1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asam urat merupakan suatu penyakit yang diakibatkan tingginya kadar purin didalam darah, kondisi beberapa tahun terakhir ini semakin banyak orang yang dinyatakan menderita penyakit tersebut. Penyakit asam urat cenderung diderita pada usia yang semakin muda. Penderita paling banyak pada golongan usia 30-50 tahun yang tergolong usia produktif (Krisnatuti & Rina, 2006). Alexander (2010) menyatakan prevalensi asam urat (gout) di Amerika serikat meningkat dua kali lipat dalam populasi lebih dari 75 tahun antara 1990 dan 1999, dari 21 per 1000 menjadi 41 per 1000. Dalam studi kedua, prevalensi asam urat pada populasi orang dewasa Inggris diperkirakan 1,4%, dengan puncak lebih dari 7% pada pria berusia 75 tahun. Data yang diperoleh dari Rumah Sakit Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta, penderita penyakit gout dari tahun ke tahun semakin meningkat dan terjadi kecenderungan diderita pada usia yang semakin muda. Hal ini tebukti dengan hasil rekam medik RSCM pada tahun 1993-1995 mengalami kenaikan yaitu pada tahun 1993 tercatat 18 kasus, pria 13 kasus dan wanita 5 kasus (1 kasus umur 2-25 tahun, 12 kasus umur 30-50 tahu, dan 5 kasus umur >65 tahun). Pada tahun 1995 jumlah kasus yang tercatat adalah 46 kasus, 37 pria dan 9 wanita, 2 kasus umur 2-25 1
2 tahun, 40 kasus umur 30-50 tahun dan 4 kasus umur > 65 tahun ( Krisnatuti, 1997). Prevalensi penderita asam urat tertinggi di Indonesia berada pada penduduk di daerah pantai dan yang paling tinggi di daerah Manado Minaha sebesar 29,2 % pada tahun 2003 dikarenakan kebiasaan atau pola makan ikan dan mengonsumsi alkohol. Alkohol dapat menyebabkan pembuangan asam urat lewat urine berkurang sehingga asam uratnya tetap bertahan di dalam darah (Anonim, 2009). Penyakit asam urat ditandai oleh gangguan linu-linu, terutama di daerah persendian tulang. Tidak jarang timbul rasa amat nyeri bagi penderitanya. Rasa sakit tersebut diakibatkan adanya radang pada persendian. Radang sendi tersebut ternyata disebabkan oleh penumpukan kristal di daerah persendian. Tingginya kadar asam urat dalam darah juga dapat menyebabkan Gout artritis yang merupakan salah satu jenis rematik. Di Indonesia, gout artritis menduduki urutan kedua terbanyak dari penyakit Osteoartritis. Hasil penelitian sebagian besar penderita gout artritis mengalami hiperurisemia, yaitu sebesar 65% (Alifiasari, 2011). Dampak selanjutnya jika penyakit ini tidak diatasi secara tepat dikhawatirkan dapat menurunkan produktifitas kerja. Salah satu cara mengatasinya, yaitu dengan pengaturan diet. Menu diet diatur agar lebih banyak mengonsumsi makanan dengan kandungan nukleotida purin rendah. Dengan melakukan program diet yang baik, dapat membantu meringankan gangguan penyakit gout (Krisnatuti & Rina, 2006).
3 Hasil penelitian dalam studi yang berkembang di Asia menyimpulkan bahwa kejadian peningkatan kadar asam urat dipengaruhi akibat gaya hidup dan diet yang dibawa oleh kemakmuran yang meningkat (Alexander, 2010). Asupan diet vegetarian seimbang dengan protein hewani dan konten purin disertai asupan cairan yang cukup dengan buah-buahan dan sayuran setelah diteliti dapat mengurangi risiko terserang asam urat dibandingkan dengan orang yang memakan segala jenis makanan (Roswitha, 2003). Pada prinsipnya, mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Untuk menjaga agar kadar asam urat darah tetap dalam batas normal, disarankan konsumsi makanan dan minuman yang tidak banyak mengandung purin. Tetapi jika sudah terlanjur mengalami penyakit ini, langkah terpenting adalah semaksimal mungkin mengurangi konsumsi makanan dan minuman yang kaya akan zat purin. Karena minum obat saja tanpa disertai kepatuhan diet tidak akan membuahkan hasil pengobatan yang baik karena produksi asam urat tetap tinggi (Suarthana, 1998). Banyak hal yang dapat mempengaruhi kepatuhan seseorang terhadap diet, diantaranya umur seseorang, jenis kelamin, kepribadian, kondisi kesehatan, pengalaman terhadap kesehatan, lingkungan dan pelayanan yang diterima dari fasilitas kesehatan. Lingkungan sangat berperan dalam kepatuhan klien menjalankan diet, jika lingkungan mendukung penderita asam urat akan patuh terhadap diet nya. Seseorang yang menginginkan dirinya dalam kondisi sehat mempunyai keinginan selalu patuh terhadap anjuran petugas pelayanan kesehatan (Suharto, 2000).
