesia baik yang masih berstatus sebagai pelajar, mahasiswa, ataupun yang

BAB I PENDAHULUAN. yang mana anggapan salah mengenai khalayak menjadi hantu yang menakutkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan Berbicara Saat Persentasi. kecemasan berbicara seperti, demam panggung (stage fright), kecemasan berbicara

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian

Pedologi. Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. antar bangsa yang semakin nyata serta agenda pembangunan menuntut sumber

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal. individu maupun kelompok. (Diah, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai

II. TINJAUAN PUSTAKA. berpikir positif. Adapun penjabaran dan hubungan dari masing-masing

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN. FEAR of SUCCESS PADA WANITA BEKERJA

BAB I PENDAHULUAN. dukungan komunikasi. Komunikasi menggambarkan bagaimana seseorang

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa mengalami kecemasan komunikasi dapat terjadi didalam kelas, forum

BAB I PENDAHULUAN. muda, yaitu suatu masa dengan rentang usia dari 18 sampai kira-kira umur 25

I. PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bergaul dan diterima dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB II KAJIAN TEORITIK. NCTM (2000) menyatakan bahwa komunikasi matematis merupakan

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin. angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

BAB I PENDAHULUAN. menerangkan didalam kelas.selain itu dituntut untuk menuangkan seluruh

BAB 2 Tinjauan Pustaka

Meminimalisasi Kecemasan (Anxiety) Dengan Menumbuhkan Self Awareness Siswa Dalam Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

maupun kelompok. Didalam menghadapi lingkungan, individu akan bersifat aktif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai efek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA PIKIR DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULAN. Kecemasan adalah sinyal akan datangnya bahaya (Schultz & Schultz, 1994).

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SBMPTN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan proses belajar mengajar, diantaranya siswa, tujuan, dan. antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya.

BAB I PENDAHULUAN. percaya diri tersebut muncul ketika berbicara atau memulai pembicaraan

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai mahluk sosial, manusia tidak akan pernah terlepas dari kegiatan berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG TUNA DAKSA SKRIPSI

LAMPIRAN A. Data Try Out A-1DATA TRY OUT KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS A-2DATA TRY OUT BERPIKIR POSITIF

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kecemasan Berbicara Di Depan Umum. 1. Pengertian kecemasan berbicara di depan umum

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI

STRATEGI PENGUBAHAN POLA PIKIR UNTUK MENGURANGI KECEMASAN SISWA DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT

UPAYA MENGURANGI KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM MENGGUNAKAN TEKNIK RELAKSASI ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang di hadapi. Self efficacy (kemampuan diri) sendiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

REDUCTION OF ANXIETY TO SPEAK IN FRONT OF CLASS THROUGH SPEECH ON STUDENT XI MIA 3 MAN 2 MODEL PEKANBARU

BAB II LANDASAN TEORI. Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan

I. PENDAHULUAN. Setiap diri cenderung memiliki emosi yang berubah-ubah. Rasa cemas merupakan salah

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA BK ANGKATAN 2015 STKIP PGRI SUMBAR ABSTRAC

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun), dan fase remaja akhir (usia 18 tahun sampai 21 tahun) (Monks,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan-tujuan organisasi serta memiliki

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. dan pengetahuan. Howard L. Kingskey mengatakan bahwa learning is the process

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dimana awal kehidupan sebagai mahasiswa di perguruan tinggi, individu (remaja)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ela Nurlaela Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

yang ada dengan penguasaan Bahasa Asing. Berbagai upaya yang dilakukan Pemerintah Indonesia antara lain mengajarkan Bahasa Inggris sejak jenjang

