Makalah Ilmiah Seminar Kenaikan Pangkat dari asisten ahli ke lektor, Indralaya 26 Mei 2005



dokumen-dokumen yang mirip
PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL 1

Dasar-dasar Pembelajaran Fisika

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

DADANG SUPARDAN JURS. PEND. SEJARAH FPIPS UPI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis yang senantiasa. dari kemajuan ilmu dan teknologi yang menuntut lembaga-lembaga untuk

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdahulu yang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab,

MODEL MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF

BAB I PENDAHULUAN. sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan-kumpulan

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan hidup, baik yang bersifat manual, mental maupun sosial. Pendidikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan kontekstual bukan merupakan suatu konsep baru. Penerapan pendekatan

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUALSISWA KELAS IV SDI RAI TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

Rumusan masalahan. Tujuan Penelitian. Kajian Teori. memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,

Samriani. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Perkiraan jumlah makhluk hidup yang menghuni bumi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

PENDEKATAN CTL (Contextual Teaching and Learning)

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING YANG DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII-G SMP NEGERI 7 MALANG ARTIKEL

Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd.

Abas. Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan PMIPA FKIP UNIB ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Pendidikan juga merupakan salah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLEMENTASINYA. Oleh. Dr. Jumadi

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

Contoh Silabus dan RPP

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ENERGI PANAS

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang

PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

BAB I PEDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bertanah air. Selain itu, pendidikan

PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA PENDIDIKAN ANAK DINI USIA. Muh. Tawil, *)

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sendiri. Sedangkan Sinaga dan Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang menekankan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dirancang dengan menggunakan metode penelitian tindakan

Desyandri, S.Pd., M.Pd NIP

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini penulis menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK).

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

Condition of Ind. Ind.Condition-1. Ind.Condition-2. The Rural. Ind. Rural Policy. Rulal Educational. Higher Education. Non Formal Ed.

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN MELALUI INKUIRI TERBIMBING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam KTSP, terdapat standar kompetensi yang menuntut siswa untuk

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA ELAS X-1 SMA NEGERI 12 BANJARMASIN MELALUI PENERAPAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA POKOK BAHASAN GERAK MELINGKAR

PRAKTEK PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN 8 JP

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI KELAS VIII SMP NEGERI 6 LUBUK BASUNG

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI LEMBAR KEGIATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (LKPBM) Nining Purwati *

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi pelajaran

Disusun oleh: Septi Anisa FMIPA UNY

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)


Nunuk Jarwati SD Negeri Sirapan 01 Madiun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Atik Sukmawati, 2013

BAB II KAJIAN TEORI. dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Hasil

PENINGKATAN BERFIKIR KREATIF MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SDN GRABAGAN TULANGAN

BAB II PEMBELAJARAN CONTEXTUAL, PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA, MATERI MENYELESAIKAN MASALAH BERKAITAN DENGAN PECAHAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

BAB II KAJIAN TEORI. A. Lembar Keja Siswa (LKS) LKS merupakan materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah suatu proses penyampaian maksud pembicara kepada orang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan.

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2013 PUSAT LAYANAN PPL & PKL. Pembelajaran Kontekstual Contextual Teaching & Learning (CTL)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

RUSMI HARTATIK SMP Negeri 1 Sumberrejo Bojonegoro

RPP Dunia Hewan Fillum Anthropoda. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Petumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan dan Hewan

BAB I PENDAHULUAN. bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya.

