BAB 1 PENDAHULUAN. segenap sektor. Kemajuan ilmu dan tehnologi tersebut di satu pihak akan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari-hari pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan bagi

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan mesin, mulai dari mesin yang sangat sederhana sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. memakai peralatan yang safety sebanyak 32,12% (Jamsostek, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja terdapat berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara

BAB I PENDAHULUAN. yang memfokuskan perhatian pada masyarakat pekerja baik yang berada di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. rangka menekan serendah mungkin risiko penyakit yang timbul akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. petani, sehingga Indonesia dikenal sebagai negara agraris.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengimpor dari luar negeri. Hal ini berujung pada upaya-upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. nasional, selain dapat meningkatkan perekonomian nasional juga dapat

PEMERINTAH KABUPATEN BUTON SELATAN DINAS KESEHATAN PUSKESMAS WILAYAHKECAMATAN SAMPOLAWA Jl. UwebontoKel. Jaya Bakti Kec. Sampolawa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Program keselamatan dan kesehatan kerja yang ditetapkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja karyawan pada suatu perusahaan sering kali

BAB I PENDAHULUAN. tempo kerja pekerja. Hal-hal ini memerlukan pengerahan tenaga dan pikiran

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan suatu bangsa dan negara tentunya tidak bisa lepas dari peranan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari K3 menurut Suma mur (1995), bahwa hygiene perusahaan. produktif. Suardi (2007) K3 mempunyai tujuan pokok dalam upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan terdepan sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau

DEFINISI PENGERTIAN KESELAMATAN KERJA (K3)

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kerjanya. Resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan dikondisikan oleh pihak perusahaan. Dengan kondisi keselamatan kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tuntutan berbagai kebutuhan bermacam produk bagi kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya bagi kesehatan pekerja (Damanik, 2015). cacat permanen. Jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun

BAB 1 : PENDAHULUAN. Hal ini tercermin dalam pokok-pokok pikiran danpertimbangan dalam undang-undang no. 1

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya manusia yang dimiliki perusahaan. Faktor-faktor produksi dalam

BAB I PENDAHULUAN. lagi dengan diberlakukannya perdagangan bebas yang berarti semua produkproduk

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan, banyak perusahaan yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan

BAB 1 : PENDAHULUAN. teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan. Kecelakaan kerja secara

BAB I PENDAHULUAN. besar. Salah satu industri yang banyak berkembang yakni industri informal. di bidang kayu atau mebel (Depkes RI, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan dan keselamatan kerja masih merupakan salah satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

BAB I PENDAHULUAN. menuntut produktivitas kerja yang tinggi. Produktivitas dan efisiensi kerja yang baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) (Tambusai,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. depresi akan menjadi penyakit pembunuh nomor dua setelah penyakit jantung.untuk

DASAR DASAR KESEHATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan pekerja dan akhirnya menurunkan produktivitas. tempat kerja harus dikendalikan sehingga memenuhi batas standard aman,

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.

BAB I PENDAHULUAN. tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri. Penggunaan Teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. kemauan hidup sehat bagi seluruh penduduk. Masyarakat diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatannya sewaktu

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. Vesta (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa perkembangan

BAB 1 : PENDAHULUAN. adanya peningkatan kulitas tenaga kerja yang maksimal dan didasari oleh perlindungan hukum.

BAB 1 LATAR BELAKANG. signifikan bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2006, luas lahan areal kelapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada era globalisasi telah terjadi perkembangan di berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia sebagai tenaga kerja dalam perusahaan tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daya (manpower, material, machines, money, method), serta membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerjaan konstruksi merupakan kompleksitas kerja yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. manusia perlu mendapat perhatian khusus baik kemampuan, keselamatan, berbagai faktor yaitu tenaga kerja dan lingkungan kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan BAB I

BAB 1 : PENDAHULUAN. berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

PREVALENSI GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA BATU PADAS DI SILAKARANG GIANYAR BALI

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak

Peranan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Sebagai Wujud Keberhasilan Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dunia perindustrian di era globalisasi mengalami perkembangan yang semakin pesat. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organisasi) dan. GATT (General Agremeent on Tariffs and Trade) yang akan berlaku tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak direncanakan dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di Indonesia, alih fungsi lahan pertanian merupakan masalah yang

HUBUNGAN PERILAKU DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA PETERNAK AYAM RAS DI KECAMATAN TILATANG KAMANG KABUPATEN AGAM TAHUN 2011 SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. pekerja seperti yang tercantum dalam UU No.13 Tahun 2003 pasal 86 ayat 1