BAB II LANDASAN TEORITIS

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara Di Depan Umum 1. Pengertian Kecemasan Berbicara di Depan Umum Kamus lengkap psikologi, Chaplin (2002) mengungkapkan kecemasan adalah sebagai perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut. Menurut Nevid (2005) kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Menurut Rogers (dalam Cristiningsih, 2017) terdapat perbedaan antara berbicara di depan umum dengan pembicaraan biasa. Pada konteks pembicaraan biasa individu merasa aman untuk menyampaikan pikiran-pikirannya. Bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembicaraan biasa adalah proses memberi dan menerima (komunikasi dua arah atau dialog). Berbeda dengan berbicara di depan umum, individu mulai berbicara di depan umum, secara otomatis individu tersebut menjadi pemimpin dan memegang kendali penuh dari banyak orang. Proses komunikasi berubah menjadi satu arah (monolog). Rogers (dalam Ririn dkk, 2013) menyatakan kecemasan berbicara di depan umum ditandai dengan perasaan gelisah.motley (dalam Kiranti, 2015) menegaskan bahwa ketakutan atau kecemasan berbicara didepan umum, mungkin adalah bentuk communication apprehension yang paling umum. Sejalan dengan itu, menurut Santoso (dalam Prakoso, 2014) juga menyebutkan kecemasan berbicara di depan umum bersifat subjektif, biasanya ditandai dengan gejala fisik 11

12 dan gejala psikologis. Sedangkan Apollo (dalam Wahyuni, 2015)menyebutkan kecemasan berbicara didepan umum dengan istilah reticence, yaitu ketidakmampuan individu untuk mengembangkan percakapan yang bukan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan akan tetapi karena adanya ketidakmampuan menyampaikan pesan secara sempurna, yang ditandai dengan adanya reaksi secara psikologis dan fisiologis. Menurut McCroskey (dalam Dewi & Andrianto, 2006) menyebutkan ada empat jenis Communication Apprehension (CA), yaitu CA as a trait, CA in gereralized context, CA with generalized people, CA as a state. Kecemasan berbicara di depan umum termasuk dalam jenis CA in generalized context. Dimana individu mengalami kecemasan hanya pada kondisi tertentu, maksudnya ada tipe general dari setting/kondisi komunikasi yang menimbulkan kecemasan, yaitu komunikator. Konteks yang paling banyak ditemui saat ini adalah berbicara di depan umum (public speaking), misalnya menyampaikan pidato, presentasi dikelas, dan pada saat pertemuan penting atau meeting. Individu akan mengalami kecemasan ketika membayangkan berlangsungnya pengalaman berbicara di depan umum. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan berbicara di depan umum adalah suatu keadaan aprehensi atau khwatir tentang sesuatu hal buruk yang terjadi serta ketidakmampuan individu untuk mengembangkan percakapan yang bukan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan akan tetapi karena adanya ketidakmampuan menyampaikan pesan secara sempurna, yang ditandai dengan adanya reaksi secara psikologis dan fisiologis, seperti perasaan yang gelisah.

13 2. Aspek-aspek kecemasan berbicara di depan umum Rogers (dalam Ririn dkk, 2013) membagi komponen kecemasan berbicara di depan umum menjadi tiga, yaitu : a. Komponen fisik yang biasanya dirasakan jauh sebelum memulai pembicaraan. Gejala fisik tersebut dapat berbeda setiap orangnya. Beberapa contoh gejala fisik yang dimaksud adalah detak jantung yang semakin cepat, suara yang bergetar, kaki gemetar, kejang perut, sulit untuk bernafas dan hidung berlendir. b. Komponen proses mental, misalnya : sering mengulang kata atau kalimat, hilang ingatan secara tiba-tiba sehingga sulit untuk mengingat fakta secara tepat dan melupakan hal-hal yang sangat penting. c. Komponen emosional, yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak mampu, rasa takut yang biasa muncul sebelum individu tampil dan rasa kehilangan kendali. Menurut Burgoon (1994) aspek-aspek kecemasan berbicara di depan umum sebagai berikut : a. Unwillingness Unwillingness adalah tidak adanya minat individu melakukan berbicara di depan umum, sehingga ada usaha untuk menghindar bila melakukan kegiatan tersebut. b. Unrewarding Unrewarding adalah tidak adanya penghargaan atau peningkatan hukuman atas komunikasi yang pernah dilakukan individu. Pengalaman tersebut