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dengan komunikasi siswa dapat mendiskusikan pendapat-pendapat dalam

Dosen Pembimbing I : Dra. Dinawati Trapsilasiwi, M.Pd Dosen Pembimbing II : Dr. Hobri, S.Pd., M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. itu, matematika perlu diberikan kepada peserta didik mulai sekolah dasar sampai

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 2 Ogowele Pada Pokok Bahasan Perkembangbiakan Pada Hewan Melalui Penerapan LKS Bergambar

Transkripsi:

Rencana Pelajaran pada Topik Pengenalan Insekta dengan Pendekatan Model Pengajaran Langsung Pada Pelajaran Sains Biologi SMP 1) Oleh : Riyanto 2) Ringkasan Tulisan ini mencoba memaparkan secara singkat bagaimana rencana pelajaran (RP) pada topik pengenalan insekta dengan pendekatan model pengajaran langsung pada pelajaran sains biologi SMP. RP dibuat dengan pendekatan CTL dan model pengajaran langsung. Pendekatan CTL mencakup tujuh unsur atau prinsip utama, yaitu kontrukstivisme (Contructivism), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi (Reflection) dan penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment). Di dalam kelas PBI, peran guru berbeda dengan kelas tradisional. Peran guru di dalam kelas pada model pengajaran langsung antara lain sebagai berikut: 1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa. 2. Mendemontrasikan pengetahuan atau keterampilan. 3. Membimbing pelatihan. 4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik. 5. memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan. RP pada topik pengenalan insekta dengan pendekatan model pengajaran langsung pada pelajaran Sains Biologi SMP sangat tepat, model pengajaran langhsung merupakan aplikasi dari pendekatan CTL. Oleh karena itu diharapkan para guru biologi SMP dapat menerapkannya di sekolah. Pendekatan CTL dan pengajaran langsung perlu diterapkan sehingga pelajaran di sekolah lebih bermakna. I. Pendahuluan Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) pada abad ke 21 semakin pesat dan cepat, termasuk bidang sains biologi. Pengembangan IPTEK di bidang sains biologi merupakan hasil riset dan pengembangan baik sekala internasional, nasional dan regional. Perubahan dan perkembangan IPTEK mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk pendidikan. Pendidikan pada saat ini salah satu tujuannya adalah mencetak sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, beriman dan bertakwa, cerdas di era global. Oleh karena itu, dunia pendidikan perlu membenahi pembelajaran di setiap mata pelajaran termasuk sains biologi di sekolah. Salah satu perubahan di sekolah pada tahun-tahun mendatang adalah perubahan kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2004 (kurikulum berbasis kompetensi). Pembelajaran kontekstual (CTL) merupakan aplikasi kurikulum berbasis kompetensi yang intinya membantu guru untuk mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata dan memotivasi siswa untuk mengkaitkan pengetahuan yang dipelajarinya dengan kehidupan mereka. Dalam CTL salah satu metode pengajaranya adalah pengajaran langsung. Sains biologi merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada sekolah menengah pertama. Sains biologi sebagai bagian dari IPA dikembangkan berdasarkan metode limiah yang 1

salah satu aspeknya adalah observasi. Observasi merupakan salah satu langkah untuk menuju ke suatu kesimpulan. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek tetapi gagal membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Itulah yang terjadi di kelas-kelas sekolah (Umaedi, 2002). Salah satu upaya guru agar tidak kehilangan banyak waktu dalam pembelajaran adalah mengembangkan topik atau pokok bahasan yang sifatnya tematik yang tidak mengesampingkan pesan kurikulum. Topik atau pokok bahasan yang tematik dalam sekali pembelajaran dapat memilih beberapa kompetensi dasar atau beberapa unsur kompetensi dasar yang ada pada kurikulum (Depdiknas, 2003a). Pendidikan sains biologi di Indonesia memasukkan topik insekta dalam kurikulum pendidikan nasional. Mengapa topik insekta dimasukkan ke dalam kurikulum? Mungkin salah satunya negara kita yang kaya keanekaragaman hayati, termasuk insekta yang hidup di Sumatera Selatan. Di Sumatera Selatan banyak penelitian tentang insekta yang sangat perlu dikembangkan mulai dari tingkat SMP. Pada kelas satu SMP, materi ciri-ciri makhluk hidup diperkenalkan. Untuk menentukan ciri-ciri eksternal hewan kelompok tertentu juga telah dikenalkan kunci determinasi termasuk arthropoda. Pembelajaran kontekstual pada hakekatnya merupakan implementasi dan penentuan materi pelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik daerah. Salah strategi pendekatanya, yaitu pengajaran langsung (Depdiknas, 2003b). Dari uraian di atas penulis mencoba memaparkan secara singkat bagaimana rencana pelajaran pada topik pengenalan insekta dengan pendekatan model pengajaran langsung pada pelajaran sains biologi SMP. II. Pembahasan 2.1. Apakah Contextual Teaching and Learning (CTL)? A. Inkuiri Menurut Ibrahim (2002) pengertian tujuh komponen CTL adalah sebagai berikut: Inkuiri adalah proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman. Inkuiri diawali dengan pengamatan dari pernyataan yang muncul. Jawaban pertanyaan-pertanyaan itu didapatkan dengan melalui siklus penyusunan dugaan, penyusunan hipotesis, mengembangkan cara pengujian hipotesis, membuat pengamatan lebih jauh, dan menyusun teori serta konsep yang berdasar pada data dan pengetahuan. Di dalam pembelajaran berdasarkan inkuiri, siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis saat mereka berdiskusi dan menganalisis bukti, mengevaluasi ide dan proposisi, 2

