BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan yang dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan, sehingga pengembangan rumah sakit tidak dapat dilepaskan dari kebijaksanaan pembangunan kesehatan. Saling keterkaitan ini terlihat jelas visi pembangunan kesehatan yakni Indonesia Sehat 2010 yang terwujud dalam Undang-Undang Bidang Kesehatan No. 23/1992. Sebagai salah satu jaringan pelayanan kesehatan yang penting rumah sakit merupakan salah satu industri jasa yang tidak cukup bekerja di siang hari saja tapi harus 24 jam, karena setiap saat orang sakit membutuhkan pelayanan. Bentuk pelayanan ini bersifat sosio ekonomi yaitu suatu usaha yang walau bersifat sosial namun diusahakan agar bisa mendapat surplus keuntungan dengan cara pengelolaan yang profesional dengan memperhatikan prinsip ekonomi (Djododibroto, 1997). Berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI No.938/Menkes/SK/XI/1992 menyebutkan bahwa rumah sakit adalah tempat yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar spesialistik dan subspesialistik serta memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam pengembangan rumah sakit adalah sumber daya manusia yang dimiliki rumah sakit tersebut. Sumber daya manusia yang dimiliki sangat mempengaruhi berhasil atau tidaknya pelayanan yang diberikan pihak rumah sakit (Nasution, 2002). Sumber daya manusia yang terpenting dalam rumah sakit adalah perawat, dimana perawat merupakan jumlah terbesar dari seluruh petugas yang ada di sebuah rumah sakit. Mereka selalu berhubungan dengan berbagai bahaya potensial, dimana bila tidak diantisipasi dengan baik dan benar dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerjanya. Keberadaan perawat sebagai ujung tombak pelayanan harus benar-benar diperhatikan dan dikelola secara profesional sehingga memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat dan untuk kemajuan rumah sakit itu sendiri (Depkes,2003). Berdasarkan Permenkes No. HK 02.02/MENKES/148/I/2010 menyebutkan bahwa praktik keperawatan dilaksanakan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama, tingkat kedua, dan tingkat ketiga. Praktik keperawatan sebagaimana dimaksud ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Praktik keperawatan sebagaimana dimaksud dilaksanakan pada kegiatan: a. Pelaksanaan asuhan keperawatan; b. Pelaksanaan upaya promotif, preventif, pemulihan, dan pemberdayaan masyarakat; dan c. Pelaksanaan tindakan keperawatan komplementer.
Menurut Kuswadji yang dikutip oleh Nasution (2002) pekerjaan seorang perawat tidak terlepas dari pengaturan jam kerja atau yang lebih dikenal dengan istilah shift kerja. Shift kerja mempunyai efek terhadap pekerja yaitu efek fisiologis, psikososial, kinerja, kesehatan, dan efek terhadap keselamatan kerja. Secara alami manusia bekerja pada siang hari dan tidur/istirahat pada malam hari. Kehidupan seperti itu mengikuti suatu pola jam biologik yang disebut dengan circadian rhythm yang berdaur selama 24 jam. Fungsi tubuh yang diatur oleh jam biologik ialah : tidur, kesiapan untuk bekerja, metabolisme, suhu tubuh, nadi dan tekanan darah. Menurut Schultz yang dikutip oleh Kodrat (2009) shift kerja malam lebih berpengaruh negatif terhadap kondisi pekerja dibanding shift pagi, karena pola siklus hidup manusia pada malam hari umumnya digunakan untuk istirahat. Namun karena bekerja pada shift malam maka tubuh dipaksa untuk mengikutinya. Hal ini relatif cenderung mengakibatkan terjadinya kesalahan kerja dan kecelakaan. Josling (1998) mengatakan bahwa dampak shift kerja malam terutama gangguan irama tubuh yang menyebabkan penurunan kewaspadaan, gangguan fisiologis dan psikologis berupa kurang konsentrasi, nafsu makan menurun, penyakit jantung, tekanan darah, stress dan gangguan gastrointenstinal yang dapat meningkatkan resiko terjadi kecelakaan kerja. Fungsi tubuh manusia bervariasi dalam 24 jam, meningkat pada siang hari dan menurun pada malam hari. Hal ini mempengaruhi suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, produksi adrenalin, stress mental dan fisik. Menurut Suma mur (2009), menyatakan bahwa shift kerja malam perlu