14 menjadikan individu mengalami kecemasan bila dikemudian hari berbicara di depan muka umum lagi. c. Uncontrol Uncontrol adalah ketidakmampuan individu melakukan kontrol terhadap situasi, peralatan, dan tempat komunikasi sehingga menyebabkan kecemasan. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan komponen kecemasan berbicara di depan umum menurut Rogers (dalam Ririn dkk, 2013) terdiri dari komponen fisik, komponen proses mental, dan komponen emosional. Menurut Burgoon (1994) aspek-aspek kecemasan berbicara di depan umum dibagi menjadi tiga yaitu Unwillingnes, unrewarding dan uncontrol. Aspek-aspek yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendapat dari Rogers (dalam Ririn dkk, 2013) karena dalam beberapa komponen ini sering terjadi pada diri individu ketika berbicara di depan umum dan komponen ini sesuai dengan penelitian yang ingin dilakukan. Hal ini didukung dengan penelitian Cristiningsih (2017) yang menggunakan aspek-aspek kecemasan berbicara di depan umum yang sama menurut Rogers. 3. Faktor- faktor yang mempengaruhi kecemasan berbicara di depan umum Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya faktor yang mempengaruhi kecemasan bebricara di depan umum yaitu : a. Self efficacy Berdasarkan penelitian Wahyuni (2015) menunjukkan bahwa ada hubungan negative secara signifikan antara Self-efficacy dengan kecemasan berbicara di depan umum.

15 Bandura (1997) mengemukakan bahwa self-efficacy adalah suatu keyakinan individu bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu dalam situasi tertentu dengan berhasil. Kecemasan berbicara di depan umum merupakan fungsi rendahnya self-efficacy. Self-efficacy, ditandai dengan adanya kepercayaan diri dalam menghadapi situasi yang tidak menentu, keyakinan mencapai target, menumbuhkan motivasi dan mengatasi tantangan yang muncul. Self-efficacy berperan menentukan bagaimana seseorang melakukan pendekatan terhadap berbagai sasaran, tugas dan tantangan. Pada saat merasa takut dan cemas, biasanya individu mempunyai self-efficacy rendah. Sementara individu yang memiliki self-efficacy tinggi, merasa mampu dan yakin terhadap kesuksesan dalam mengatasi rintangan dan menggangap ancaman sebagai suatu tantangan yang tidak perlu dihindari (Dewi dalam Wahyuni, 2015). b. Kepercayaan diri Berdasarkan hasil penelitian Wahyuni (2014) mengatakan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara kepercayaan diri dengan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa Program Studi Psikologi Angkatan 2009-2010 di Universitas Mulawarman Samarinda. Menurut Taylor (2011) rasa percaya diri (self confidence) adalah keyakinan seseorang akan kemampuan yang dimiliki untuk menampilkan perilaku tertentu atau untuk mencapai target tertentu. Dengan kata lain, kepercayaan diri adalah bagaimana kita merasakan tentang diri kita sendiri, dan perilaku kita akan merefleksikan tanpa kita sadari. Kepercayaan diri bukan merupakan bakat (bawaan), melainkan kualitas mental, artinya kepercayaan diri merupakan pencapaian yang dihasilkan dari proses pendidikan atau pemberdayaan.