merefleksi validitas data, memproses, membuat kesimpulan, menentukan bagaimana mempresentasikan dan menjelaskan yang terbaik penemuannya, dan menghubungkan ide-ide atau menggunakan teori-teori untuk mendapatkan konsep. Diawali dengan kegiatan pengamatan dan dalam rangka memahami suatu konsep atau fenomena. Suatu siklus yang meliputi kegiatan mengamati, bertanya, menyelidiki, menganalisa, dan merumuskan teori, baik secara individu dengan teman lain. Mengembangkan dan menerapkan keterampilan berpikir kritis. B. Bertanya Penggunaan pertanyaan untuk menuntun berpikir siswa, lebih baik dari pada memberi siswa informasi untuk memperdalam pemahaman siswa. Siswa belajar mengajukan pertanyaan tentang fenomena, belajar bagaimana menyusun pertanyaan yang dapat diuji, dan belajar untuk saling bertanya tentang bukti, interpretasi dan penjelasan. Digunakan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Digunakan siswa sepanjang melakukan aktivitas berbasis inkuiri. C. Kontruktivisme Kontruktivisme adalah teori belajar yang menyatakan bahwa orang menyusun atau membangun pemahaman mereka dari pengalaman-pengalaman baru berdasarkan pengetahuan awal dan kepercayaan mereka. Seorang guru kontruktivis butuh mempelajari budaya, pengalaman hidup dan pengetahuan, serta kemudian menyusun pengalaman belajar yang memberi siswa kesempatan baru untuk memperdalam pengetahuan itu dalam cara yang menantang kepercayaan yang ada padanya. Pemahaman konsep yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman autentik dan bermakna dimana guru mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk menentang berpikirnya. Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal. Pemahaman yang dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman belajar bermakna. D. Masyarakat Belajar Masyarakat belajar adalah sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar yang mengingat kepentingan individu maupun kelompok agar terjadi proses belajar lebih dalam. Di dalam masyarakat belajar semua orang harus mempunyai kesempatan untuk berbicara dan berbagi ide, mendengarkan ide orang lain hati-hati, dan bekerjasama untuk membangun pengetahuan 3