ISNANIAR BP PEMBIMBING I:

dimilikinya. Dalam hal ini sangat dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki kemampuan skill yang handal serta produktif untuk membantu menunjang bisnis

BAB I PENDAHULUAN. seperti AFTA (ASEAN Free Trade Area), APEC( Asia Pacific Economic

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan industri yang begitu pesat telah mendorong makin meningkatnya penggunaan mesin, peralatan kerja dan bahan bahan kimia dalam proses produksi dengan disertai tehnik dan tehnologi dari berbagai tingkatan di segenap sektor. Kemajuan ilmu dan tehnologi tersebut di satu pihak akan memberikan kemudahan dan meningkatkan produktivitas tetapi dilain pihak cenderung akan menimbulkan risiko kecelakaan apabila tidak dibarengi dengan peningkatan pengetahuan,dan ketrampilan pekerja. Kecelakaan dan sakit ditempat kerja, membunuh dan memakan lebih banyak korban jika dibandingkan dengan perang dunia (Suardi,R, 2007). Oleh karena itu saat ini ilmu kesehatan kerja semakin berkembang. Kesehatan kerja merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu masyarakat atau aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungannya. Kesehatan kerja kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungan perusahaan atau organisasi melalui usaha-usaha preventif, promotif, dan kuratif terhadap gangguan kesehatan akibat kerja atau lingkungannya (Nototmodjo, 2007).

Menurut Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dinyatakan ahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pemangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakakat yang sejahtera, adil, makmur, yang merata baik materiil maupun spiritual berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam pelaksanaan pembangunan nasional tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan (Depnaker, 2003). Untuk mencapai pembangunan tersebut maka diselenggarakanlah upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit yang diselenggarakan secara menyeluruh terpadu dan berkesinambungan melalui penyelenggaraan upaya kesehatan kerja (Depkes, 2004). Melalui upaya kesehatan kerja akan terwujud tenaga kerja yang sehat dan produktif hingga mampu meningkatkan kesejahteraan dan keluarganya serta masyarakat yang luas. Tenaga kerja tidak saja diharapkan sehat dan produktif selama masa kerjanya tetapi juga sesudahnya, sehingga ia dapat menjalani masa pensiun dan hari tuanya tanpa diganggu oleh berbagai penyakit dan gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pekerjaan maupun lingkungan kerja pada waktu masih aktif bekerja. Oleh karena salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja (PAK), pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi (KepMenkes-RI, 2010). Kesehatan dan Keselamatan kerja juga merupakan promosi dan pemeliharaan tertinggi tingkat fisik, mental dan kesejahteraan sosial, dimana ada pencegahan risiko mengalami kecelakaan kerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, ada perlindungan pekerja dari resiko yang dapat merugikan kesehatan menempatkan dan memelihara pekerja dalam lingkungan kerja yang disesuaikan dengan peralatan fisiologis yang tidak membahayakan nyawa (Suma mur, 2009). Secara implisit kesehatan kerja mencangkup sebagai alat mencapai derajat kesehatan tenaga kerja setinggi-tingginya, yang terdiri dari pekerja informal dan formal, dan sebagai alat untuk meningkatkan produksi yang berlandaskan kepada meningkatnya efisiensi dan produktivitas. Kondisi Keselamatan dam Kesehatan Kerja (K3) dalam lingkungan kerja di Indonesia cukup memprihatinkan sehingga angka kecelakaan kerja yang mengakibatkan tenaga kerja mengalami cacat dan meninggal dunia cukup tinggi. Berdasarkan data dari PT Jamsostek selama Tahun 2010, petugas setiap hari melayani klaim asuransi kematian sebanyak 52 kasus dan kecelakaan kerja berupa jatuh dan lainnya sebanyak 400 kasus dan jumlah itu meningkat setiap tahunnya. Hal ini disebabkan karena faktor perilaki 31.776 kasus (32,06% dari total kasus), dan kondisi yang tidak aman 57.626 kasus (58,15%) dari total kasus.