16 Kepercayaan diri dapat dilatih atau dibiasakan. Menurut Hakim (2002) percaya diri merupakan keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan hidupnya. Rasa percaya diri merupakan suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang ada pada dirinya dan diwujudkan dalam tingkah lakunya sehari-hari (Hakim,2002). Menurut Rakhmat (2009) orang yang kurang percaya diri akan cenderung sedapat mungkin menghindari situasi komunikasi. Karena takut orang lain akan mengejeknya atau menyalahkannya. Orang yang ketakutan dalam komunikasi, akan menarik diri dari pergaulan, berusaha sekecil mungkin berkomunikasi, dan hanya akan berbicara apabila terdesak saja. Kepercayaan diri mahasiswa diasumsikan dapat mempengaruhi tingkat kecamasan mereka di dalam berbicara di depan umum. Mahasiswa dengan memiliki kepercayaan diri yang memadai akan dapat meminimalisir kecemasan yang terjadi pada diri mereka saat mengadakan sebuah presentasi, dan mahasiswa tersebut dapat menyikapi sebuah proses presentasi dengan respon yang positif. c. Keterampilan komunikasi Berdasarkan hasil penelitian dari Ririn dkk (2013) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara keterampilan komunikasi dengan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa jurusan Bimbingan dan Konseling FIP UNP angkatan 2011. Keterampilan komunikasi merupakan kemampuan seorang individu untuk melakukan komunikasi yang efektif dengan orang lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Suranto (dalam Ririn dkk, 2013), komunikasi dianggap efektif jika dua

17 individu atau lebih yang terlibat interaksi memahami pesan yang disampaikan dengan benar, dan memberikan respon sesuai dengan yang diinginkan. Keterampilan komunikasi juga merupakan salah satu kemampuan berbahasa dan berkomunikasi, yang perlu dimiliki oleh mahasiswa sebagai calon ilmuwan yang senantiasa bersentuhan dengan kegiatan yang menuntut mereka untuk terampil berbicara, seperti bertanya di dalam kelas, berdiskusi, berpidato, ceramah, dan lainlain (Wahyuni, 2015). d. Pola Pikir Pola pikir mempunyai pengertian kecendrungan manusiawi yang dinamis, sehingga dapat berpengaruh terhadap kehidupan. Pola pikir seseorang dapat membantu dalam menyelesaikan masalahnya, dapat pula merugikannya (Williams, 2004). Pola pikir terbagi menjadi dua macam yaitu berpikir positif dan berpikir negatif. Keduanya tersebut mempengaruhi seseorang saat ia sedang mengalami kecemasan berbicara di depan umum (Peale, 2001) Rogers (dalam Anwar, 2010) meyakini bahwa yang mempengaruhi kecemasanberbicara di depan umum adalah pola pikir yang keliru. Seseorang yang hendak berbicara di depan umum berpikir bahwa dirinya sedang diadili, merasa bahwa penampilan dan gerak-gerik dan ucapannya sedang menjadi perhatian banyak orang. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kecemasan berbicara di depan umum yaitu self efficacy, kepercayaan diri, keterampilan komunikasi, dan pola pikir. Dari beberapa faktor diatas, peneliti lebih menekankan pada faktor pola pikir menjadi variabel bebas. Pola pikir yang dalam penelitian ini yaitu berpikir positif, karena individu yang

18 berpikir positif cenderung memandang segala sesuatu dari sisi positif. Begitupun sebaliknya individu yang berpikir negatif cenderung memandang segala sesuatu dari sisi negatif. Hal tersebut di dukung dari hasil survey peneliti (Prakoso, 2014) yang menunjukkan bahwa berpikir positif merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan berbicara di depan umum dengan presentase 12 siswa (40%) karena takut salah, 15 siswa (50%) karena tidak suka berbicara di depan orang banyak, dan 3 siswa (10%) takut berbeda pendapat orang lain. Hal tersebu menunjukkan pola berpikir (takut salah) merupakan salah satu yang dapat berpengaruh terhadap kecemasan berbicara di depan umum. B. BERPIKIR POSITIF 1. Pengertian Berpikir Positif Albrecht (1992) menyatakan berpikir positif adalah mengatur antara perhatian individu terhadap sesuatu yang positif dan menggunakan bahasa yang positif untuk membentuk dan mengekspresikan pikirannya. Albrecht (1992) mengatakan bahwa berpikir positif tampaknya kurang mendapat perhatian dari sebagian besar ahli pikir karena teknik aktualnya yang sangat sederhana yaitu hanya berarti mengarahkan perhatian pada hal-hal yang positif dan menggunakan bahasa yang positif untuk membentuk dan mengekspresikan pikiran. Berpikir positif adalah kemampuan seseorang untuk menilai kembali segala sesuatu bahwa terdapat dua sisi pada setiap hal namun tetap memusatkan perhatian pada sisi yang positif (Hardini, 2012). Berpikir positif merupakan suatu bentuk berpikir yang biasanya berpersepsi pada orang lain yang baik, berusaha mencapai hasil yang terbaik, dan