dengan teman lain di dalam kelompok. Konsep ini berdasarkan ide bahwa, belajar yang terjadi dengan bekerja bersama lebih baik dari pada belajar secara individu. Berbicara dan berbagi ide Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri E. Penilaian Autentik Penilaian autentik meliputi variasi strategi yang digunakan untuk mengevaluasi pengetahuan dan keterampilan siswa. Strategi penilaian autentik membutuhkan siswa menggunakan dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan membuat produk atau untuk mendemontrasikan belajar. Fokusnya adalah pada kebutuhan tugas yang relevan dan terkontekstual untuk dikerjakan siswa. Proses dan hasil belajar keduanya dapat diukur. F. Refleksi Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa. Mempersayarakat penerapan pengetahuan atau keterampilan Penilaian produk atau kinerja. Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual. Proses dan produk kedua-duanya dapat diukur. Refleksi memungkinkan cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari dan untuk membantu kita menggambarkan makna personal kita sendiri. Di dalam refleksi kita menelaah kejadian, kegiatan, dan pengalaman serta berpikir tentang apa yang kita pelajari, bagaimana kita merasakan, dan bagaimana kita bisa menggunakan pengetahuan baru kita. Refleksi dapat ditulis, di dalam jurnal, bisa terjadi melalui diskusi, atau bisa merupakan kegiatan kreatif seperti menulis puisi atau membuat karya seni. G. Pemodelan Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari. Menelaah dan merespon kejadian, aktivitas, dan pengalaman. Mencatat apa yang telah kita pelajari, bagaimana kita memahami ide-ide baru. Bisa dalam bentuk: jurnal, diskusi, atau karya seni. Pemodelan adalah proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar. Sering dalam pemodelan membutuhkan berpikir dengan mengeluarkan suara keras dan mendemontrasikan apa yang dikerjakan siswa. Saat kita mengajar kita butuh memodelkan bagaimana agar siswa belajar; kita akan menunjukkan bagaimana kita melakukan sesuatu untuk mempelajari sesuatu yang baru. 4

Berpikir sambil mengucapkan dengan suara keras tentang proses belajar anda sendiri. Mendemontrasikan bagaimana anda mengingikan siswa untuk belajar. Mengerjakan apa yang telah anda inginkan agar siswa mengerjakan. 2.2. Perbedaan pendekatan CTL dengan pendekatan tradisional Beberapa perbedaan pembelajaran pendekatan CTL dengan pendekatan tradisional dapat dilihat pada tabel berikut: Perbedaan pendekatan CTL dengan pendekatan tradisional No. Pendekatan CTL Pendekatan Tradisional 1 Siswa secara aktif terlibat dalam proses Siswa adalah penerima informasi secara pasif pembelajaran 2 Siswa belajar dari teman melalui kerja Siswa belajar secara individual kelompok dan diskusi 3 Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis nyata 4 Perilaku dibangun atas kesadaran diri Perilaku dibangun atas dasar kebiasaan 5 Keterampilan dikembangkan atas dasar Keterampilan dikembangkan atas dasar kebiasaan pemahaman 6 Penghargaan terhadap pengalaman siswa Pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman sangat diutamakan siswa 7 Siswa diminta bertanggungjawab monitor dan Guru adalah penentu jalannya pembelajaran mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing 8 Hasil belajar diukur dengan berbagai cara: Hasil belajar hanya diukur dengan hasil tes proses bekerja hasil karya, penampilan, rekaman, tes dll 2.3. Mengapa memilih pendekatan pengajaran langsung pada rencana pelajaran topik pengenalan insekta? Topik pengenalan insekta pada siswa kelas 1 SMP dengan materi mengenalkan ciri-ciri eksternal insekta, karakteristik umum anggota arthropoda, dan kunci determinasi arthropoda dewasa. Menurut Chapman (1985) dan Elzinga (1987) beberapa ciri-ciri eksternal insekta diantaranya: A. Kepala merupakan bagian paling anterior tubuh insekta. Pada kepala terdapat antenna, antenna terdiri dari: 1. Scape basal, 2. Sebuah pedicel, dan 3. Sebuah flagellum. Mulut insekta adalah sepasang mandibula dan maksila, sebuah labium pada bibir bawah, labrum tidak berpasangan di terletak frons, dan sebuah hipofarink. Bentuk mulut berhubungan dengan makanan, tetapi dua tipe dasar yang dapat dikenali: (1) diadaptasikan untuk menggigit dan mengunyah makanan padat, dan (2) diadaptasikan untuk mengisap (sucking) cairan. Insekta umumnya memiliki mata majemuk. B. Toraks terdiri dari tiga segmen, yaitu protoraks, mesototaks dan metatoraks. Pada protoraks terdapat sepasang kaki, mesotoraks terdapat sepasang kaki dan sayap dan metatoraks terdiri dari sepasang kaki dan sayap. Sepasang spirakel yang terbuka menjadi sistem 5