mendapat perhatian karena irama faal manusia (circadian rhythm) terganggu, metabolisme tubuh tidak dapat beradaptasi, kelelahan, kurang tidur, alat pencernaan kurang berfungsi secara normal, timbul reaksi psikologis dan pengaruh yang kumulatif. Shift kerja dipandang sebagai tuntutan yang menekan individu, jika tidak dikelola dengan baik akan berdampak pada gangguan fisiologis dan perilaku pekerja dan pada akhirnya akan mengurangi produktivitas kerja. Menurut Soedirman dkk (2014), kelelahan adalah keluhan umum bagi pekerja shift yang akan menurunkan daya konsentrasi, motivasi, daya ingat, dan reaksi mental sehingga rentan terhadap stress. Kelelahan merupakan proses menurunnya efisiensi pelaksanaan kerja dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan. Dalam studi epidemiologi di Amerika Serikat disebutkan oleh Kennedy (1987) bahwa kelelahan kerja merupakan suatu kelainan yang termasuk sering dijumpai di masyarakat. Data penelitian lain juga mengungkapkan bahwa kelelahan sering disebabkan oleh karena waktu kerja yang tidak sesuai. Pekerja shift cenderung lebih mudah mengalami kelelahan dibandingkan pekerja regular. Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti, Rumah Sakit Malahayati ini sudah berdiri sejak tahun 1973 dan memberlakukan sistem kerja dengan sistem shift. Dalam sistem shift ini, setiap individu bekerja 3 hari tetapi hanya pada 1 bagian shift setiap harinya dari 3 shift kerja dan 3 hari libur. Waktu kerja yang ditetapkan untuk pagi hari yaitu pukul (08.00-15.00 WIB), sore hari (14.00-21.00 WIB), dan malam hari (20.00-08.00 WIB). Berdasarkan wawancara kepada beberapa perawat yang telah selesai
bekerja diantaranya 1 orang shift pagi pukul 14.10 WIB dan 1 orang perawat di shift malam pukul 08.00 WIB, terdapat keluhan mengenai shift kerja. Perawat pada shift di pagi hari terasa lebih berat karena kuantitas pekerjaan terkadang lebih banyak pada saat pagi hari. Sementara itu, gangguan kerja yang dirasakan perawat shift malam adalah rasa ngantuk yang hebat dan lelah di seluruh badan. Ini disebut sebagian dari gejala-gejala kelelahan. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan shift kerja dengan kelelahan kerja pada perawat di Rumah Sakit Malahayati Medan. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan adalah apakah ada hubungan shift kerja dengan kelelahan kerja pada perawat di Rumah Sakit Malahayati Medan. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan shift kerja dengan kelelahan kerja pada perawat di Rumah Sakit Malahayati. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui shift pagi dengan kelelahan kerja pada perawat di Rumah Sakit Malahayati Medan. 2. Untuk mengetahui shift malam dengan kelelahan kerja pada perawat di Rumah Sakit Malahayati Medan.
1.4 Hipotesis Penelitian Ada hubungan shift kerja dengan kelelahan kerja pada perawat di Rumah Sakit Malahayati Medan. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Sebagai masukan untuk pihak rumah sakit dalam mencegah terjadinya kelelahan pada perawat. 2. Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti tentang hubungan waktu kerja dengan terjadinya kelelahan kerja pada perawat. 3. Sebagai masukan/informasi bagi kelengkapan peneliti selanjutnya.