19 keadaan yang terbaik (Peale, 2001). Hawari (1996) berpendapat bahwa berpikir positif tidak hanya mencakup sikap, perhatian dan pikiran terhadap diri sendiri, namun sekaligus menyangkut sikap dan perbuatan orang lain. Peale (2001) menyatakan bahwa berpikir positif adalah suatu bentuk dari pikiran dimana selalu melihat hasil yang baik dari suatu situasi yang buruk. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa berpikir positif adalah mengatur antara perhatian pada hal - hal yang positif dan menggunakan bahasa yang positif untuk membentuk dan mengekspresikan pikirannya serta berpersepsi pada orang lain yang baik. 2. Aspek aspek berpikir positif Menurut Albrecht (1992) mengatakan bahwa berpikir positif mempunyai beberapa aspek sebagai berikut : a) Harapan yang positif(positive expectations) yaitu melakukan sesuatu lebih memusatkan perhatian pada kesuksesan, optimism, pemecahan masalah, dan menjauhkan diri dari rasa takut akan kegagalan. b) Afirmasi diri (self affirmation) yaitu memusatkan perhatian pada kekuatan diri, melihat diri secara positif. Dalam hal ini individu menggantikan kritik pada diri sendiri dengan memfokuskan pada kekuatan diri sendiri. c) Pernyataan yang tidak menilai (non judgmental talking) yaitu suatu pernyataan yang lebih menggambarkan keadaan dari pada menilai keadaan. Pernyataan ataupun penilaian ini dimaksudkan sebagai pengganti pada saat seseorang cenderung memberikan pernyataan atau penilaian yang negatifterhadap situasi yang dihadapi.

20 d) Penyesuaian diri terhadap kenyataan (realistic adaption) yaitu mengakui kenyataan dan segera menyesuaian diri, menjauhkan diri dari penyesalan, frustasi, serta menyalahkan diri sendiri. Menerima masalah dan menghadapinya dengan terbuka. Menurut pendapat dari Ubaedy (dalam Christiningsih, 2017) menyatakan bahwa dimensi-dimensi berpikir positif dapat dijabarkan sebagai berikut: a) Muatan pikiran Berpikir positif merupakan usaha mengisi pikiran dengan berbagai hal yang positif atau muatan yang positif. Adapun yang dimaksud dengan muatan positif untuk pikiran adalah sebagai bentuk pemikiran yang memilik i kriteria: benar (tidak melangggar nilai-nilai kebenaran), baik (bagi diri sendiri, orang lain, dan lingkungan), dan bermanfaat (menghasilkan sesuatu yang berguna). b) Penggunaan pikiran Memasukkan muatan positif pada ruang pikiran merupakan tindakan positif namun tindakan tersebut berada pada tingkatan yang masih rendah jika muatan positif tersebut tidak diwujudkan dalam tindakan nyata. Oleh karena itu isi muatan yang positif tersebut perlu diaktualisasikan ke dalam tindakan agar ada dampak yang ditimbulkan. c) Pengawasan pikiran Aktivitas ini mencakup usaha untuk mengetahui muatan apa saja yang dimasukkan ke ruang pikiran dan bagaimana pikiran bekerja. Jika diketahui terdapat hal-hal yang negatif ikut ke ruang pikiran maka perlu dilakukan tindakan berupa mengeluarkan hal-hal yang negatif tersebut