respirasi, ditemukan diantara protoraks dan mesotoraks dan antara mesotoraks dan metatoraks. C. Wilayah tubuh bagian posterior disebut abdomen. Jumlah segmen bervariasi dari 9-11 kecuali pada collembola. Segmen pertama mungkin berfusi dengan toraks dan terlihat menjadi bagian toraks, contoh semut. Delapan segmen pada abdomen biasanya memiliki spirakel. Spirakel biasanya tidak ditemukan pada segmen terakhir dan segmen tersebut sering berfusi bersama atau reduksi. Menurut Elzinga (1987) ciri umum morfologi arthropoda dan kunci determinasi arthropoda alah sebagai berikut: Karakteristik umum anggota arthropoda Karakteristik Crustacea Insekta Arachnida Myriapoda Chilopoda Diplopoda Pembagian Sefalotoraks Kepala, dada Dada dan Kepala dan Kepala dan tubuh (kepala dan dada dan abdomen abdomen bersatu. badan panjang dada pendek, menyatu) dan dapat dibedakan Kepala yang sedangkan abdomen (perut) sesungguhnya abdomen tida ada, tetapi panjang berupa alas kepala kapitulum Antena 2 pasang Tidak ada dan panjang dan pendek Bagian-bagian mulut mandibula, maksila, 2 pasang maksilipet mandibula, 1 pasang maksila labium kelisera pedipalpus mandibula, 2 pasang maksila mandibula, maksila Kaki per ruas 3 pasang pada Buku-buku paru per 2 atau 1 atau tidak ada dada serta sayap ruas pasang per ruas Organ respirasi Insang Trakhea 1 di ruas kedua Trakhea Trakhea dari abdomen Lubang kelamin 2 dibagian 1 di ujung Langsung kecuali 1 di ujung 1 di ruas ke 3 belakang dada abdomen caplak dan tungau abdomen dekat kepala Perkembangan Umumnya dengan Umumnya Langung Langsung Langsung fase larva dengan fase larva Habitat Air tawar, air laut, Terutama di Terutama di darat Terutama di Semuanya di sedikit di darat darat darat darat Kunci Determinasi Kelas-kelas Arthropoda Dewasa 1 a. antenna dua pasang.. Crustacea b. antenna salah satu tidak ada atau satu pasang. 2 2 a. antenna absen dan empat pasang tungkai untuk berjalan.. Aracnida b. satu pasang antenna; tungkai jumlah bervariasi tetapi tidak empat pasang.. 3 3 a. banyak pasangan tungkai; tubuh dibagi menjadi kepala dan banyak segmen trunk (badan).. 4 b. hanya tiga pasang tungkai, tubuh terbagi menjadi kepala, toraks, abdomen; sayap mungkin ada. Insekta 4 a. sebagian besar segmen trunk (badan) dengan dua pasang tungkai. Diplopoda b. Tiap-tiap segmen trunk (badan) dengan satu pasang tungkai 5 5 a. Pasangan tungkai pertama dimodifikasi menjadi cakar beracun; tidak berinsang; ada Chilopoda spirakel.. b. pasangan tungkai pertama sama dengan lainnya; insang ada; spirakel tidak ada Crustacea 6