Menurut International Labour Organization (ILO) tentang kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di dunia tahun 2011 setiap harinya 6300 orang meninggal akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja lebih dari 2,3 juta kematian per tahun. 317 juta kecelakaan terjadi pada pekerjaan per tahun, yang mengakibatkan banyak absen diperpanjang. Data dari ILO menyebutkan bahwa penyebab kematian yang berhubungan dengan pekerjaan diantaranya adalah kanker (34%), kecelakaan (25%), peyakit saluran pernapasan (21%), penyakit kardiovaskuler (15%) dan lainlain (5%). Di Indonesia data dari semester pertama tahun 2011, terdapat 48,515 kecelakaan kerja. Berdasarkan data Depnakertrans tahun 2010, jumlah kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia sebanyak 98.711 kasus kecelakaan kerja yang terdiri dari meninggal 1.965, cacat total sebanyak 31 kasus, cacat sebagian sebanyak 2.313 kasus, cacat fungsi sebanyak 3.662 kasus, dan yang mengalami sembuh sebanyak 78.722 kasus (ILO, 2011) Sebesar 80-85% kecelakaan kerja disebabkan oleh kelalaian manusia. Selain kelalaian saat bekerja faktor manusia yang lain yaitu perilaku penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia mempunyai peran yang penting dalam rangka mengembangkan dan memajukan suatu industri. Oleh sebab itu pekerja harus diberi perlindungan melalui usaha-usaha peningkatan dan pencegahan. Sehingga semua industri, baik formal maupun informal diharapkan dapat menerapkan K3 di lingkungan kerjanya.

PT Hidup Baru adalah industri formal yang bergerak di bidang kilang papan. Pada olahan produksinya memiliki potensi bahaya yaitu debu yang dihasilkan oleh serpihan kayu yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi paru, serpihan kayu yang dapat menyebabkan tertusuknya tangan hingga terluka, suara mesin yang bising yang lama kelamaan dapat menggangu pendegaran para pekerja dan potensi bahaya lainnya yaitu tertimpa balok kayu saat memindahkan kayu. Kondisi industri tersebut dalam hal Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) masih sangat kurang memadai dan juga kurang mendapatkan perhatian. Hal ini terlihat dari pihak manajemen yang menyatakan bahwa terjadi hambatan dalam praktek Kesehatan dan keselamatan Kerja di lingkungan industri ini. Hambatan yang terjadi disebabkan oleh para pekerjanya sendiri yang tidak paham akan konsep kesehatan dan keselamatan kerja, sehingga banyak pekerja yang mengabaikan kesehatan dan keselamatan dirinya sendiri baik melalui perilaku yang tidak aman ataupun tidak berusaha untuk mengantisipasi resiko bahaya di saat mereka bekerja dengan menggunakan APD. Pemahaman pekerja mengenai kesehatan dan keselamatan kerja yang rendah disebabkan karena pihak manajemen tidak pernah melakukan pelatihan kepada pekerjanya. Pada kenyataanya pekerja di industri formal skala kecil kurang mendapatkan perhatian dari instansi terkait, kurang mendapatkan promosi dan pelayanan kesehatan yang memadai, tidak sesuainya rancangan tempat kerja, kurang baiknya prosedur atau penggorganisasian kerja dan kurangnya alat pelindung bagi dahulu pekerja (DK3N, 2007).

Setiap tempat kerja terdapat berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja, Pada pekerja kilang salah satu resiko di tempat kerja adalah debu dari serbuk kayu. debu adalah partikel yang merupakan salah satu faktor kimia yang ada di tempat kerja (Meita 2012). Debu adalah partikel-partikel zat padat yang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan alami atau mekanis dari bahan-bahan organik maupun anorganik. Akibat penumpukan debu yang tinggi di paru-paru dapat menyebabkan kelainan dan kerusakan paru (Agus, 2011). Kondisi lingkungan di tempat kilang papan memiliki resiko potensi bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja. Resiko yang dapat dialami oleh pekerja kilang antara lain tertimpa kayu saat memindahkan kayu, potensi terjadinya kecelakaan kerja pada mesin pemotongan kayu, potensi debu dari serbuk kayu yang dapat menyebabkan kerusakan paru. Suara mesin yang keras dan kontinu dapat membuat gangguan pendengaran bisa terganggu. Beberapa para pekerja di kilang papan juga mangalami gangguan batuk-batuk dan sesak nafas, pendengaran dari beberapa pekarjapun sepertinya berkurang karena mereka baru bisa mendengar suara temannya jika berteriak. Melihat tingginya risiko terhadap gangguan kesehatan pada para pekerja kilang maka perlu dilaukan upaya-upaya pencegahan terhadap kejadian penyakit atau traumatik akibat lingkungan kerja dan faktor manusianya yang salah, upaya yang dapat digunakan salah satunya yaitu penggunaan alat pelindung diri.