21 dengan menggantinya dengan yang positif. Demikian pula jika ternyata teridentifikasi bahwa pikiran bekerja tidak semestinya maka dilakukan usaha untuk memperbaiki kelemahan atau kesalahan. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa aspek berpikir positif menurut Albercht (1992) yaitu harapan yang positif, afirmasi diri, pernyataan yang tidak menilai, dan penyesuaian diri. Sedangkan menurut Ubaedy (dalam Christiningsih. 2017) menjabarkan dimensi-dimensi berpikir positif menjadi tiga yaitu muatan pikiran, penggunaan pikiran, dan pengawasan pikiran. Dari aspek diatas, aspek yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspek menurut Albrecht (1992) karena aspek tersebut sesuai dengan penelitian ini. C. Hubungan antara berpikir positif dengan Kecemasan berbicara di depan umum Pola pikir mempunyai pengertian kecenderungan manusiawi yang dinamis, sehingga dapat berpengaruh terhadap kehidupan. Pola pikir seseorang dapat membantu dalam menyelesaikan masalahnya, dapat pula merugikannya (Williams, 2004).Mapes (2006) menyatakan bahwa pola pikir dapat berpengaruh terhadap suasana hati, reaksi fisik dan menyebabkan terjadinya perubahan interaksi sosial seseorang. Perubahan diri individu baik itu pengaruh yang positif maupun negatif, seperti dapat membantu individu dalam menyelesaikan masalahnya dan dapat merugikan individu itu sendiri. Peale (2001) menyatakan bahwa berpikir umunya terbagi menjadi dua yaitu berpikir positif dan berpikir negatif. Apabila seseorang berpikir positif maka individu tersebut dapat mengatasi masalah yang berhubungan dengan suasana

22 hati. Sebaliknya apabila seseorang yang berpikir yang negatif maka individu tersebut cenderung menjadi depresi, cemas, panik, muncul perasaan bersalah yang pada akhirnya akan menganggu interaksi sosialnya. Albrecht (1992) menyatakan bahwa berpikir positif adalah mengatur antara perhatian individu terhadap sesuatu yang positif dan menggunakan bahasa yang positif untuk membentuk dan mengekspresikan pikirannya. Menurut Opt & Loffredo (2000) individu yang berpikir positif akan mengalami kecemasan berbicara di depan umum yang lebih rendah dari pada individu yang berpikir negatif. Individu yang berpikir positif akan melihat segala hal dari sisi positif, suka bekerja keras dan mampu mengendalikan emosinya ketika berbicara di depan umum, sehingga kecemasan berbicara di depan umum dalam diri individu tersebut menjadi rendah. Individu dengan berpikir negatif lebih menggunakan perasaannya, lebih mudah stress dan mengekspresikan kecemasannya karena selalu fokus terhadap pendapatnya sendiri dan membangun pesan-pesan negatif, sehingga individu yang berpikir negatif akan mengalami kecemasan berbicara di depan umum yang tinggi. Menurut Bandura (1986), kognisi adalah proses berpikir seseorang tentang situasi tertentu. Berdasarkan teori kognitif, cara berpikir menentukan bagaimana seseorang merasa dan berbuat (Corsini & Wedding, 2011). Dengan kata lain, cara seseorang memaknai hubungan antara dirinya dengan lingkungan di sekitarnya akan berpengaruh terhadap perasaan dan perilakunya. Sebagai contoh, jika seseorang mempunyai pikiran yang negatif tentang situasi berbicara di depan umum, maka pikiran negatif tersebut akan mempengaruhi perasaan dan perilakunya sehubungan dengan situasi tersebut. Pikiran negatif tentang situasi