Penyampaian topik pengenalan insekta berisikan materi: ciri-ciri eksternal insekta, karakteristik umum anggota arthropoda, dan kunci determinasi arthropoda dewasa. Siswa diajarkan bagaimana mengenal ciri-ciri eksternal insekta dan menggunakan kunci determinasi kelas arthropoda dewasa melalui demontrasi guru menggunakan kunci determinasi kelas arthropoda dewasa dari hewan yang diamati di kelas. Secara teori penyampaian materi topik pengenalan insekta terdapat pengetahuan prosedural, pengetahuan deklaratif dan keterampilan belajar, sehingga sangat tepat mengunakan pendekatan pengajaran langsung. Menurut Indana (2002) pada model pengajaran langsung memungkinkan guru meningkatkan keberhasilan siswa dalam mempelajari pengetahuan prosedural, pengetahuan deklaratif dan keterampilan belajar. Menurut Indana (2002) sintaks model pengajaran langsung adalah sebagai beriukut: Fase-fase Fase 1 Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa Fase 2 Mendemontrasikan pengetahuan atau keterampilan Fase 3 Membimbing pelatihan Fase 4 Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik Fase 5 Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan Perilaku Guru Menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar. Mendemontasikan keterampilan yang benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap. Merencanakan dan memberi bimbingan awal Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik. Mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari. Kaitan pengajaran langsung dengan materi biologi, kalau ditelaah lebih dalam materi tertentu seperti topik pengenalan insekta sangat diperlukan pengenalan, pelatihan, dan penerapan agar siswa lebih paham. Oleh karena itu rencana pelajaran dengan pendekatan model pengajaran lansung sangat tepat untuk materi ini yang berpedoman pada silabus berikut: Silabus Sekolah : SMP (Sekolah Menengah Pertama) Mata Pelajaran : Sains Kelas : VII Semester : 7

Standar Kompetensi 3. Mengaplikasikan, konsep keanekaragaman makhluk hidup berdasarkan ciriciri kehidupan Kompetensi Dasar Materi Pokok Strategi pembelajaran Alokasi Sumber dan Uraiannya waktu Bahan 3.1 3.1.1 Ciri-ciri 1. Penugasan 1. Melakukan pengamatan objek-objek, 4 jam Objek Mendeskripsikan makhluk kelompok berupa makhluk hidup di sekitar sekolah, pelajaran langsung ciri-ciri makhluk hidup 2. Diskusi untuk menangkap gejala tentang cirri-ciri hidup kelompok makhluk hidup dan presentasi hasil 3.2 3.2.1 1. Penugasan 1. Melakukan pengamatan berbagai objek 12 jam Objek mengelompokkan Pengelompok kelompok makhluk hidup dan membandingkan ciri- pelajaran langsung makhluk hidup kan makhluk 2. Diskusi ciri antara kelompok makhluk hidup. buku hidup kelompok 2. Melakukan pengelompokkan makhluk kunci hidup dan menyusun kunci determinasi determina sederhana dan presentasi hasil. si (Depdiknas, 2003a) Sehingga rencana pelajaran yang disusulkan pada topik pengenalan insekta ini adalah sebagai berikut: Rencana Pelajaran Satuan pendidikan Mata pelajaran Kelas/Semester Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Alokasi Waktu : SMP : Sains Biologi : VII/Genap : Pengelompokan Makhluk Hidup : Ciri-ciri eksternal insekta : X 45 menit A. Kompetensi Dasar Siswa mampu mengelompokkan mahkluk hidup, serta mampu menerapkan dalam kehidupan seharihari. B. Hasil Belajar Memprediksikan ciri umum insekta. C. Indikator Siswa dapat : Produk 1. Menjelaskan ciri-ciri umum eksternal insekta 2. Membedakan insekta dengan kelompok arthropda lain. 3. Menggunakan kunci determinasi arthropoda 8