4 Berdasarkan data dari klinik gizi di Puskesmas Mandiraja 1 Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah pada Tahun 2011 didapat 55 pasien menderita asam urat dari 199 orang atau 27,6 %. Sedangkan pada bulan Januari sampai dengan bulan April pada Tahun 2012 didapat 42 dari 71 pasien menderita asam urat atau 59 %. B. Rumusan Masalah Persentase penderita asam urat selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, hal ini perlu penanganan atau intervensi terhadap para penderita asam urat untuk mengurangi angka kejadiannya diantaranya dengan melakukan diet makanan, maka peneliti tertarik untuk mengetahui Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kepatuhan diet pada Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet pada Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah.
5 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus pada penelitian ini adalah : a. Mengetahui apakah umur mempengaruhi kepatuhan diet pada b. Mengetahui apakah jenis kelamin mempengaruhi kepatuhan diet pada c. Mengetahui apakah kesehatan mempengaruhi kepatuhan diet pada d. Mengetahui apakah kepribadian mempengaruhi kepatuhan diet pada e. Mengetahui apakah pengalaman mempengaruhi kepatuhan diet pada f. Mengetahui apakah lingkungan mempengaruhi kepatuhan diet pada g. Mengetahui apakah fasilitas kesehatan mempengaruhi kepatuhan diet pada
6 h. Mengetahui faktor yang paling dominan hubungannya dengan kepatuhan diet pada penderita asam urat. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi penderita asam urat Menjadi masukan bagi penderita asam urat agar mengetahui dampak yang diakibatkan jika tidak patuh dalam menjalankan diet rendah purin. 2. Bagi keluarga dan masyarakat Menjadi masukan bagi keluarga dan masyarakat akan pentingnya kepatuhan dalam menjalani program diet sehingga diharapkan bagi keluarga memberikan dukungan terhadap kepatuhan diet. 3. Bagi institusi pendidikan Menjadi sumber rujukan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian dengan topik yang sama. 4. Bagi profesi keperawatan Dapat memberikan masukan dalam melaksanakan peran mandirinya dalam upaya mengatasi masalah diet pada penderita asam urat. 5. Bagi peneliti Peneliti memperoleh informasi dan pengalaman baru dalam mengungkap faktor - faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet pada penderita asam urat.
7 E. Penelitian Terkait 1. Tahta (2010) dengan judul Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kadar asam urat pada pekerja kantor di Desa Karangturi, Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes. Metode yang di gunakan adalah crossectional. Dengan hasil ada hubungan yang signifikan antara konsumsi purin, aktivitas, konsumsi alkohol dan umur dengan kadar asam urat pada tenaga kerja kantor. Pada penelitian Tahta (2003) variabel independennya adalah analisis faktor faktor yang mempengaruhi dan variabel dependennya adalah kadar asam urat. Sedangkan pada penelitian saya variabel independen tentang faktor faktor yang mempengaruhi dan variabel dependen yaitu kepatuhan diet pada penderita asam urat. 2. Roswitha (2003) dengan judul The effect of a vegetarian and different omnivorous diets on urinary risk factors for uric, dengan hasil penelitian menunjukan bahwa apabila asupan diet vegetarian seimbang dengan protein hewani dan konten purin disertai asupan cairan yang cukup dengan buah-buahan dan sayuran maka risiko terserang asam urat menjadi berkurang dibandingkan dengan orang yang memakan segala jenis makanan atau di sebut dengan omnivora. Penelitian ini meneliti makanan yang dikonsumsi akan mempengaruhi kadar asam urat, sedangkan pada penelitian saya mencari faktor faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet pada penderita asam urat.
8 3. Johnson et al (2004) dengan judul Uric Acid and Diet- Insights into the Epidemic of Cardiovascular dalam penelitian ini mengacu pada sebuah penelitian yang dilaporkan dalam journal, Choi et al ( halaman 1093-1103) yang meneliti tentang faktor risiko potensial diet untuk gout pada 47.150 pria selama 12 tahun sebagai bagian dari Health Professional Follow-up study. Para penulis menemukan bahwa faktor risiko gout meningkat oleh diet yang tinggi pada daging dan seafood dan rendah lemak susu. Baik asupan total protein maupun asupan purin yang kaya sayuran berkolesterol dengan perkembangan gout, kemudian dalam penelitian ini memberikan verifikasi ilmiah dari pandangan lama bahwa gout adalah penyakit yang paling umum oleh orang-orang yang jarang diet dalam mengonsumsi daging dan produk yang mengandung banyak protein hewan. Penelitian ini meneliti jenis makanan berkolesterol tinggi akan mempengaruhi kadar asam urat. sedangkan pada penelitian saya mencari faktor faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet pada penderita asam urat.