23 berbicara di depan umum akan menimbulkan perasaan takut atau cemas, yang kemudian akan berimbas pada perilaku (Ayres, 1992). Wolpe (dalam Fatma & Ernawati, 2012) mengatakan suasana hati tergantung dari perasaan yang diasosiasikan terhadap peristiwa atau situasi tertentu. Hergenhahn & Olson (dalam Fatma & Ernawati, 2012) asosiasi terhadap situasi tertentu dipelajari berdasarkan observasi dan pengalaman. Hal ini juga diperkuat dengan pendapat Ayers (2002), ketika seseorang pernah dihujani kritikan dan ejekan pada saat berbicara di depan umum, maka orang tersebut akan mengasosiasikan situasi tersebut sebagai suatu hukuman, sehingga rasa takut dipermalukan dapat menjadi penghambat untuk berbicara di depan umum. Rogers (dalam Oemarjoedi, 2003), juga mengungkapkan hal yang sama bahwa ketakutan yang bersumber dari pikiran yang negatif sangat berpengaruh terhadap kecemasan berbicara di depan umum. Seseorang yang berbicara di depan umum berpikir bahwa penampilan, tingkah laku, dan perkataannya menjadi perhatian banyak orang. Rogers (dalam Anwar, 2010) meyakini bahwa yang mempengaruhi kecemasanberbicara di depan umum adalah pola pikir yang keliru. Seseorang yang hendak berbicara di depan umum berpikir bahwa dirinya sedang diadili, merasa bahwa penampilan dan gerak-gerik dan ucapannya sedang menjadi perhatian banyak orang. Lazarus (dalam Ririn dkk, 2013) menjelaskan lebih lanjut bahwa, Perasaan cemas sebenarnya merupakan pengalaman yang samar-samar disertai dengan adanya perasaan tidak berdaya. Sifat kecemasan dikatakan subjektif, artinya bahwa kejadian yang menjadi penyebab dan reaksi yang dialami tiap

24 individu berbeda. Pada umumnya tanda-tanda yang menyertai kecemasan pada tiap orang adalah sama, yaitu ditandai dengan perubahan psikologis seperti perasaan tegang, takut, khawatir perubahan fisiologis seperti denyut jantung, pernafasan, dan tekanan darah yang meningkat (Rogers, dalam Ririn dkk, 2013). Albrecht (1992) menjelaskan empat aspek berpikir positif yaitu harapan yang positif (positive expectations), afirmasi diri (self affirmation), pernyataan yang tidak menilai (non judgmental talking), dan penyesuaian diri terhadap kenyataan (reality adaptation). Albrecht (1992) menjelaskan bahwa individu yang memiliki tingkat berpikir positif yang tinggi akan focus pada harapan yang diinginkan, meskipun lingkungan sekitarnya tidak mendukung. Sebaliknya individu yang memiliki tingkat berpikir positif yang rendah, maka akan timbul hambatan dalam diri individu terhadap harapan yang dimilikinya jika lingkungan disekitarnya tidak mendukung. Hal ini tentunya juga akan berdampak sama pada mahasiswa. Mahasiswa yang mampu berpikir positif ia akan memilik i kemampuan dalam mengatasi kecemasan berbicara di depan umum agar hal tersebut tidak terjadi pada dirinya saat berbicara di depan umum. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa berpikir positif dapat keterkaitannya dengan kecemasan berbicara di depan umum. Individu yang memiliki tingkat berpikir positif yang tinggi maka individu tersebut dapat mengatasi kecemasan berbicara di depan umum dan selalu memandang atau menilai segala hal dari sisi positif. Sebaliknya individu yang memiliki tingkat berpikir positif yang rendah, maka individu tersebutcenderung kurang dalam mengatasi kecemasan berbicara di depan umum dan tingkat kecemasan berbicara di depan umum nya tinggi.

25 D. Hipotesis Berdasarkan uraian yang telah dikemukan diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu apakah ada hubungan negatif antara berpikir positif dengan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa. Semakin tinggi berpikir positif maka kecemasan berbicara di depan umum semakin rendah. Begitu pun sebaliknya, semakin rendah berpikir positif maka kecemasan berbicara di depan umum semakin tinggi.

26