Proses 4. Membuat pertanyaan 5. Menggaris bawahi kalimat/ide pokok Keterampilan Sosial 6. Mengajukan pertanyaan 7. Mengajukan pendapat/ menjawab pertanyaan D. Model pembelajaran Pengajaran langsung E. Sumber Pembelajaran Buku siswa LKS F. Alat dan bahan Insektarium dan awetan arthropoda Lup G. Kegiatan Belajar Mengajar Langkah-langkah Pembelajaran 1. Pendahuluan a. Guru mengecek apakah siswa telah membawa alat dan bahan yang diperlukan untuk mempelajari ciri-ciri eksternal insekta dan prosedur menggunakan kunci determinasi kelaskelas arthropoda dewasa. b. Guru menyampaikan indikator pencapaian hasil belajar c. Guru menjelaskan pada hari ini mereka akan melakukan salah satu contoh mengunakan kunci determinasi kelas-kelas arthropoda. 2. Kegiatan inti a. Guru bersama siswa berdiskusi bagaimana cara mengenal insekta dari arthropoda lain. Untuk menjawab pertanyaan itu guru memodelkan atau mendemontrasikan cara menggunakan kunci determinasi kelas-kelas arthropoda, siswa diminta mengamati. b. Guru memodelkan atau mendemontrasikan langkah-langkah mengunakan kunci determinasi kelas-kelas arthropoda, dengan menggunakan insektarium dan awetan kelas-kelas arthropoda lainya. c. Siswa diminta menirukan langkah demi langkah cara mengunakan kunci determinasi kelaskelas arthropoda secara individu atau kelompok, sehingga dapat mengenal ciri-ciri eksternal insekta. Guru membimbing dan membetulkan keterampilan siswa yang masih salah. 9

d. Siswa diminta kembali menirukan langkah demi langkah cara mengunakan kunci determinasi kelas-kelas arthropoda, guru mengecek apakah prosedurnya telah sesuai. 3. Kegiatan penutup a. Rangkuman : pada akhir kegiatan guru membimbing siswa membuat rangkuman pelajaran ciri-ciri eksternal insekta. b. Evaluasi: untuk mengevaluasi tujuan pembelajaran yang telah disampaikan di awal pembelajaran, guru dapat mengembangkan seperangkat tes sebagai berikut: Di depanmu terdapat tiga ekor hewan arthropoda, coba dengan menggunakan kunci determinasi arthropoda dan lup tentukan hewan mana yang termasuk dalam kelompok insekta? c. Tugas : mencari 3 macam arthropoda dari lingkungan sekitar tempat tinggal, selajutnya tentuka 3 hewan tersebut termasuk ke dalam kelompok insekta atau bukan. Penutup RP pada topik pengenalan insekta dengan pendekatan model pengajaran langsung pada pelajaran Sains Biologi SMP sangat tepat, model pengajaran langhsung merupakan aplikasi dari pendekatan CTL. Oleh karena itu diharapkan para guru biologi SMP dapat menerapkannya di sekolah. Pendekatan CTL dan pengajaran langsung perlu diterapkan sehingga pelajaran di sekolah lebih bermakna. Daftar Pustaka Budiono, 2002. Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Biologi Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Pusat Krikulum Balitbang Depdiknas. Jakarta. Chapman, R.F., 1985. The Insects, Structure and Function. Third Edition. ELBS. Printed Colorcraft Ltd. Hongkong. Depdiknas, 2003a. Pedoman Khusus Pengembangan silabus berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Pertama (SMP). Mata Pelajaran Sains. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan lanjutan Pertama. Jakarta Depdiknas, 2003b. Pedoman Umum Pengembangan silabus Sekolah Menengah Pertama (SMP). Mata Pelajaran Sains. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengar Direktorat Pendidikan lanjutan Pertama. Jakarta Elzinga, R.J. 1987. Fundamentals of Entomology. Third Edition, Prentice-Hall, Inc. Englewood Cliffs, New Jersey 07632. USA 10

Ibrahim, M. 2002. Pengajaran Berdasarkan Masalah. FMIPA Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Surabaya. Indana, S., 2002. Model Pembelajaran yang digunakan dalam Peer Teaching Biologi. FMIPA UNESA. Surabaya. Umaedi, 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)). Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. 11