Alat pelindung diri adalah suatu alat yang mempunyai kemempuan untuk melindungi seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi tubuh tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja. Alat pelindung diri dipakai setelah usaha rekayasa (engineering) dan cara kerja yang aman telah maksimun (Depnakertrans RI, 2004). Penggunakan alat pelindung diri sangat dipengaruhi oleh motivasi pekerja. Pekerja sering merasa remeh dan menganggap ringan potensi bahaya kerja yang ada di tempat kerja. Perilaku demikian disebabkan karena kurangnya pengetahuan, sikap para pekerja dalam menjaga dirinya dari potensi bahaya kesehatan dan kecelakaan kerja. Banyak pekerja belum menyadari bahwa pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja dalam melaksanakan pekerjaan. Hal ini masih terlihat dari banyaknya pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri dengan lengkap, walaupun alat pelindung diri bukan satu-satunya sarana untuk menghindari kecelakaan kerja, namun merupakan alternatif terakhir untuk menghindari bahaya tersebut. Kecelakaan kerja dapat menimpa setiap orang dalam melakukan pekerjaan, karena kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses dalam suatu pekerjaan. Perilaku kesehatan yang dikembangkan oleh Albert Bandura yang terkenal dengan sebutan social cognitive theory menyatakan terdapat tiga faktor yang memengaruhi perilaku kesehatan yaitu individu, faktor sosial dan lingkungan, dimana satu sama lain saling menentukan. Perilaku Organisasi ataupun Perilaku kerja karyawan juga mempengaruhi kesehatan dan keselamatan seorang karyawan.

Perilaku organisasi adalah yang menyelidiki dampak perorangan, kelompok, dan struktur pada perilaku dalam organisasi dengan maksud menerapkan pengetahuan semacam itu untuk memperbaiki keefektifan organisasi. (Stephen P. Robbins, 2007). Bekaitan dengan penggunaan APD, diharapkan penggunaan APD dapat dijadikan sebagai perilaku para pekerja untuk membuatpara pekerja bekerja secara lebih efektif. Dari survei pendahuluan yang dilakukan pada kilang papan di PT Hidup Baru. Saat ini pihak manajemennya tidak menyediakan APD seperti masker, sarung tangan, ear plug, maupun pakaian ganti dahulu pihak manajemen menyediakan alat pelindung diri bagi pekerjanya seperti masker dan sarung tangan, akan tetapi banyak pekerja yang tidak mau menggunakan, sehingga perusahaan tidak lagi menyediakan APD. Sebagian kecil pekerja sudah memakai APD, walaupun APD yang mereka gunakan masih belum lengkap ada yang hanya menggunakan masker saja ataupun hanya menggunakan sarung tangan saja dan sebagian besar dari pekerja tersebut tidak menggunakan APD, beberapa orang yang tidak menggunakan APD menyatakan bahwa mereka sudah biasa melakukan pekerjaan tersebut, jadi tidak perlu takut saat bekerja, dan penggunaan APD seperti masker atau sarung tangan mereka anggap mengurangi rasa kenyamanan saat bekerja. Dari latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian analisa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku karyawan kilang papan dalam penggunaan alat pelindung diri di PT Hidup Baru Kota Binjai Tahun 2014.

1.2. Permasalahan Penggunaan alat pelindung diri merupakan upaya untuk mengurangi terjadinya bahaya kesehatan dan kecelakaan kerja, namun hasil observasi yang dilakukan di lapangan masih banyak pekerja yang tidak menggunkan APD. Maka peneliti ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku karyawan kilang papan dalam tindakan penggunaan alat pelindung diri di PT Hidup Baru Kota Binjai Tahun 2014. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku karyawan kilang papan dalam tindakan penggunaan alat pelindung diri di PT Hidup Baru Kota Binjai Tahun 2014. 1.4. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh faktor-faktor tersebut pada perilaku karyawan kilang papan dalam tindakan penggunaan alat pelindung diri di PT Hidup Baru Kota Binjai Tahun 2014. 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Memberikan masukan bagi PT Hidup Baru Kota Binjai dalam meningkatkan perilaku pekerja dalam penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) untuk mencapai

derajat kesehatan pekerja setinggi-tingginya sehingga dapat meningkatkan kualitas produktivitas kerja. b. Bagi kalangan akademik, penelitian ini tentunya bermanfaat sebagai kontribusi untuk memperkaya khasanah keilmuan pada umumnya dan pengembangan penelitian sejenis di masa yang akan datang.